Broken home

110 10 4
                                    

Sesampai dirumah aku sangat terkejut saat mendapati rumahku yang berantakan seperti kapal pecah. Guci kesayangan mamaku, gelas, piring pecah ber keping keping. Siapa yang melakukan ini semua? Sial.

Saat aku kekamar mamaku aku mendapati mamaku yang sedang nangis terisak isak, aku tidak tahu apa yang terjadi aku sudah berusaha menanyakan apa yang terjadi tetapi yang kudapatkan hanyalah suara tangisan.

Selesai mengganti baju aku segera menyusun keping keping yang berserakan. Saat aku sedang mengutip kaca yang berserakan tiba tiba saja papa mendekatiku. Saat aku bertanya apa yang terjadi dirumah ini dia memberiku map berisi kertas, saat aku membukanya yang ku dapati iyalah surat pernyataan cerai. Sial!

"Berarti ini semua gara gara papa?!" Cetus ku dengan nafas yang tak beraturan.

"Dasar kamu masih kecil udah pandai ngelawan? Gimana sudah besar? Mau kamu pijak aku?" Jawabnya yang tak kalah keras dari suaraku.

"Gara-gara papa nih ya semua jadi berantakan gini, gapernah nganggap mama ada, gapernah ngehargai perasaan mama, sekarang malah minta cerai? Pasti karna papa punya simpenan gajelas huh?!" Cetusku dengan nafas yang tak beraturan, sungguh aku sudah tidak bisa menahan amarahku. Sungguh aku sudah tidak bisa menahan amarahku yang sudah memuncak.

Plakk..!!

Sebuah tamparan mendarat dengan sempurna di pipi bagian kanan ku. Sungguh aku tak menyangka, ayah yang sangat baik dan sangat memanjakan aku kini tega menamparku dengan tangannya sendiri. Aku menangis dan aku lari kedalam kamarku dan meninggalkannya sendirian. dan aku keluarkan semua rasa yang ada dihatiku saat ini, mulai dari sakit, perih, hancur, remuk. Mungkin kalau dikira kira hatiku sama seperti kaca yang pecah berkeping keping tadi.

Sudah pukul 8 malam, saatnya makan malam. Aku berjalan menuju meja makan. Kulihat ayah dan ibuku sudah duduk dimeja makan menunggu kedatanganku. Tanpa sedikitpun aku melirik ke papa ku yang jahat itu. Aku makan seolah olah tidak ada dka disini. Hatiku masih sangat sakit karena dia.

"Pokolnya besok kertas ini sudah di tanda tangan" ucap papa ke ibuku di tengah makan kami dan membuat ibuku yang baru makan beberapa suap lalu menghentikan makananya dan pergi menuju kamarnya.

Tanpa mikir lagi aku pun mengikuti ibuku menuju kamarnya. Saat beranjak dari kursiku, aku melihat papaku sambil menunjukkan mata sinisku ke arahnya.

"Ma, jangan nangis lagi" ucapku lembut sambil memeluknya dan tanpa sadar air mataku mengalir di pipiku.

Mamaku tak menjawab perkataanku tadi, dia hanya berbaring membelakangiku. Tanpa mikir panjang lagi aku langsung tidur dibelakangnya dan memeluknya.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang