1. Permulaan

673 51 9
                                    

Ada beberapa alasan terpenting yang membuatku berada disini, lebih tepatnya sih di depan sebuah Akademi Sihir Warlock yang terlihat seperti bangunan tak berpenghuni saat Lorein menurunkanku beberapa saat yang lalu, dan dia hanya mengatakan; "yah, semoga harimu menyenangkan." dan pengasuhku itu melesat pergi dengan Luby-kudaku. Jadi karena 1) Goldenrod dalam bahaya dan Akademi Sihir Putri di Filia sudah menutup pendaftarannya, maka 2) ayah dan ibu memutuskan untuk mengirimku ke Akademi Sihir Warlock dan 3) berpura-pura menjadi seorang Warlock sampai aku merasa muak dan tidak ingin berbohong lagi, tapi 4) aku dapat masalah serius jika penyamaran ini terbongkar, aku tidak ingin BUM! Berubah menjadi abu halus ketika seseorang tahu identitasku.

Jadi yeah, aku merelakan rambutku di pangkas pendek, padahal dalam diriku aku rindu rambut merah panjangku yang selalu kusikat setiap malam. Tapi sekarang, aku seperti bukan menjadi diriku sendiri.

Pintu simetris di depanku terbuka, menimbulkan suara decitan aneh yang memekik telinga saat seorang pria berkumis muncul di balik pintu itu dan terseyum hingga kumisnya terangkat. Dia memakai kemeja motif garis vertikal yang membentuk tubuhnya dan celana katun hitam yang telihat longgar di bagian bawahnya.

Pria itu terkekeh-kekeh saat melihatku, lalu berkata, "kau Kyle Heater dari Hawthrone?"sebenarnya aku Cheryl Heater, Kyle adalah nama kakakku. Tapi aku menganguk kecil dan berusaha terseyum ramah. "Nah, ayo bawa barangmu."

Kalau saja ini Akademi Putri, pasti ada banyak pesuruh yang mau membawa barang-barangku, tapi di sini hanya ada kaki tanganku yang bisa diandalkan. Fakta yang satu itu benar-benar menyebalkan.

Akademi Sihir Warlock punya bangunan ala kastil tua berwarna keabuan, halaman depannya luas dan di penuhi taman hias dan air mancur. Secara geografis, bukit Militis memang indah, di atas ketinggian itu bangunan sekolah tampak terlihat sangat megah. Aku mengikuti pria itu hingga masuk kedalam, ada beberapa anak cowok berbadan besar dan berotot berjalan di sepanjang lorong, rata-rata mereka semua terlihat amat tidak peduli, tapi naluriah perempuanku pada anak laki-laki selalu tajam, mereka keren, dan tam-

"Mr. Heater?" aku tersentak, dan mencoba menyembunyikan rona merah di wajahku. Aduh, ini permulaan yang buruk. "Kau akan terbiasa untuk bersikap masa-bodolah-dengan-sekitar, jadi aku Mr. Garold, secara teknis aku adalah Bapa Asrama Akademi ini."

Mr. Garold mengulurkan tangannya yang besar, dengan kikuk aku menyambar lengannya. "Senang bertemu denganmu." itu jelas bukan suaraku. Tegas, berat, dan jelas-jelas seksi-oh lupakan. Itu hanya efek dari ramuan pembesar suara yang Lorein racik, aku punya sebotol penuh di tas-ku.

"Nah, aku akan menunjukkan seisi Akademi sampai acara minum teh sore nanti. Kita punya waktu dua jam, dan kurasa itu cukup." ucapnya.

Selama seratus dua puluh menit yang panjang, aku terus menguap.

Mr. Garold menjelaskan seisi Akademi yang benar-benar membuatku mati kebosanan. Tapi yang terpenting, aku paham inti pembicaraanya. Ada tiga lantai di bangunan ini, lantai dasar khusus kelas-kelas dan lapangan besar yang jumlahnya lumayan banyak hingga aku kewalahan menghintungnya dengan jari, disana juga ada aula makan, aula utama tempat berkumpul, ruang dansa, dan aula-aula lainnya. Lalu di lantai dua, ada menara-yang entah bagaimana bisa tidak terlihat olehku-yang berisi asrama-asrama murid dan kamar mandi paling mewah-oke, mungkin yang terakhir itu agak gila. Kemudian lantai tiga, sesuatu seperti kelas angkat berat, atau ruangan tempat menyimpan berbagai senjata dan perpustakaan buku berjalan yang kelihatannya sangat patut kukunjungi, juga ruang-ruang rekreasi untuk pertunjukkan seni.

Kakiku nyaris putus ketika akhirnya Mr. Garold menunjukkan asramaku di Asrama Salamender. Mungkin (lagi) jika aku membandingkan dengan Akademi Putri, tentu saja yang itu lebih bagus, mereka menamai asrama-asramanya dengan nama yang cantik.

"Waktumu tinggal tiga puluh lima menit lagi untuk membongkar barang-barang, ada opera sabun pukul empat. Dan kuharap kau bisa hadir tepat waktu." pesan Mr. Garold sebelum menghilang.

Aku membuka asramaku, dan mencium bau mint menyengat. Kamarku lumayan luas untuk di tempati dua orang (karena ada dua ranjang disana) salah satunya masih terlihat kosong tanpa seprai, dan ada dua meja belajar juga lemari ukuran sedang di pojok ruangan. Di sisi lain kamar, terdapat jendela yang cukup besar menampakkan permandangan pepohonan hijau. Dinding kamarnya berwarna merah marun dengan lukisan ksatria berbaju zirah sedang mengendarai kudanya.

Yah, sebenarnya ini tidak terlalu buruk untuk sebuah kamar. Tapi jika aku boleh membandingkan, kamarku jauh lebih keren dan cantik dari kamar asramaku yang ini. Serius, aku punya banyak gaun dan korslet, juga lemari sepatu yang besar dalam ruangan yang berbeda-cukup.

Kutaruh tas merah besarku di samping kasur, aku langsung mendesah dan berbaring di atasnya. Hari yang panjang dan melelahkan, berita buruknya hari ini belum benar-benar selesai. Aku tidak berniat membongkar barangku dan lekas mengganti bajuku dengan seragam sekolah yang akan membuatku seperti boneka sawah dengan baju kedodoran.

"Oh, kau orangnya."

Aku bangkit dari kasur dan terkejut. Seorang laki-laki telanjang dada keluar dari pintu yang kuduga sebagai kamar mandinya, ya Tuhan ini buruk. Kututup wajahku dengan tangan lalu mengalihkan perhatianku dan berusaha untuk tidak merona. Aku nyaris melihat banyak pria tampan nan keren di sekolah ini, hal itu bisa saja membuatku terkena serangan jantung dadakkan, sangat tidak baik.

Orang itu memakai kaus putih yang melekat pas di tubuhnya dengan sempurna, saat dia menoleh, aku mengalihkan tatapanku. Cheryl, ingat siapa dirimu.

"Ekhem, ya." kataku setelah selang beberapa menit. "Kau pasti teman sekamarku." kali ini aku benar-benar payah membuat perkataan.

Tidak ada jawaban, dan lelaki itu sudah siap memakai kemeja putih dan jas biru yang lagi-lagi seperti di buat khusus untuknya.

Ah, masalah apalagi yang akan menimpaku setelah mendapat teman sekamar dingin yang nyaris membuatku putus asa sebelum menjalani hari pertamaku.














Amy's Note

Halo, tau banget ini beda dari chapter sebelum revisi. Tapi aku pikir ini lebih baik #apanya. Makasih ya udah mau baca ;) kedepannya lebih banyak istilah sihir juga kelas-kelas sihir yang pokonya gitu #gajeamatlu. Oke, saya beres.

Warlock AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang