Delapan.

420 67 14
                                    

by the way, thanks for this beautiful cover, pizzajunkie. i love it so much. its a new cover guys!

Previously...

Sekarang aku mengenalnya. Lebih jauh lagi. Bahkan lebih jauh dari yang kuperkirakan.

------------------------------------------------------------------------

Sore itu, aku berjalan menyelusuri koridor untuk mengambil gajiku di kantor Mrs. Smith. Tak terasa, sudah satu bulan aku bekerja di Institut ini, dan aku masih bertahan.

Lalu tiba-tiba, saat aku sedang berjalan, seseorang mendekap mulutku dari belakang dan menyeretku ke arah toilet. Lebih parah! Toilet lelaki. Astaga! Tangan siapa ini?! Bisa kupastikan, itu lelaki.

Aku memberontakkan tubuhku yang kalah besar dengan badannya. Saat pandanganku fokus, aku melihat Harry duduk di lantai kamar mandi. Tangan kanannya memegang sebotol vodka. Baru aku menyadari, lelaki yang menyeretku itu Liam. Mau apa mereka?!

Liam mengambil sarung tangan dan mengikatnya kebelakang kepalaku sampai menutupi mulutku. Aku ingin berlari, tapi tenaga Liam lebih kuat dari pada tenagaku. Sial sial sial!

Liam mendorongku keujung sudut kamar mandi. "Hei manis," ujarnya mendekatiku.

AUTHOR'S POV

Liam mendorong Indiana ke sudut pojok kamar mandi. "Hei manis," godanya berjalan mendekati Indiana.

Indiana terus memojokkan dirinya ke sudut kamar mandi. Indiana tak tahu harus melakukan apa, ia pastinya tak bisa lari dari mereka. Pipi Indiana yang merah padam dibasahi oleh air matanya sendiri. Sesaat, Indiana menyesal telah berbicara dengan mereka tadi siang. Terutama Harry, Indiana telah melihat Harry dengan pandangan yang salah.

Liam mendekati Indiana dan membuka paksa pakaian Indiana, membuatnya telanjang dada. "You have a great body, Indiana!" serunya. Matanya menjalar keseluruh tubuh Indiana, membuatnya menutup tubuhnya dengan balutan tangannya. "What do you think, Harry?"

Harry mengangguk dan meminum vodkanya lagi. "Good," gumamnya.

Mata Liam kembali pada Indiana yang sekarang sudah menangis dan tak tahu harus berbuat apa.

Kumohon jangan!, teriak batin Indiana.

Mengumpulkan seluruh keberaniannya, Indiana menendang wajah Liam yang tadinya merangkak mendekati Indiana. Indiana berhasil membuat Liam mengerang dan mengalihkan pandangannya. Di kesempatan ini, Indiana mengambil ancang-ancang untuk kabur. Tapi tetap saja, tangan Liam secepat kilat menarik pergelangan tangan Indiana saat ia hendak berlari.

Indiana menggumam tidak jelas karena mulutnya di sekap dengan sarung tangan. Sekali lagi, Indiana mengedarkan pandangan ke arah Harry, berharap Harry yang tadi siang ia temui dengan Chan kembali. Tapi itu hanya harapan Indiana yang tak akan terkabulkan.

Wajah Liam merah padam, ia menarik Indiana kasar dan memojokkannya ke tembok. "Fucking bitch!" umpat Liam.

Tangan Liam menahan kedua pundak Indiana menempel pada tembok, membuat Indiana mengerang keras. Dengan lihai, Liam mengebaskan rambut Indiana kebelakang dan bibirnya menciumi leher Indiana. Indiana menggigit sarung tangan yang ada pada mulutnya, Indiana tak ingin memberi Liam kepuasan dengan apa yang Liam lakukan pada Indiana.

Indiana tetap memberontak dan menutup matanya. Ia hanya bisa menangis dan berdoa agar ada yang menolongnya secepat mungkin.

Sekedipan mata, bibir Liam sudah berada di payudara Indiana yang masih berbalut bra putihnya. Tangan kiri Liam meremas satu payudara Indiana dengan kencang, yang mengakibatnya Indiana melengkuh keras. Indiana terus terisak dan Liam tak peduli. Apalagi Harry.

Insanity. (Harry's Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang