(28) Don't

20.5K 1.5K 105
                                    

Kalvin berlari melewati orang-orang yang sedang berdesakan di bandara itu dengan lincah. Beberapa kali ia menabrak orang-orang yang ada disana.

Tapi ia berusaha untuk tak peduli. Langkah kakinya semakin dipercepat dan matanya meliuk kesana kemari sembari mencari sosoknya.

Perasaannya sudah tak karuan bukan main membayangkan semua hal mengerikan yang sudah menggerayangi pikirannya.

"Malda!" teriaknya ketika akhirnya ia menemukan gadis itu.

Gadis berambut gelombang itu sedang duduk di ruang tunggu dengan tatapan kosong dan ia sama sekali tak mendengar suara Kalvin.

"Malda!" suara bariton itu kembali menyahut di tengah hiruk pikuk yang ada, sambil terus berusaha untuk mendekati Malda.

Kepala gadis itu akhirnya menoleh ke arah seseorang yang sedang berlari mendekatinya. Matanya membelalak melihat kedatangan lelaki secara tak terduga itu.

Tanpa mempedulikan ayahnya yang sedang menatapnya selidik, Malda bangkit dan mendekati Kalvin yang sedang berdiri sambil mengatur napasnya.

"Kalvin?! Lo ngapain sih kesini?" bentak Malda antara senang dan sedih. Senang bisa bertemu lagi, dan sedih karena lelaki itu harus melihat kepergiannya secara langsung.

"Jangan pergi," ucap Kalvin cepat.

Malda segera tertegun dan mengingat jika Randy juga mengatakan hal yang sama beberapa waktu yang lalu.

Senyum sedih kembali terpahat sebagai jawaban.

"Please, Mal, dengerin gue," tegas Kalvin sambil menatap Malda dalam-dalam. "Jangan pergi."

Gadis itu tertawa hambar berusaha memecah suasana yang terlihat tegang. "Vin, elo jangan kayak Randy gitu."

Ia membuang pandangannya ke arah lain. Berusaha tak menatap mata yang membuatnya semakin berat untuk meninggalkannya.

"Mal, gue nggak bercanda. Kenapa Mal? Kenapa lo nggak cerita sama gue?"

Tatapan Malda masih belum berani bertemu dengan lelaki bermata elang dihadapannya.

"Mal, tatap gue. Dengerin gue, please," pintanya sekali lagi membuat Malda menyerah.

Ia menatap kedua bola mata yang menuntut akan penjelasan darinya secara langsung.

"Gue nggak bisa, Vin. Lo tau kan bokap gue kayak gimana?"

"Gue bisa. Gue bisa bujuk bokap lo, supaya lo nggak pergi," jawab Kalvin cepat dengan nada yang terdengar sedikit mendesak.

Kali ini Malda tertawa lepas. "Vin, lo kalo bego jangan kebangetan deh."

Dalam hati, Kalvin tersenyum kecil karena ketika ia bisa melihat gadis ini tertawa, hatinya merasa tenang dan damai. Tak ada lagi rasa panik yang melingkupi dirinya.

"Tapi gue serius, Mal."

Malda menghentikan tawanya lalu melirik ke arah ayahnya yang masih belum melepaskan pandangannya dari mereka berdua.

Ia menggeleng sekali lagi dengan perlahan. "Gue tau bokap gue nggak bakalan ngubah pikirannya."

Kalvin mengacak rambutnya panik seakan ia benar-benar harus kehilangan seseorang yang sudah bisa mengisi hidupnya menjadi berwarna.

"Gu-gue sama Randy nggak tau harus gimana kalo lo pergi." Kalvin kembali membuat berbagai alasan untuk menahannya agar tak pergi.

Jantung Malda berdetak tak menentu melihat lelaki ini bertingkah jika ia benar-benar tak bisa hidup tanpa dirinya.

[OUR] LITTLE ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang