Chapter 2

184 18 0
                                    

-Dear Anastacia-

Where ever you go, what ever you do, I will be right here waiting for you

-Dear Anastacia-

"Terima Kasih?" jawab gue dengan nada yang bisa dibilang lebih terdengar seperti sebuah pertanyaan.

"Ya sudah, kau telah melewatkan 20 menit waktu pelajaran sama Nona Sharp, lebih baik sekarang kau duduk dan buka buku paketmu halaman 88."

Demi apapun, ini terlalu banyak dan terlalu mengejutkan untuk disebut sebuah hari pertama kepindahan ke sekolah menengah atas yang baru. Aku akan bertaruh berapapun kalau bunda akan tertawa kencang menggelegar di rumah bila mengetahui apa yang telah aku lakukan. Bunda memang seperti itu. Mungkin orang orang akan memandang keluargaku sebagai keluarga sinting?

***

Ku matikan mesin motor saat sampai. Ku lemparkan kunci motor pada seorang satpam agar dapat memindahkannya ke dalam garasiku."I'm home." Ucapku dingin dengan volume yang sedikit lebih keras.

"hoo, anak kesayangan mama udh pulang ternyataa. Yaudah sekarang ganti baju trus makan yaa. Papa udah nunggu di meja makan."

"hmm" jawab gue sambil jalan ke rumah belakang. Sebenernya bukan rumah, tapi sebuah kamar dengan bangunan terpisah. Kaya cottage gt lah. Ku lepas kemeja sekolahku dan menyisakan balutan kaos hitam polos di tubuhku.

Mungkin mandi bukalah sesuatu yang buruk mengingat aku udh mendapatkan terlalu banyak hari ini.

Setetes demi setetes air mulai membasahi rambut hitamku. Sejuk. Setelah merasa cukup, aku keluar kamar dan mencari baju untuk dipakai. Celana pendek dan kaos tipis cukup untuk sore ini.

Dia. berubah. Salah. Dia. merubahku. Entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Menyebalkan. Sangat sangat menyebalkan. Hanya saja, ada yang aneh. Kurasa penah melihat mata itu. Mata yang menenangkan. Entah dimana. Ku coba mengingat, tapi semuanya sia sia.

God Damn! Lo nyoba buat ngelakuin sesuatu ke gue yang gue gatau apa.

Lamunanku berhenti saat mama memanggil dari halaman mengingatkan untuk bersiap makan malam. Ku ganti celana pendek dengan celana kain panjang dan kemeja untuk melapisi kaos putih polosku.

Semua udah berkumpul di meja makan. Udara sangat dingin di malam ini memaksaku untuk kembali ke kamar dan mengambil 3 buah jaket.

"Nih pake. Udah tau mau makan, bukannya pake jaket. Bego. Kalo lo sakit, gue juga kan yang ribet."

"eh elo? Iya iya gue pake. Makasih ya"

"eh ka? Itu buat siapa jaket satu lagi? Kalo bukan buat aku, aku mau ambil ke atas aja dehh. Jean lupa pake jaket." Ujar adikku.

"ini buat kamu lahh. Trus buat siapa lagi. Nih dipake." Ucapku sambil memasangkan jaket yang paling kecil –bagiku- di tubuh mungil adik kecilku.

"yaudah yu kita makan. Kasian kakanya juga baru pulang, mau istirahat. "

Makan malam berjalan dengan sunyi. Piring di depanku sudah kosong tapi aku tidak bisa meninggalkan meja begitu saja. Papa ga ngajarin kaya gitu. Papa pernah bilang kalo semuanya lama lama akan sibuk dengan urusannya masing masing, jadi waktu dengan keluarga bakalan kepotong. Dan inilah waktunya untuk keluarga. Saat makan malam. Hanya sekedar berkumpul di satu meja, seengganya masih menandakan bahwa semuanya masih terikat tali persaudaraan.

"ka, mama sama papa besok mau keluar kota. Bentar kok. Cuma 3 hari. Nah selama itu, mama mau nitip Jean ke kamu. Sama tolong urusin rumah dan anter jemput Jean ya. kamu boleh pake mobil koo. Soalnya kan kamu tau sendiri Jean agak takut naik motor."

"Dan jangan nyusahin Nadisa juga ya." tambah papa.

"oh gitu. Iya iya." Jawabku sekenanya. Tanpa mama papa, gue bebas ngelakuin apa aja di rumah belakang tanpa ada yang bakal keganggu.

"kaka ke kamar." Ucapku lalu berlalu menuju kamar. Ku dudukan tubuhku di atas kursi depan meja belajar, memandangi tumpukan buku buku yang masih akan menemaniku 2 tahun kedepan. Tapi, pikiranku terbang ke suatu tempat di masa lalu.

Flashback On

"ih kamu jangan kaya gitu. Kalo aku jatoh gimana? Siapa yang mau tanggung jawab?"

"ya aku lah yang tanggung jawab. Kan nanti kamu aku nikahin. Trus kita bareng bareng terus deh sampe mati."

"ih kita ga mati tau. Kita tuh meninggal. Tapi kamu janji ya nanti bakalan balik lagi? Awas aja kalo engga."

"iya aku janji koo."

Flashback off

Sekelebat memori itu kembali berputar. Gue kangen sama dia. demi apapun, gue rela nuker apapun yang gue punya, buat ketemu dia lagi. Sampe sekarang, gue ga sayang sama dia. gue cuma butuh dia. buat gue nyandar kaya dulu. Buat gue cerita kaya dulu.

Tetes demi tetes berjatuhan membasahi wajah, menemani sekelebat memori yang masih bertengger nyaman di pikiran. Tak mau pergi.

-Dear Anastacia-

A/n

Ketemu lagi hehee. Maafin ya kalo baru update. Baru sempet hehee. Miskin quota. Enjoy reading!!

DON'T FORGET GIMME VOMMENT!!

Bandung, February 6th

Jeanny Styles

Dear AnastaciaWhere stories live. Discover now