Penipu

51.4K 4.8K 396
                                    

       

"Bunda." Gue mendekati Bunda yang lagi sibuk membalas email pesanan baju muslim, bisnis Bunda yang sudah berjalan hampir tiga tahun terakhir.

"Kenapa Bang?" Bunda melepas kacamata plusnya, lalu memandang gue yang lagi duduk di sofa ruang kerja Ayah.

"Bunda uda liat fotonya Rena dari Tante Olla?" Tante Olla pasti uda kasih foto Rena ke Bunda. Walaupun Tante Olla uda balik ke kampung, gue yakin itu tante gue bakalan terus nyuruh gue kawin eh nikah maksudnya.

"Udah," segitu doang? Tumben Bunda nggak ada tanggapan.

"Cantik ya Bun," pancing gue. Gue mau liat reaksi Bunda dulu, baru ntar ngajak Rena main ke rumah.

"Iya." Bunda memakai kacamatanya lagi dan kembali menatap laptop milik Ayah.

"Bunda sakit?" Nggak biasanya Bunda pendiam begini.

"Nggak, Bang. Bunda sehat kok."

"Bunda kangen Adek?"

"Kangen sih, tapi yah mereka kan lagi mau kasih Bunda cucu, jadi Bunda nggak mau ganggu." Jiah ini emak gue nggak jauh dari cucu dah. Ngebet banget pengen cucu.

"Itu Bunda kenapa bisa kenal sama si cebol?" Bunda mendelik padaku.

"Kamu itu ngomongnya begitu banget sih Ed, namanya Naya bukan cebol." Yah kan emang dia pendek, berdiri aja cuma sebatas bahu gue.

"Ya elah Bunda anggap aja panggilan sayang Edgar ke dia," buahahhaa alibi gue jelek banget masa!

"Panggilan sayang kok ngatain begitu. Lagian Naya itu anaknya baik loh Ed." Idih Bunda di kasih apaan sama si cebol sampe belain dia begini?

"Emang dia baik Bun, kalo dia nggak baik, pasti sekarang dia lagi di rumah sakit."

"Edgar!"

"Maaf Bun, becanda." Bunda emang nggak pernah marah, cuma gue nggak mau bikin Bunda kesel, durhaka bisa jadi batu gue.

"Ed ke kamar dulu ya Bun, Bunda jangan capek-capek. Kalo uda istirahat ya Bun." Bunda mengangguk, lalu gue keluar dari ruang kerja Ayah.

Hah! Sepi juga kagak ada si Hara yang tengil. Kira-kira dia lagi ngapain ya sama si Jo. Gue melirik jam tangan gue, jam tujuh malam. Wah berarti di Seoul lagi jam sembilan nih. Gue gangguin aja mereka berdua hahahha. Gue berbaring di kasur empuk gue sambil mengotak-atik iPhone gue buat menghubungi Hara. Gue memanfaatkan fasilitas aplikasi nelepon gratis buat nelepon dia. Lama gue menunggu, akhirnya telepon gue diangkat oleh si Hara Alay.

"Kenapa Bang?" Wiuh suaranya serak begitu, abis tereak-tereak dia kayaknya.

"Kapan lo pulang?"

"Abang apaan sih baru juga dua hari Hara menikmati indahnya Seoul, masa uda ditanyain kapan pulang!" Jiah gaya lo bocah!

"Bunda kangen, lo jangan lama-lama lah di sana. Ntar lo dihamilin si Jo!"

"Heh? Abang nggak mabok kan?" Eh buset ini dasar adek kurang ajar.

"Enak aja lo! Gue nggak minum!"

"Kalo gitu otak Abang ada masalah kayaknya!" Eh dia pikir gue gila?

"Eh bocah..."

"Stop! Jangan ngatain Hara bocah lagi ya Bang, Hara ini uda bisa bikin bocah!" Etdah itu mulutnya....

"Siapa Sayang?" Sayup-sayup gue denger suara Jo yang nggak kalah serak dengan si Hara.

"Bang Ed, bentar ya. Aduh Sayang jangan peluk-peluk." Issss mereka ngapain sih!!!

Soulmate (SEBAGIAN PART DI HAPUS KARENA SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang