Malam ini pikiran nafla tidak karuan, di depannya sudah ada buku matematika yang siap dipelajari namun entah kenapa pikirannya belum siap mempelajarinya. Pikirannya masih terbayang pada naufal dan pacarnya. Karena begitu penasaran dengan rena, nafla lalu membuka akun sosial media rena dan melihat foto-fotonya. Beberapa kali foto rena nafla perbesar.
"siapa tuh?" nafla kaget ketika kakaknya tiba-tiba saja ada disampingnya. Nafla langsung menutup ponselnya dan berbalik menghadap kak eja yang kini sedang menunjukkan senyumannya.
"kak eja ngapain disini? Kenapa ga ketuk pintu dulu?" tanyanya dengan wajah kesal.
"tadi kakak udah ketuk pintu berkali-kali tapi gak ada jawaban dari dalam jadi yaudah kakak masuk aja" ucapnya dengan menyilangkan tangannya didepan dada.
"terus mau ngapain?" tanya nafla lagi
"mau pinjem spidol" nafla bangkit dari kursinya lalu mengambil spidol yang ada di tasnya
"Thanks" nafla hendak menutup pintu ketika kakaknya sudah keluar dari kamarnya namun baru saja nayla memegang gagang pintu, kak eja membalikkan badannya
"oh iya.." kak eja masuk kembali kedalam kamar nafla
"ada apa lagi?" tanya nafla dengan suara malasnya
"tadi cewe yang di hp kamu itu siapa?"
"oh.. dia temen aku" jawab nafla yang kini sudah duduk di sisi ranjangnya
"muka kamu kenapa? Kok lemes gitu. Kamu sakit?" kak eja menyentuh kening nafla memastikan kalau adiknya itu baik baik saja
"aku ga kenapa kenapa kok"
"bohong" nafla terdiam. Dia masih berfikir apakah dia cerita saja pada kakaknya kalau dia meyukai seseorang?
"emm.. kak eja" nafla membenarkan posisinya menghadap kakaknya yang juga sedang menatapnya.
"kak eja pasti pernah suka sama seseorang kan?" tanya nafla masih menatap kakaknya. Sementara kak eja mengangkat sebelah alisnya kemudian menganggukan kepalanya
"perasaan kakak kalo liat cewe yang kakak suka sama cowo lain gimana?" kali ini kakaknya itu mengerutkan dahinya, menatap curiga ke arah nafla yang kini sudah memalingkan wajahnya.
"kamu lagi suka sama cowo ya?" tanya kak eja. nafla hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya itu. Kak eja tertawa melihat sikap nafla yang bisa ditebak kalau ucapannya itu benar.
"siapa?" tanya kak eja lagi. Nafla mengangkat sebelah alisnya.
"siapa cowo yang kamu suka itu? Reynal?" tebak kak eja
"bukan! Ga mungkin aku suka sama rey" jawab nafla cepat
"terus?" nafla mengambil hp yang ada di meja belajarnya lalu terlihat dia sedang membuka sebuah folder, setelah sudah menemukan apa yang dia cari, nafla menunjukkan hp nya pada kak eja. ya. Nafla menunjukkan foto naufal.
"namanya siapa? Kelas berapa?"
"namanya naufal, kelas 10 masih seangkatan sama aku"
"dia udah punya pacar belum?" DEG! Nafas nafla seketika tercekat mendengar pertanyaan kakaknya itu, iya lupa kalau naufal sudah mempunyai pacar. Apa nafla harus berhenti menyukai naufal? tapi bagaimana caranya? Nafla terus memikirkan hal itu sampai tangan kak eja menepuk pundak nafla dan membuyarkan lamunan nafla.
"cewe yang tadi di hp kamu itu pasti pacar naufal kan?" nafla masih tidak menjawab pertanyaan namun hanya dengan melihat ekspresi nafla, kak eja bisa menebak kalau ucapannya benar.
"tenang mereka baru pacaran. Kamu masih punya kesempatan" ucap kak eja membuat nafla mendongak menatap kak eja yang sudah berdiri dihadapannya
"jangan cemberut gitu dong. Nanti kalah cantik loh sama pacarnya naufla itu" nafla memukul lengan kakaknya membuat kakanya itu mengaduh, nafla bangun dari ranjangnya lalu mendorong tubuh kak eja samapi keluar kamarnya.
"udah malem sana keluar, aku mau belajar" ucap nafla yang diakhiri dengan menjulurkan lidahnya, kak eja hanya tertawa melihat tingkah adikya itu. Nafla menutup pintu kamarnya namun masih mendengar kakaknya berteriak diluar kamarnya.
"DASAR ORANG JATUH CINTA"
Hai Haii..
Maaf ya baru posting lagi :D
Makasih yang udah buang waktunya buat baca cerita aku yang gaje ini terlebih sama yang udah ngasih vote :D
Thank you so much ^^
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya kawan :)
Don't be a silent reader ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja
Teen FictionAda yang bilang, masa masa paling indah itu terbentuk ketika kita duduk di bangku SMP/SMA. Benarkah demikian? Nah untuk membuktikannya, mari ikuti ceritaku di masa remajaku ketika duduk bangku di SMK