Enam.

446 65 10
                                    

UPDATE STORY INI UNTUK APRESIASI WIFI GUE SEMBUH DAN TV GUE SEKARANG ADA NET. BAHAGIA SKL HIDUPKU.

Enjoy!



Previously...

Aku merasa sendiri. Terikat. Dan terjebak pada sesuatu yang sudah tak bisa kuhindari.

-------------------------------------------------------

Aku duduk di samping tempat tidur Check-up Room ini. Aku masih tak mengerti kenapa aku bisa sampai di sini. Yang kuingat hanya Harry dan aku di lorong, dan... anak kecil itu.

Aku menatap kakiku yang menjuntai dari tempat tidur ini. Aku masih merenungkan anak lelaki itu dan wanita yang kuanggap ibunya. Siapa dia? Aku benar-benar tak bisa mengingat wajah mereka. Dan yang kuingat hanya alur semua itu.

Hannah masuk dan memberiku minum. "Ini, minum dulu," ujarnya.

"Terimakasih," ucapku dan mengambil gelas yang Hannah berikan padaku lalu meminumnya.

Baru aku berniat untuk menanyakan Hannah bagaimana aku bisa di sini, Hannah sudah memotongku. "Kata dokter kau hanya kelelahan. Semalam kau lembur padahal bukan jadwal lemburkan? Dan kau tidak beristirahat sedikit pun. Di tambah lagi, kau belum makan apa-apa," ujarnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk mengerti. "Dan, Harry yang membawamu ke sini," mataku langsung melihat ke arahnya saat sesudah nama Harry keluar dari mulutnya.

"Harry?" ulangku. Hannah mengangguk. "Hei, Hannah. Kau ingat yang aku bilang semalam aku ke ruang dokumentasi?"

Mata Hannah membesar. "Oh astaga! Ya! Maaf, aku memotongmu tadi pagi. You know, Harry is a distraction," ujarnya.

Aku mengangguk dan melanjutkan, "Soal secarik kertas yang kau bilang kemarin..." aku menggantungkan kata-kataku berharap Hannah mengerti.

Hannah menaikkan kedua alis matanya. "Surat yang ada saat Harry di tinggalkan di depan pintu?"

Aku mengangguk lagi. "Surat itu tidak ada di dokumen milik Harry, Hannah."

Hannah membelalak. "Tidak ada? Apa maksudmu tidak ada? Oh, Indiana! Kau harus tau, semua pegawai di sini tau tentang surat itu. Lalu kau menyelinap di sana dan mengatakan surat itu tidak ada?"

"Sshh! Jangan sampai ada yang mendengar!" ujarku mengingatkan. "Aku bahkan mencari di semua tempat, dan hasilnya nihil. Bahkan, dokumen Harry ada di dalam berankas kecil. Don't you think it's odd?"

Hannah sedikit berpikir dan berkata, "Sudahlah, tidak penting. John menyuruhku untuk membawamu mencari makan di luar."

"Aku tidak lapar," balasku singkat. Persis dengan kata-kata Harry saat pertama kali aku bertemu dengannya.

"Tidak peduli, kau harus tetap makan!" Hannah menarik tanganku dan menyeretku keluar.


Hannah membawaku ke restoran Cina di dekat Institut. Institut ini tidak jauh dari China Town atau daerah perkampungan. Alasan aku betah bekerja di Institut ini karena China Town memiliki berbagai macam makanan enak dan barang-barang murah di sana.

Restoran ini menyajikan bihun, mie khas Negara Cina dan lain-lain. Di sini sangat lengkap. Aku memesan ayam kung pao dan nasi serta the poci. Berbeda dengan Hannah, ia memesan sayur-sayuran. Ia vegetarian.

Selama di sini, aku melihat ke arah kaca terus-menerus. Banyak orang lalu-lalang di sekitar sini. Ada yang menarik gerobak, pejualan kaki lima, dan pengemis. China Town memang ramai dan tidak teralu tertata rapi, tapi aku senang di sini. Di sini aku merasa... hidup.

Insanity. (Harry's Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang