Part 6

116 14 0
                                    

NAFLA POV

Aku mengedarkan pandanganku ke penjuru sekolah ketika kakiku baru saja memasuki gerbang, terlihat disana beberapa osis yang sedang memeriksa siswa yang baru datang. Beberapa dari siswa tersebut ada yang tidak lengkap seragamnya dan alhasil harus mendapat hukuman. Aku tertawa ketika melihat erik salah satu teman sekelasku ada diantara siswa yang dihukum tersebut. Astaga! Kamu tidak boleh seperti itu nafla. Tanpa sadar aku sudah berada dihadapan seorang laki-laki yang bisa aku tebak dia adalah anggota osis. Beruntung hari ini aku menggunakan seragam dengan lengkap jadi terhindar dari hukuman.

Aku melirik ke jam yang ada di depan kelas. Pukul 07.00 tapi aku sama sekali belum melihat kinan. Kemana dia? Apa dia kumpul osis? Tapi tidak mungkin sepagi ini? Lamunanku buyar ketika mendengar bel masuk berbunyi.

"duh kinan.. kamu kemana?" gumamku lalu dengan segera mengirim pesan singkat pada kinan.

To : Kinan

Kinan.. kamu ga berangkat?

Send. Pesan terkirim. Beberapa menit kinan tidak juga membalas pesanku, aku semakin khawatir namun baru saja aku hendak beranjak dari kursiku, aku mendengar suara yang sangat familiar ditelingaku. Ya. Dia kinan. Dia berjalan ke arahku lalu duduk disampingku masih dengan nafasnya yang ngos-ngosan. Kenapa dia? Apa dia lari? Aku belum mengeluarkan suaraku. Aku masih memberikan kesempatan untuk kinan mengatur nafasnya dulu. Setelah dirasa kinan sudah lebih santai aku bermaksud bertanya pada kinan kenapa dia bisa ngos ngosan seperti tadi namun baru saja aku membuka mulutku, ibu dwi sudah masuk terlebih dahulu.

Selama perjalanan berlangsung, aku merasa ada yang aneh pada erik. Dia terlihat sesekali melirik kearah bangkuku namun tidak meliht ke araku melainkan ke arah kinan. Entah tatapannya tidak bisa aku tebak. Aku mencoba bersikap biasa sepanjang pelajaran sampai bel tanda istirahat berbunyi dan sekarang waktunya aku bertanya pda kinan.

"hey.. kamu tadi pagi kenapa? Kenapa ngos ngosan kaya tadi? Kamu abis lari lari? Emang dikejer siapa?" tanyaku ketika kinan sedang memasukkan bukunya kedalam laci meja, kinan memutar bola matanya mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulutku.

"tadi aku telat jadi dari gerbang ke kelas aku lari lari" jawabnya singkat, aku menggukkan kepalaku. Aku menoleh ketika mendengar tepuk tangan dari belakangku dan ketika menoleh aku melihat erik, zidan dan wahyu berjalan ke arah kami.

"bagus, masa anggota osis telat? Terus ga dihukum? Curang banget" ucap erik sembari menatap tajam kinan, sementara kinan masih terdiam tidak berminat menjawab ucapan erik.

"erik, kamu tuh ga boleh ngomong kaya gitu" ucapku menenangkan erik.

"osis itu apa? Kerjaan Cuma ngehukum orang tapi kalo ada anggota osisnya yang melanggar peraturan ga dihukum. Apaan tuh, osis tuh ga penting tau ga?" ucapnya sedikit berteriak membuat seisi kelas melirik ke arah kami.

"terus apa tadi? Kinan! Katanya dia anggota osis tapi berangkat sekolah aja telat. Sementara gue yang dateng ga telat malah dihukum Cuma gara-gara ga bawa dasi. Apa itu adil?" teriaknya.

BRAK

Tanpa sadar aku menggebrak meja membuat membuat seisi kelas kaget tidak terkecuali erik yang masih menatap kinan dengan tajam.

"erik cukup! Kamu pikir kinan mau telat? Kinan juga manusia. Bisa ngelakuin kesalahan, jangan kamu pikir gara gara kinan salah satu anggota osis jadi dia ga boleh telat. Inget! Pemain sepakbola hebat aja bisa ngelakuin kesalahan. Aku tau kamu hebat main sepakbola dan apa kamu pikir kalo kamu hebat main sepak bola semua tendanganmu bakal masuk ke gawang? Ga kan? Semua orang itu bisa ngelakuin kesalahan walaupun orang itu ga mau bikin kesalahan. Pikit tuh pake otak kamu!" ucapan itu keluar dengan lancarnya dari mulutku, entah aku pun tidak tau mengapa aku bisa mengucapkan kata kata itu.

"erik. Lo berurusan sama orang yang salah" bisik wahyu pada erik yang masih berdiri dihadapanku. Erik kini menatap tajam ke arahku, aku sebisa mungkin menahan amarahku. Ketika aku baru saja ingin membuka mulutku lagi, aku merasa sebuah tangan memegang pundakku.

"udah naf, kamu ga usah ladenin erik" ucap kinan berusaha menenangkanku

"ga ada gunanya kamu ngomong panjang lebar sama dia toh dia ga bakal ngerti apa yang kamu omongin. Kamu Cuma buang buang tenaga aja kalo ngomong sama orang yang mulutnya ga pernah diajarin ngomong bener" ucap kinan lalu menarik tanganku keluar kelas.

Kinan kini sedang duduk di pinggir lapangan, aku menghampirinya sembari membawa dua botol minum.

"kamu gapapa kan?" tanyaku lalu menyodorkan salah satu botol dan duduk di samping kinan

"harusnya aku yang nanya gitu. Kamu gapapa? Tadi aku kaget loh waktu kamu ngomong kaya gitu ke erik. Biasanya kamu kalo marah Cuma diem aja" aku berdecak kesal jika mengingat ucapan erik tadi.

"aku juga ga tau kenapa bisa ngomong kaya tadi. Tapi yasudahlah biar erik tau rasa" ucapku lalu meneguk minumanku. Aku dan kinan lalu tertawa.

Diberitahukan kepada seluruh anggota osis untuk berkumpul sekarang juga diruang osis. Terima kasih.

Sekali lagi aku berdecak kesal mendengar pengumuman tadi. Bukan berarti aku benci pada osis hanya saja semenjak kinan terpilih menjadi anggota osis dia sering sekali kumpul dan meninggalkan aku sendirian. Seperti sekarang ini, kinan sudah meminta maaf padaku lalu pergi dengan laki-laki yang mungkin adalah anggota osis juga.

"akhirnya aku sendirian lagi" gumamku sembari memandang sepatuku.

"nafla.." aku mendongakkan kepalaku ketika seseorang memanggil namaku

"hey ray, ngapain disini sendirian?" ray memang tidak tau kejadian di kelas tadi karena saat itu dia sedang ke kantor untuk membantu ibu dwi membawa buku buku tugas kami.

"gapapa kok" ucapku tersenyum padanya, terlihat ray mengangguk anggukan kepalanya lalu duduk sidampingku

"oh iya naf kamu tau ga?" tanya ray. aku hanya mengerutkan keningku menandakan bahwa aku tidak tau apa yang ingin dibicarakan ray.

"rena dikeluarin dari sekolah" aku kaget mendengar ucapan ray. apakah yang dimaksud ray adalah rena pacar naufal?

"rena?" aku kembali bertanya memastikan apakah yang aku pikirkan ini benar

"iya rena pacar naufal" astaga! Ternyata benar apa yang aku pikirkan

"tapi kenapa?" tanyaku lagi karena begitu penasaran

"dari yang gue denger dikantor tadi sih katanya ada salah satu guru yang mergokin rena lagi mabuk mabukan" jawab ray dengan sedikit berbisik

"gue baru denger kabar ini tadi pas ke kantor, jadi kemungkinan berita ini belum ada yang tau jadi kamu jangan bilang siapa siapa dulu. Oke" ucapnya masih dengan berbisik. Aku mengangguk.

***

Update lagi nih :D
Jangan lupa tinggalkan ya,,
Don't be a silent readers ^^

Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang