-Dear Anastacia-
song of this part:
When you're gone - Avril L-Dear Anastacia
You can lie from the other people but you can't hide it from yourself or maybe from your halfside
-Dear Anastacia-
Sekelebat memori itu kembali berputar. Gue kangen sama dia. demi apapun, gue rela nuker apapun yang gue punya, buat ketemu dia lagi. Sampe sekarang, gue ga sayang sama dia. gue Cuma butuh dia. buat gue nyandar kaya dulu. Buat gue cerita kaya dulu.
Tetes demi tetes berjatuhan membasahi wajah, menemani sekelebat memori yang masih bertengger nyaman di pikiran. Tak mau pergi.
-Dear Anastacia-
Ah shit! Kapan sih hidup gue dibiarin tenang dan serius dikit. Ini lagi enak enak flashback, malahan kena air bocoran AC. Kan ga lucu.
Gue lupa kalo tadi malem emang ini AC bocor, dan gue lupa ngegeser kasur supaya ga kena tetesan air. Ya gini deh hasilnya.
Mood ancur. Kesel, sedih, marah. Semuanya campur aduk. Udh ga mood lagi gue buat sedih sedihan, yang gue butuhin sekarang itu... TIDUR!
Ku pejamkan mata dengan sedikit unsur pemaksaan, tapi akhirnya mataku pun mulai menutup, dan semuanya gelap.
***
PRANG!!!
Tidak! Ku mohon jangan seperti ini. Aku takut. Tuhan tolong aku Tuhan!
Lemparan demi lemparan pun makin sering terdengar. Lama kelamaan suara suara itu semakin mendekat.
Tidak! Ku mohon! Jangan sakiti aku. Aku akan melakukan apapun, tapi tolong, berhenti menyiksaku!
Tapi suara suara itu tetap berjalan mendekat. Pintu kamarku terbuka. Seseorang disana. Namun tak terlihat jelas.
Siapa dia?!?! mau apa dia di kamarku?!?!
Orang itu semakin mendekat, lalu menyentuh leherku dengan tangan dinginnya. Tangannya sangat dingin. Dinginnya menyayat lapisan per lapisan kulit leherku. Tapi, ternyata aku salah. Itu bukanlah tangan, melainkan pisau pemotong buah berbentuk kecil namun sangat tajam.
"Tolong hentikan. Tolong!" teriakku. Ku paksakan mataku untuk membuka. Dan mataku seketika membelalak melihat lelaki yang ada di depanku saat ini.
Pantas saja aku bermimpi seperti itu. Ada dia di dekatku.
Atmosfer di kamarku seketika berubah. Orang yang telah meninggalkanku 10 tahun yang lalu. Meninggalkan ku dengan semua kenangan pahit yang di torehnya pada hati dan tubuhku. Sangat sakit. Bahkan perih. Disaat luka itu sudah hampir tertutup, penyebab lukanya pun datang lagi dan siap menorehnya bekas baru di tempat yang ia inginkan. Ingin rasanya membunuh tua Bangka ini, namun dia tetaplah ...
"ayah." Ucapku parau. Ya dia ayahku yang meninggalkanku selama 10 tahun dengan keadaan yang hancur berantakan. Dan sekarang ia kembali di saat yang lebih baik ¬– aku dan ibuku baik, namun aku tidak tau apa yang ia rasakan sekarang.
"Hello sweetheart!" ucapnya.
Aku benci ini. Aku benci suaranya. Aku benci panggilan sweetheartnya aku benci padanya. Aku benci dengan semua hal yang menyangkut dirinya. Namun hati berkata bahwa aku masih menyayanginya. Aku masih merindukannya. Rasa sayangku lebiih besar dari benciku. Harusnya aku bisa merubahnya seiring berjalannya waktu. Tapi semua itu sia sia. It aren't healing the hurt that much with this little time.
Ia merengkuhku ke dalam pelukannya. Membungkus tubuh kecilku dengan tangan kekarnya. Membungkusnya dengan sengaja untuk menghantarkan kehangatan yang selama 10 tahun ini tidak kudapatkan. Tubuhku membeku. Membeku. Hanya membeku. Tak bisa melakukan apa apa. Aku masih tidak percaya. Aku masih benci padanya. Namun, aku rindu pelukan ini. Pelukan yang selalu menenangkan saat bonekaku diambil oleh temanku dulu. Tangan yang selalu menggenggam tangan mungilku kemanapun aku pergi.
YOU ARE READING
Dear Anastacia
Teen FictionJika pada alat pemantau denyut jantung udah datar datar aja, berarti lo udah ga hidup. sama dengan kehidupan nyata lo, kalo hidup lo datar datar aja, berarti lo ga pernah hidup. hidup lo semu. ==Dear Anastascia== Mengalah adalah pilihan yang bijak...