(15) Lie

23.1K 1.5K 24
                                    

Hari ini gue gak bisa nganter elo ke rumah. Bisa sendiri?

Malda berulang kali membaca pesan singkat di ponselnya itu. Memahami kata demi kata yang sebenarnya mudah dimengerti.

Emang lo mau ngapain, Vin?

Tak perlu menunggu lama, Kalvin kembali membalas.

Gak penting. Lo bisa sendiri?

Malda memutar bola matanya kesal. Masih saja ia bersikap cuek kepadanya.

Iya, gue bisa sendiri ke rumah duluan. Jangan kelamaan nyusul!

Malda menopang dagunya sambil memperhatikan keluar kelas melalui jendela.

Ia terus berpikir apa yang akan dilakukan Kalvin? Apakah itu hal yang sangat penting dan tak bisa ditinggalkan?

Tapi Randy lah yang seharusnya menjadi hal penting dan tak boleh ditinggalkan.

Sebenarnya ada apa?

***

Malda mengetuk pintu rumah Kalvin dengan perlahan.

Tak lama, Mbok Bi datang dan membuka pintu untuknya.

"Hai Mbok Bi," sapa Malda sambil tersenyum lebar.

"Lho, Mbak Malda nggak bareng sama Mas Kalvin?" tanya Mbok Bi bingung.

"Enggak, Mbok. Mbok tau nggak kemana Kalvin pergi?" tanya Malda lagi membuat Mbok Bi menggeleng-geleng.

"Yaudah, monggo Mbak, masuk dulu. Randy udah nungguin di ruang tengah."

Malda segera masuk dan mendapati Randy dengan senyum khasnya. Ia segera mencium tangan Mamanya itu.

"Randy, udah makan belum? Yuk kita makan," ajak Malda sambil kembali menggenggam tangan Randy.

"Papa mana, Ma?" tanya Randy sambil menatapnya bingung sambil celingak-celinguk mencari Kalvin.

"Papa pulang telat. Katanya ada urusan," jelas Malda membuat Randy mengangguk mengerti.

Belum ada beberapa menit ia bersama Randy, ponselnya kembali berdering.

Malda segera melihat ponselnya. Tapi, ia kecewa ketika nama yang tertera bukan nama seseorang yang sedang ia khawatirkan.

"Entar ya, Sayang. Randy sama Mbok Bi dulu," ucap Malda sambil mengusap kepala Randy sekilas dan berjalan agak menjauh.

"Kenapa, Vi?"

"Ih, cuek banget lo Mal. Sapa gue dulu gitu."

Malda tertawa kecil mendengar sahabatnya sewot.

"Oke, oke. Hai Via! Kenapa telfon? kangen ya sama gue?" jawab Malda lagi dengan nada yang dibuat-buat.

"Telat, Mal. Telat!" balas Via kembali membuat Malda kembali tertawa.

"Jadi, kenapa lo telfon, Vi?"

"Ah iya! Gue tadi liat Kevin pacar lo itu, masuk ruang BK, Mal!"

Kali ini Malda melongo lebar. Pacar? Kevin?

"Lo salah sambung, Vi? Kevin siapa? Gue nggak kenal." jawabnya lagi sambil memutar bola mata.

"Itu lho anak akselerasi yang deket sama lo! Yang suka ngatur-ngatur elo!"

"Namanya Kalvin. Dia bukan pacar gue, Vi." gerutu Malda malas.

"Ah, terserah. Tapi pokoknya temen cowok lo itu masuk ruang BK?!" ucap Via histeris membuat Malda menjauhkan ponselnya dari telinga. Menghindari ketulian.

[OUR] LITTLE ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang