4
Sudah seminggu berlalu sejak Marvin mengajaknya makan malam pertama, dan selama itu juga Willy sama sekali tidak ada mendengar kabar apapun dari Marvin. Willy sedang sibuk dengan design gelang yang diminta Marvin saat bel pintunya berbunyi.”Max… Bisakah kau membukakan pintu untukku??”teriak Willy dari kamarnya.
“Tentu, sayang…”sahut Max cepat yang saat itu baru selesai mandi dan masih mengenakan jubah mandinya.
Betapa terkejutnya Max saat mendapati Marvin berdiri di depan pintu. “Apa Willy ada??”tanya Marvin dingin sambil mengamati Max dengan seksama.
“Ada, apa kau mau menunggu di dalam?? Willy sedang di kamarnya, aku akan segera memanggilkannya..”ujar Max menawarkan.
“Aku menunggu disini saja…”
Saat itulah Willy berteriak dari kamarnya,”Siapa Max??”tanya Willy.
“Tamu untukmu, Wilhelmina… Dan segeralah keluar kalau kau tidak ingin dia pergi…”balas Max lalu berjalan menuju kamar Willy.
“Marvin?? Ada apa??”tanya Willy begitu melihat Marvin berdiri di depan pintunya dengan aura yang begitu mengerikan. Sepertinya kata ‘marah’ tidak cukup menggambarkan apa yang Willy lihat di wajah Marvin.
Tanpa peringatan sebelumnya, Marvin langsung menarik Willy ke pelukannya dan melangkah masuk ke apartemen Willy,”Siapa pria itu??”tanya Marvin cepat dan dalam. Ada rasa cemburu masuk ke dalam hati Marvin.
“Siapa Max itu bukan urusanmu, dan tolong lepaskan aku…”jawab Willy bergetar, bingung dengan kelakuan Marvin yang begitu tiba-tiba.
Brengsek! Aku tahu kalau siapa dia memang bukan urusanku. Aku tidak memiliki hubungan yang istimewa denganmu. Tapi melihat ada laki-laki lain yang mungkin sudah menyentuhmu, membuatku kesal! Aku berusaha melupakanmu dengan bepergian selama seminggu, tapi kau tetap berada dalam pikiranku, menolak semua usahaku untuk melupakanmu!pikir Marvin kesal.
“Kenapa dia bisa ada di apartemenmu dalam keadaan setengah telanjang?! Apa kalian tidur bersama??”desak Marvin semakin menarik Willy mendekat padanya.
Willy menatap Marvin dengan tatapan bingung. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa Marvin harus marah saat melihat Max. Mereka hanya klien, dan tidak lebih. Walaupun Willy menyadari kalau ada getar-getar gairah saat Willy menatap mata hitam milik Marvin.
“Itu bukan urusan anda, Mr. Bergmann… Dan tolong lepaskan aku!”tegas Willy.
“Brengsek!”maki Marvin geram.
“Jaga ucap…”
Willy hanya bisa meneruskan kata-kata peringatannya di bibir Marvin. Pria itu mencium Willy dengan lapar, seakan belum bertemu wanita selama seratus tahun. Willy berusaha dengan sekuat tenaganya mendorong Marvin walaupun Willy sadar kalau tenaga Marvin jauh lebih besar. Tapi semua usaha Willy perlahan melemah seiring melembutnya ciuman Marvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Willy Story (Murphy Series)
RomanceMenjadi yang termuda dalam klan Murphy membuat Willy sangat disayang dan dijaga. membuatnya buta dengan segala kelicikan orang lain dan menganggap semua orang tulus padanya seperti saudaranya yang lain. Hancur. itulah yang terjadi saat Willy dikhian...