Gue masih tertegun akibat tepisan tangan si cebol dan juga kata-kata yang diucapkan setelahnya. Gila ini cewek kok bisa berubah begini, jangan-jangan dia punya kepribadian ganda. Gue melihat dia ingin masuk ke dalam mal, entah dorongan darimana gue mengikuti dia. Gue penasaran, ada hubungan apa dia sama Rena, kalau gue denger dari panggilan dia ke Rena, kayaknya mereka itu kakak adik, tapi kenapa seorang kakak menjambak rambut adiknya sendiri demi uang? Zaman uda gila!
Gue membuntuti dia dari belakang, dari gesture tubuhnya gue tau kalau dia sedang menyeka air mata, karena tangannya terus terangkat dan menyentuh wajahnya. Gue nggak sadar kalau uda membuntuti dia hingga ke depan pintu toilet cewek. Hampir aja gue ikut masuk ke dalam, gila aja bisa digebukin gue di dalam sana kalau berani-berani masuk, walaupun gue yakin mereka akan terpesona dulu sama gue sebelum sadar dan gebukin gue.
"Mas mau masuk?" tanya seorang ibu-ibu sambil tersenyum genit ke arah gue. Dia baru aja keluar dari toilet, ya ampun ini ibu nggak tau sikon banget sih buat terpesona.
"Oh nggak, lagi nunggu istri saya!" Duarrr entah gimana jawaban itu keluar dari mulut gue, yang jelas kalimat itu enggak tersaring di otak pinter gue.
"Oh, uda punya istri ternyata," katanya kecewa. Gue cuma menampilkan senyum sekilas, lalu minggir untuk memberikan ibu itu jalan, dan saat jalan melewati gue, dia sempet-sempetnya mepetin badannya, sehingga bahu gue menyenggol lengannya, parah nih ibu-ibu segitunya pengen bersentuhan sama gue.
"ADA YANG PINGSAN!"
"TOLONG!"
"TOLONG!"
Gue mendengar ada suara teriakan dari dalam toilet, Pingsan? Siapa?
"Mas bisa bantu Mas, ada yang pingsan di dalam," pinta seorang ibu-ibu berhijab yang terlihat panik keluar dari toilet.
Gue nggak peduli kalau itu toilet wanita. Yang jelas sekarang ada yang lebih butuh bantuan gue, lagian dengan gue ke dalam gue bisa liat si cebol lagi ngapain, bukan mau ngintip, cuma mau mastiin keadaan dia aja.
"Badannya panas, kayaknya dia demam tinggi." Gue mendengar suara-suara para wanita yang sedang berkerubung di tengah kamar mandi.
"Permisi semuanya, saya minta Mas ini buat bantu mbak yang pingsan, minggir dikit ya," kata si ibu-ibu berhijab yang manggil gue tadi, membuat mereka semua yang sedang berkerubung langsung memandangi gue, gue mencari wajah si cebol di antara mereka, tapi nggak ada, apa dia masih di bilik closet ya?
"Oh ini Mas, tolong dibantu kayaknya mbaknya demam tinggi." Gue mengalihkan pandangan gue pada cewek yang tergeletak di lantai toilet.
"Naya!" Secepat kilat gue mendekat, lalu mengangkat kepalanya dari lantai, gue meletakkan telapak tangan di keningnya. Gila dia demam tinggi. Gue langsung meletakkan tangan gue di punggung dan belakang lututnya lalu mengangkat tubuh mungil itu dengan mudah ke dalam gendongan gue.
"Mas kenal mbaknya?" Gue mengangguk.
"Istrinya Mas? Lain kali dijaga dong Mas, masa sakit dibawa ke mal!" omel si ibu-ibu yang tadi menggoda gue di depan, kok dia masuk lagi ke dalem? Bukannya tadi dia uda keluar ya?
"Iya Mas betul itu."
"Iya nih, Mas gimana sih jadi suami."
Gue diam saat suara-suara protes menggema di sini dan saling bersahutan, bikin kepala gue mau pecah, gila hebat banget kekuatan mulut cewek.
"Uda ibu-ibu kenapa jadi ribut begini." Gue mendengar ibu-ibu berhijab tadi berusaha menenangkan situasi.
Gue memperbaiki posisi gendongan gue pada si cebol lalu menatap tajam pada semua yang protes di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (SEBAGIAN PART DI HAPUS KARENA SUDAH TERBIT)
Romansa"Abang kapan mau menikah? Kayaknya Bunda belum pernah liat abang lagi deket sama cewek? Masa kalah sama adiknya Bang?" -Bunda Nia (Edgar's Mom) "Bang, percuma mapan kalau belum ada pasangan, Nikah itu menyempurnakan separuh agama loh, Ayah dulu seum...