Tiga.

583 87 22
                                    

Sebelumnya, gue mau minta maaf soal mulmed chapter ini ok. Gue kehabisan ide buat mulmed. Happy Reading.


Previously...

"Harry kabur," ujarnya terengah, "untuk yang kedua kalinya."

----------------------------------------------------------------------------------

Aku berlari menuju ruang CCTV di lantai 5. Seharusnya ia tahu kalau Harry kabur. Pasti dia tertidur, dasar bodoh!

Sesampainya di lantai 5, aku berlari ke pintu yang berada di paling ujung. Di depan pintu aku tertegun. Pintu ini sudah dalam keadaan terbuka. Tidak, pintu itu di... dobrak. Gagang pintu itu sudah lepas dari tempatnya, tergeletak jauh. Perlahan, aku mendorong pintu ini. Jantungku berdegup sangat kencang.

"SANTO DIOS!" aku berteriak saat pintu ini terbuka sepenuhnya. Menampakkan tubuh seorang lelaki gemuk tergeletak di lantai dengan darah memenuhi lantai dan lehernya. Tangannya diikat ke gagang laci mejanya. Tanganku yang bergetar menutup mulutku. Aku menutup mataku, mencoba meluruskan pikiranku. Apa yang harus aku lakukan?

Aku mengabaikan mayat yang tergeletak ini dan mengedarkan pandangan ke monitor CCTV. Tapi tak ada satupun yang merekam, semuanya berwarna abu-abu kehitam. Aku mencoba melihat rekaman yang tersimpan 10 menit sebelum aku mendapatkan kabar bahwa Harry kabur. Tapi Harry teralu pintar, ia mematikan semua kamera dan menghapus semua rekaman yang ada.

Aku kembali ke lobi, dimana John dan penjaga lainnya berkumpul. Beberapa berpencar ke sepenjuru institut ini. Lampu lonceng sudah menyala, berputar ke segala arah. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, sedangkan aku bingung harus bagaimana. Tubuh lelaki yang tergeletak itu masih terbayang di benakku.

"Indiana!" panggil John saat mengedarkan pandagan dan melihatku, membuatku menengok ke arahnya. "Andrew tertembak, Harry tidak sendiri, ada satu teman yang membantunya. Kami tak bisa melihat wajahnya, ia memakai topeng anonymous. Panggilkan ambulans untuk Andrew. Aku mau mengecek ruangan CCTV dulu!" ujarnya menjauh.

"John!" panggilku, ia kembali ke arahku. "Aku sudah mengeceknya, Harry menghapus semua rekaman di memori dan..." ucapanku terpotong. Aku menangis lagi karena bayangan lelaki terkapar tadi mengiang di otakku. John menatapku bingung dan mengelap air mataku. "Dia membunuh penjaga ruangan CCTV."

Mata John membelalak. "Telpon ambulans, Indiana. Aku akan mengurusnya. Susul Andrew di ruang check-up medical III," John memelukku sekejap dan beranjak pergi.

Aku berlari ke ruang check-up medical. Sesampainya di depan pintu yang bertulisan 'Check-up Room'. Ruangan ini hanya dipakai saat ada pasien baru dan pasien yang sakit. Aku mengelap air mataku dan menarik napas dalam-dalam. Lalu aku membuka pintu itu.

Di dalam, Andrew tergeletak di kasur kecil. Mrs. Smith sedang membalutkan perban di sekitar kaki bagian atas Andrew. Sejak kapan Mrs. Smith di sini?

"AARGGH!" Andrew berteriak saat Mrs. Smith mengencangkan perbannya. Perbannya sudah bukan berwarna putih lagi. Pakaian Mrs. Smith pun sudah terkena darah.

Mrs. Smith melihat ke arahku saat aku menutup pintu. Ia menurunkan kacamatanya agar dapat melihatku dengan jelas. Lalu ia berbalik menghadap Andrew lagi. "Jangan telpon ambulans, apalagi polisi, Indiana,"

"T-tapi Andrew-"

"Yang penting pelurunya sudah tidak ada di dalam tubuhnya," Mrs. Smith mengembalikan posisi duduknya mengarah padaku. Andrew hanya mengerang dan ia tertidur. "Jangan coba-coba telpon polisi tentang ini, Indiana."

Aku mengangguk pelan. Walau Mrs. Smith sudah berumur 46 tahun, ia tetap terlihat cantik dan terlihat begitu muda. Tapi ia juga sangat mengintimidasi, sama seperti Harry. Nama lelaki itu muncul lagi di benakku. Sepintar apa ia sampai bisa kabur dari institut super ketat ini?

Insanity. (Harry's Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang