7

69 6 2
                                    

Fahra POV

Aku agak merasa kaget saat dia senyum denganku, aku tak tau harus berbuat apa, sialnya saat itu aku tidak menjawab senyumnya malahan aku hanya menaikkan 1 alisku dan itu terkesan sangat sombong, apa salahnya kalau aku menjawab senyumannya tadi? Tapi kalau difikir fikir buat apa dia senyum denganku? Aku saja dengannya tidak punya hubungan apa apa melainkan tidak kenal. Aku hanyalah pengagum rahasia dia yang hanya bisa mencintainya secara diam diam. Aku tidak boleh telalu kepedean, siapa tau dia tadi tidak tersenyum denganku melainkan orang yang tadi dibelakangku.

"Hoii bengong muluk lo, mikirin utang lo ya?" Celotos septi menyadarkanku dari lamunanku.

"Ehh ini gue kepikiran mama gue" jawabku asal.

"Yaudah lo jangan terlalu mikirin, kasian mamalo disana jadi bahan fikiran lo terus, mending lo berdoa aja buat dia"

Aku hanya tersenyum mendengar saran dari septi barusan dia salah satu temanku yg sangat mengerti aku.

Saat aku sedang berjalan dengan septi menuju ke parkiran tiba tiba saja aku melihat pandu sedang duduk di atas motornya. Kulihat dia sedang memainkan ponselnya. Aku hanya melihat wajahnya saja dari tadi, aku sangat suka melihat wajahnya yang tidak bosan dilihat itu. Saat aku sedang asik melihat wajahnya tiba tiba saja dia menoleh dan mata kami bertemu (lagi) .
Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Aku malu sekali, sudah berkali kali aku ketahuan sedang memperhatikan dia. Tiba tiba aku merasa pipiku yang memanas. Sial aku ngeblush. Aku tidak berani melihat ke arahnya lagi.

"Pipi lo kok merah gitu?" Tanya septi.

"Merah ya? "

"Banget malahan"

"Sial, yuk balik"

"Yuk"

Saat sampai dirumah aku segera makan dan membereskan rumah, saat pekerjaan rumah sudah selesai aku memainkan ponselku dan mendapat mesengger dari..

Pandu Wijaya

Udah puas liatin gue ?

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang