Hai hai haiii... Aku kembali dengan cerita baru nih. Doakan ya.
~~
Happy Reading ^^,
~~
"LAUREN!"
"Lauren!"
"Lauren! I love you!"
"We love you, Lauren!"
Seruan penggemar dan tepuk tangan meriah menyambut Lauren ketika baru saja keluar dari limusin. Puluhan kilat kamera berkelip. Ia bersyukur langit sore ini sangat cerah meski udara dingin bulan Maret masih terasa menggigit.
Poster-poster film terbarunya dipasang di sepanjang dua ruas jalan Sixth Avenue. Para penggemar memadati jalanan yang dipasangi pagar pembatas dengan membawa poster film atau spanduk berisi tulisan-tulisan dukungan sambil terus meneriakkan nama aktor atau aktris kesukaan mereka.
Lauren berjalan dengan anggun di sepanjang red carpet, melambaikan tangan pada penggemar yang terus meneriakkan namanya. Senyum manis menghias wajahnya yang cantik.
Lauren berhenti sejenak, berbalik memandang ratusan wajah yang berdiri tak jauh di belakangnya. Dan sama seperti yang sudah-sudah, matanya mulai menjelajahi kerumunan. Dari satu wajah ke wajah yang lain. Dari satu sisi ke sisi yang lain hanya demi menemukan satu wajah yang begitu ia rindukan. Namun sama seperti sebelumnya pula, ia tidak menemukan wajah itu di mana pun.
Terkadang ia nyaris putus asa, namun hati kecilnya tak pernah berhenti berharap kalau suatu hari nanti mimpinya bisa menjadi kenyataan. Ia tak pernah berhenti berdoa agar bisa dipertemukan kembali.
Lauren hanya perlu bersabar. Dan terus mencari.
Apakah kau melihatku?
Lauren menatap puluhan kamera.
Entah di mana orang itu berada, Lauren berharap orang itu melihatnya dan tersenyum bangga. Merasakan rindu yang sama.
"LAUREN!" Riuh teriakan penggemar menyentaknya kembali dari lamunan.
"Sebelah sini." Salah satu panitia yang berdiri di sebelahnya memberi pengarahan. Petugas keamanan mengenakan setelan jas biru gelap dan headset menempel di salah satu telinga berjalan di sisinya.
Setelah tiba di New York City siang tadi, tanpa beristirahat ia segera bersiap untuk menghadiri acara gala premiere film terbarunya, The Hunter, yang diadakan di Radio City Music Hall. Walau lelah dan kantuk menggelayuti, melihat antusias penggemarnya seketika ia menjadi bersemangat kembali.
Juga berkat kopi Tanzania Peaberry kesukaannya yang disiapkan Jill.
Ia menghampiri barisan penggemar yang berdiri berdesakan di sepanjang sebelah kiri red carpet. Mereka melambaikan buku saku atau majalah dari belakang pagar besi.
Lauren menandatangani salah satu majalah yang disodorkan ke arahnya.
"You look so beautiful, Lauren," kata salah seorang penggemar.
Gaunnya berpotongan sederhana dengan manik-manik biru kehijauan di bagian kaki. Gaun sutra buatan tangan itu membungkus tubuh rampingnya bagai kulit kedua. Memperlihatkan lekuk feminin tanpa memberi kesan yang berlebihan. Bibirnya dipulas lipstik merah muda, riasan wajahnya natural. Rambut panjangnya ditata rapi membentuk sanggul kecil di belakang kepala, beberapa helai dibiarkan menjuntai membingkai wajahnya. Kukunya dimanikur ala Prancis dan dicat sewarna dengan gaunnya.