Part 7

109 9 3
                                    

Naufal POV

Basket menjadi pilihanku untuk melampiaskan kemarahan. Entah kenapa ketika mendengar kabar rena dikeluarkan dari sekolah karena dia tertangkap basah sedang mabuk, tidak ada kesedihan yang muncul dari diriku melainkan kemarahan. Aku marah karena telah memilih perempuan yang salah.

Aku terus menshooting bola kedalam ring namun karena pikiranku sedang kacau bola yang aku lempar selalu meleset.

"aww.." aku menoleh kesebelah kanan dan melihat seorang perempuan sedang memegang kakinya. Beberapa detik aku masih diam ditempat dan beberapa menit kemudian aku baru sadar kalau bola yang aku lempar tadi mengenai lengan perempuan itu. Buru-buru aku menghampiri perempuan itu.

"maaf gue ga sengaja. Lo gapapa?" aku melihat kaki perempuan itu sedikit bebngkak karena bola yang aku lempar mengenai tepat mata kakinya. Perempuan itu menoleh, manampakkan wajahnya yang menunjukkan ekspresi kesakitannya.

"lo.. lo nafla?" tanyaku ragu

"ah iya aku gapapa kok" jawab nafla masih memegang kakinya

"mending kita ke uks sekarang ayo" aku menarik tangan nafla, ketika sampai di uks aku langsung mengambil salep dan mengoleskannya di kaki nafla.

"maaf tadi gue bener-bener ga sengaja" ucap gue masih mengolesi kaki nafla

"gapapa tadi juga aku salah kok ga liat kalo ada bola" ucapnya dengan kepala menunduk. Aku mengernyitkan alisku. Memperhatikan wajahnya. Astaga! Kenapa mukanya memerah? Apakah kakinya begitu sakit sampai membuat wajahnya begitu memerah?

"sakit banget ya?" tanyaku

"udah agak mendingan kok" jawabnya masih dengan kepala menunduk

"yakin? Tapi muka lo masih merah gitu"

*

Nafla POV

"yakin? Tapi muka lo masih merah gitu" ucapannya membuat kepalaku mendongak. Astaga! dia itu memang tidak peka atau pura-pura tidak peka? Wajahku merah karena dia. Aku gugup karena ini pertama kalinya aku melihat wajahnya sangat dekat. Ah tidak ini yang kedua kalinya setelah pertemuan pertama kami ketika mos dulu. Tapi kali ini berbeda, bukan hanya wajahku yang merah karena gugup melihat wajahnya yang sangat manis menurutku tapi juga jantungku. Oh Tuhan, jantungku ini selalu bereaksi berlebihan setiap kali aku melihat naufal. 'semoga naufal tidak mendengar detak jantungku yang alay ini' batinku

"lo gapapa?" lamunanku buyar ketika naufal memegang pundakku. Nafasku seketika tercekat. Entah mengapa tangan naufal yang kini menempel dipundakku membuat aku menahan nafasku.

"a..aku.." buru-buru aku berdiri dan hendak pergi agar jantungku bisa kembali netral lagi namun karena kakiku masih terasa sakit akhirnya aku kembali terjatuh dan sialnya aku terjatuh ke depan dan alhasil jidatku mengenai ujung meja dan membuat pelipisku berdarah.

"aw.." aku merintih sembari memegang pelipisku yang sedikit berdarah

"lo kenapa berdiri tadi?" naufal tersenyum kecil lalu membantuku berdiri dan mendudukkan aku kembali di kasur

"udah tau kaki lagi sakit, gini kan jadinya" dia berdiri dan berjalan menuju kotak P3K dan mengambil rivanol, kapas dan plester. Naufal hendak mengobati luka dipelipisku namun aku segera memundurkan wajahku, terlihat dia menaikkan sebelah alisnya

"kenapa?" tanyanya

"biar aku obatin sendiri aja" jawabku lalu mengambil kapas yang ada ditangan naufal. terlihat naufal sedang memperhatikan gerakan tanganku, dia berdecak sembari menggelengkan kepalanya lalu mengambil kembali kapas dari tanganku.

"lo itu emang keras kepala ya, sini gue bantuin" aku menahan nafasku ketika jarak wajah kami bisa dibilang cukup dekat. Naufal mengobatiku dengan hati-hati, setelah menempelkan plester dipelipisku terlihat naufal kembali memperhatikanku. Oh Tuhan! Aku rasa pipiku kembali memanas.

"kenapa pipi lo merah lagi? Masih sakit ya?" tanyanya membuat aku segera memegang pipiku yang merona.

"kalian ngapain disini?" aku dan naufal segera menoleh dan melihat seorang perempuan menghampiri kami

"sekarang udah jam pulang" ucapnya sembari memandang aku dan naufal bergantian

"nafla, kamu bolos ya?"

"hah? Ga kok. Kak ara jangan nuduh aku gitu dong, liat nih kaki sama pelipis aku" ucapku lalu memperhatikan lukaku

"hm.. yaudah tapi maaf bukan maksudnya mau ngusir tapi uks mau dikunci" ucapnya. Ya. Kak ara ini adalah ketua pmr. Jadi setiap pulang sekolah dia selalu mengecek uks dan menguncinya.

*

Aku berjalan menuju kelas dengan dibantu naufal yang memegang lenganku. Awalnya aku menolak tawarannya untuk membantuku tapi dia memaksa karena merasa bersalah sudah membuat kakiku bengkak seperti ini. Ketika sampai di kelas aku melihat kinan duduk dikursinya sembari meletakkan ponsel disebelah telinganya dan disebelahnya ada laki-laki dengan tubuh tinggi berdiri membelakangi aku dan naufal.

"kinan" kedua orang itu menoleh, 'oh dia kakak kelas yang sering jemput kinan buat kumpul osis' ucapku dalah hati

"nafla kamu dari mana aja? Aku telfon ga diangkat" gerutu kinan ketika aku baru saja duduk disebelahnya

"pelipis kamu kenapa? Terus kenapa tadi kamu jalan dipapah sama dia?" aku melirik ke arah naufal yang kini berdiri disebelahku

"ah itu tadi.." belum sampai aku menyelesaikan ucapanku, naufal tiba-tiba saja membuka suaranya

"tadi gue ga sengaja lempar bola basket terus kena kaki dia tapi kalo pelipis itu bukan salah gue tapi salah dia sendiri" ucapnya membuat kinan menganggukan kepalanya

"yaudah naufal makasih ya udah bantuin aku ke kelas" ucapku lalu mendapat anggukan dari naufal.

"ok kalo gitu gue duluan ya" naufal membalikkan badannya dan hendak keluar namun langkahnya tiba-tiba saja berhenti ketika kinan memanggilnya

"naufal.." naufal mengangkat sebelah alisnya ketika kinan tidak juga melanjutkan kalimatnya

"kamu ga mau nganter nafla pulang?" aku sontak menolehkan pandanganku pada kinan

"eh ga usah, aku pulang bareng kamu aja kinan" jawabku cepat

"tapi aku sekarang mau kumpul osis naf, iya kan kak nic?" ucap kinan seraya menyenggol pelan kakak kelas disebelahnya

"ah iya tapi kalo kamu ga kumpul juga gapapa kok, ga terlalu penting ini" ucapnya membuatku tersenyum

"tuh kan ga ikut kumpul juga gapapa. Kakak tolong nanti bilangin ke ketua osisnya ya kalo kinan izin ga bisa kumpul. Ok ok" ucapku seraya tersenyum padanya

"oh iya naufal, maaf udah bikin kamu nunggu. Aku pulang bareng kinan aja" ucapku seraya tersenyum sementara naufal mengangguk lalu melanjutkan langkahnya keluar kelas.


Sorry for typo

maaf ya ceritanya tambah gaje gini hehe

makasih buat yang udah nyempetin waktunya buat baca cerita aku :)

Vomment thanks ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang