Setelah puas mejelajahi festival mereka-Dara dan Bian- duduk manis dengan tangan memegang ice cream, keduanya menunjukan rasa yang sama, yaitu senang, Bian menatap Dara lama tangannya bergerak mengambil benda kecil yang sedari tadi ada di sakunya, sebuah kalung dengan liontin berbentuk bunga kesukaan Dara -mawar- dengan setiap sisinya di penuhi dengan rangkaian permata kecil, melihat kalung itu menggantung di hadapannya membuat Dara bingung dan menaikan sebelah alisnya.
" loe tau waktu kita jalan-jalan di mall? Gue liat kalung ini, dan loe tau? Gue ga mampu beli karna harga kalung ini yang bikin gue shock.. Tapi... Gue suka," jelas Bian membuat dara tersenyum
" loe gasuka mawar Bian, kenapa loe beli? Lagi pula loe kan cowo, masa mau pake kalung kaya gini? " tanya Dara dengan polosnya.
" loe bener, gue ga suka mawar, itu sebelum gue kenal sama loe, loe ngerubah pandangan gue terhadap mawar, dan Adara gue ga mungkin pake kalung ini, gue beli ini buat loe." jelas bian dengan gemas membuat Dara melihatnya tidak percaya.
"Gue gamau Bian, kalung ini mahal." tolak Dara yang langsung mendapat jitakan dari Bian, Dara hanya menggerutu dengan tangan mengelus-elus kepalanya.
" emang ini mahal! Makannya loe jaga dan jangan sampe ilang, gue bobol tabungan gue cuma buat beli ini." kata Bian memakaikan kalung itu di leher Dara.
"Yuk pulang," ajak Bian yang membuat Dara mengangguk lalu mengikutinya dari belakang, senyum tipis terlukis di wajah Bian saat melihat kalungnya menggantung indah di leher Dara.
Bian memarkirkan motornya di pekarangan rumah Dara, tangannya terulur membantu Dara agar bisa turun dari motor tanpa terjatuh, setelah melihat Dara turun dengan selamat Bian pun turun dan mengikuti Dara untuk masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum." Salam Dara membuat semua orang yang sedang menonton melihat ke arahnya juga Bian, senyum hangat Nadin menyambut mereka berdua membuat Dara tersenyum dan memeluk sang mama.
"Tuhkan si ade, pasti lupa ga baca ayat kursi," kata Zaki menatap horor ke arah Dara, sedangkan Dara yang tadi memang sudah ketakutan karena tragedi rumah hantu langsung melihat sang kaka dengan wajah khawatirnya.
"Ih iya ka, Dara lupa! Kenapa ka?" Tanya Dara yang kini sudah berpindah tempat menjadi di antara papa dan mamanya.
"Itu, kamu di ikuti makhluk jadi-jadian." kata Zaki menunjuk ke arah Bian, yang di sambut delikan tajam dari Bian, sedangkan Dara hanya menghembuskan nafasnya dengan lega. Dara mulai berceloteh apa saja yang ia alami saat berada di festival, bagaimana keretanya macet saat di rumah hantu, dan bagai mana para hantu tak berani muncul di hadapannya, Bian hanya tersenyum melihat kelakuan Dara yang sangat menggemaskan baginya.
Waktu sudah menunjukan pukul 22.05, Bian memasukan motornya kedalam bagasi. Setelah menutup kembali pintu bagasinya ia pun bergegas masuk kedalam rumah, ia berjalan menaiki tangga, saat akan memasuki kamar terdengar suara pintu di buka membuat Bian berhenti dan melihat ke arah samping, terlihatlah Andrea yang sudah memakai piama tidurnya berdiri menyender pada kusen pintu, melihat sang kaka dengan wajah kepo yang sangat ketara membuat Bian mendengus dan masuk kedalam kamar.
"Jadi, udah di tembak belom?" Tanya Andrea yang mengikuti Bian dari belakang, sedangkan yang ditanya tidak menjawab dan merebahkan badannya di atas tempat tidur.
"Jadi?" Tanya Andrea yang kini sudah berada di samping Bian dengan posisi yang sama.
"Aku ga nembak dia mba," jawab Bian dengan malas karna pertanyaan yang sama selalu Andrea lontarkan setiap kali Bian dan Dara keluar berdua.
"Kenapa si bi engga di tembak aja? Tar di tikung orang loh!" Kata Andrea yang sudah gemas sendiri dengan perasaan Bian yang di bungkus dengan status sahabat yang Bian juga Dara buat.
Layaknya Gaby, Andrea pun mengetahui perasaan apa yang adik laki-lakinya rasakan, namun setiap ia meminta Bian untuk jujur Bian hanya menjawab dengan 'status mah ga penting mba.' Membuat Andrea semakin gemas dengan kedekatan mereka berdua.
"Gini ya mba, rasa sayang itu ga harus berakhir dengan status pacaran, yang penting itu gimana kita menunjukannya, aku sayang sama Dara, itu kenapa aku selalu ngejaga Dara, aku selalu nyari cara supaya Dara senyum terus, dan aku juga udah nyaman sama hubungan aku yang kaya gini, seandainya aku minta Dara buat jadi pacar, belum tentu dara akan bersikap sama kaya sekarang, jodoh kan ga ada yang tau mba, kalo dara jodoh aku, ga akan ada satu cowo pun yang bisa ambil dara dari aku." jelas Bian panjang lebar membuat Andrea menatapnya dalam, Bian memang bukan adik kecilnya lagi, Bian bukan lagi anak tanpa pemikiran panjang, dia sudah dewasa, Adik laki-lakinya sudah dewasa, Andrea bagun dari posisi tidurnya dan memegang tangan Bian lembut.
"Mba tau kamu udah gede, kamu tau yang terbaik buat kamu bi." kata Andrea dengan senyum tulus di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE..LOSE..
Teen Fictionbagaimana jika seseorang mencintaimu tanpa kamu sadari? mencintaimu dalam diam.. menjadikanmu prioritas.. dan tanpa kamu sadari dia selalu menjadi alasanmu tersenyum bahagia.. dia.. berharga tanpa kamu duga.. *** Cerita ini bisa di hapus kapan saja