Dara berdiri memperhatikan keadaan sekitar dengan mata berbinar, keadaan yang ramai tak menyurutkan semangatnya untuk menjelajah di dalam festival itu, tanpa Dara sadari senyumnya memberikan arti lebih di hati laki-laki yang kini berdiri di sampingnya.
Dara berjalan dengan semangat tanpa memperdulikan Bian yang kini menggerutu di belakangnya.
"Jangan jauh-jauh, kalo loe ilang gue yang repot!" kata Bian yang kini sudah berada di samping Dara dengan tangan menggenggam erat tangan Dara, Bian pun menuntun Dara melewati kerumunan orang-orang dan membawanya menuju stand makanan
" ko makan bi? Gue pengen maen juga," gerutu Dara." makan dulu, kita belom makan malem, gue gamau loe sakit nantinya, selesai makan baru kita keliling." kata Bian tegas membuat Dara mau tidak mau mengikuti keinginannya, mereka pun memesan makanan dan duduk di salah satu bangku yang kosong, mata Dara tak henti-hentinya memperhatikan keadaan sekitar hingga matanya tertuju pada satu bangunan yang gelap dan membuatnya penasaran.
"Itu apa?" tanya Dara membuat Bian menoleh ke arah yang di tunjuknya.
"Rumah hantu." jawab Bian singkat.
"Mau kesitu." pinta Dara membuat Bian menaikan salah satu alisnya tidak yakin yang di balas anggukan mantap dari Dara, Bian tau bahkan sangat hafal bagai mana reaksi Dara bila berhubungan dengan hal-hal gaib seperti hantu, namun melihat Dara yang mencoba untuk meyakinkannya akhirnya Bian mengangguk juga yang di sambut sorak senang dari Dara, mereka pun melanjutkan acara makan malamnya dengan cepat, setelah membayar makanan yang telah habis tanpa sisa mereka pun memulai penjelajahan mereka dengan menuju tempat penjualan tiket rumah hantu.
"Dara.. Lo yakin mau masuk sini?" tanya Bian yang di jawab anggukan mantap dari Dara, merekapun melangkah kearah pintu masuk dan menyerahkan tiket yang sudah mereka beli, saat memasuki ruangan Dara mulai merapat kearah Bian karena patung yang berada di depannya cukup menyeramkan untuk Dara, menyadari itu Bian hanya melirik dan menggenggam tangan Dara
" mas, mba, kalian bakal ngelewatin ruangan ini pake kereta, ngayuhnya yang kompak yah, soalnya kalo yang ngayuh cuma sendiri keretanya ga akan jalan." jelas sang penjaga ruangan yang di jawab anggukan kepala oleh Dara dan Bian
"Udah siap?" tanya Bian yang lagi-lagi hanya di jawab anggukan oleh Dara, Bian yang menyadari ketakutan Dara hanya bisa menahan tawanya yang sudah mau pecah, mereka pun mulai mengayuh dan kereta yang mereka tumpangi mulai bergerak maju, Bian menikmati keadaan dengan tenang berbeda terbalik dengan Dara yang sedari tadi memegang lengan baju bian dengan erat, penampakan pertama yang mereka temui adalah mayat dalam peti mati yang sukses membuat Dara semakin memegang erat lengan baju Bian, penampakan kedua adalah pocong yang membuat Dara menyembunyikan wajahnya di lengan Bian.
"Biiii, pocongnya colek-colek guee." bisik Dara dengan lirih yang di jawab kekehan oleh Bian.
"Pocong tangannya gabisa colek-colek raa." jawab Bian yang di jawab gerutuan oleh Dara, Bian hanya tertawa melihat keberanian Dara tadi hilang seketika.
" bii... Hantunya ko ga ada sih? Ga berani tuh sama gue." kata Dara dengan nada sombongnya yang sukses membuat Bian gemas dan menjitak kepalanya.
"Ya jangan merem oneng, mana bisa liat hantunyaaa!" gemas Bian yang membuat Dara tertawa meski matanya masih belum mau ia buka, saat sedang asik tertawa kereta yang mereka tumpangi berhenti membuat Dara membuka matanya karna berfikir mereka sudah sampai di pintu keluar, saat Dara membuaka mata dan melihat ke arah samping, matanya menangkap sosok kuntil anak yang cukup besar sedang duduk tepat di sampingnya membuat ia panik dan ketakutan.
" Bian.. Keretanya gamau jalan!" panik Dara.
" ya loe juga kayuh Dara, keretanya ga akan jalan kalo cuma gue yang ngayuh." jelas Bian.
" gue udah kayuh tapi gabisa, Bian gue pengen keluar, gue turun aja deh." panik Dara yang sudah bersiap untuk berdiri, dengan cepat Bian menahan tangannya agar tidak turun dari kereta.
"Adara.. Hey tenang.. Lo ga akan bisa ngayuh kalo loe ga tenang, tutup lagi mata loe, lupain apa yang tadi loe liat" jelas Bian yang kini sudah merangkul Dara dengan sebelah tangannya menutup mata Dara.
" gue takut." cicit dara yang memegang erat tangan Bian yang menutup matanya.
" gue hitung yah, di hitungan ketiga kita kayuh keretanya bareng-bareng " intuksi Bian, setelah hitungan ketiga keretapun kembali berjalan membuat Dara bisa bernafas lega, setelah sampai pintu keluar Bian langsung membawa Dara turun dan pergi, Dara masih belum mau bersuara jantungnya masih berdetak cepat, ketakutannya masih belum hilang, menyadari keadaan Dara Bian pun merangkulnya dan berjalan untuk membeli minum.
"Nih minum, loe pucat banget." kata Bian menyerahkan air mineral pada Dara, Dara pun menerimanya dan meneguknya.
"Bian.. Hantunya cuma tiga, tapi yang paling terakhir yang paling serem." itu lah kata-kata pertama yang keluar dari mulut kecil Dara setelah adegan membisunya yang sukses membuat Bian mendengus.
" si pocong kurang ajar banget colek-colek gue,
Bian hantunya dikit, yang lain pasti ga berani muncul depan gue.
Gue harus protes, gue harus tuntut mereka karna ngasih gue kereta yang macet " mendengar Dara yang sudah berceloteh seperti biasa Bian hanya bisa menggeleng, bahkan Dara masih so berani saat tadi dengan paniknya ingin turun dari kereta, jika saja gadis di sampingnya adalah orang lain yang tidak Bian sayangi mungkin dengan senang hati Bian akan menyumpal mulut gadis itu dengan tissu, sayangnya gadis di sampingnya adalah Dara, Adara ardelia, gadis yang selama ini dia sayang, dan sikap menyebalkan Dara selalu terlihat lucu di mata Bian, karna cinta terkadang bisa membuat hal menyebalkan menjadi hal yang menyenangkan.***
Cerita ini di dedikasikan untuk seseorang dari masalalu
Sebenernya part ini pengalaman aku hehe, dari awal emang pengen banget bikin cerita tentang si dia *curhat
Jangan lupa vote and comment nya yaaaah 😙
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE..LOSE..
Teen Fictionbagaimana jika seseorang mencintaimu tanpa kamu sadari? mencintaimu dalam diam.. menjadikanmu prioritas.. dan tanpa kamu sadari dia selalu menjadi alasanmu tersenyum bahagia.. dia.. berharga tanpa kamu duga.. *** Cerita ini bisa di hapus kapan saja