-2-

1.3K 133 5
                                    

South Korea, Seoul. 2 September 2012.

Seorang gadis cantik bermata cokelat cerah, dengan rambut hitam, panjang rambutnya dibawah bahu, sedang berjalan diatas trotoar kota Seoul.

Gadis itu memakai kemeja lengan panjang dengan motif check, celana jeans pendek dan sepatu Convers berwarna hitam.

Di tangan gadis itu ada secarik kertas yang bertulisan sebuah alamat.

"Kata ayah, alamat ini adalah tempat tinggalku." Gumam gadis itu.

Gadis itu menghela nafas, lalu ia menatap sekelilingnya.

"Aku agak lupa dengan jalanan Seoul. Terakhir aku ke sini 2 tahun yang lalu bersama ayah." Desah gadis itu. Kemudian ia kembali berjalan.

Ketika di jalan, gadis itu melihat ada sebuah bangunan tua yang sudah rusak. Di dalam bangunan itu, gadis itu melihat ada empat orang lelaki yang sedang berbincang.

Gadis itu berhenti dan menatap ke dalam bangunan itu. Satu orang lelaki berseragam SMA, tiga orang lainnya seperti preman.

"Astaga, dia sedang di palak." Ujar gadis itu.

Tiga orang preman itu mengepung seorang lelaki berseragam SMA. Tiga orang itu menyeringai menatap lelaki berseragam SMA tersebut.

"Oy, cepat berikan uangmu pada kami! Kau pasti punya banyak uang!" ujar salah satu preman.

Lelaki berseragam SMA itu hanya diam, wajahnya datar, sorot matanya sendu. Lelaki itu tidak menatap orang-orang yang sedang memalaknya.

"Oy, kau tidak dengar!? Cepat berikan uangmu pada kami!" ujar preman itu.

Lelaki itu hanya diam, ia juga tidak berekspresi ketakutan ataupun panik. Lelaki itu terlihat tenang.

"Ck! Kau mengabaikanku!? Rasakan ini!!!"

Ketika preman itu hendak melayangkan tinjunya pada lelaki itu, tiba-tiba tinjuannya melayang...

*Tap tap tap!*

Preman itu berhenti ketika ia mendengar suara seseorang berlari. Ketiga preman itu menoleh kearah suara tersebut dan...

*Buak!!*

Preman yang tadi hendak meninju lelaki itu terlempar dan terjatuh. Preman itu mengerang kesakitan, ia bangkit perlahan ingin melihat siapa yang menyerangnya.

Preman itu mendongkak, dan hidungnya keluar darah. Preman itu terkejut melihat darah ada di hidungnya, ia langsung menatap orang yag menyerangnya.

"Jangan membully anak SMA! Kalian sudah tua, harusnya kalian malu!"

Ternyata yang menyerang preman itu adalah seorang gadis bermata cokelat. Preman itu menatap gadis itu dengan marah.

"Bukan urusanmu, anak ingusan! Beraninya kau menendangku sampai hidungku berdarah! Kau cari mati!?" ancam preman itu.

Lelaki berseragam SMA itu menoleh kearah gadis yang baru saja menolongnya, dan ia terkejut. Matanya terbuka menatap gadis itu.

Gadis cantik bermata cokelat cerah itu menatap preman itu dengan dingin.

"Kau mengancamku?" tanya gadis itu dingin.

Ketiga preman itu merinding melihat gadis bermata cokelat itu.

"Hmph, aku tidak mau mencari masalah di sini. Lepaskan lelaki ini, lalu kalian aku beri ampun." Ujar gadis itu.

"Tch! Kau pikir kau siapa!? Akan ku habisi kau!" ujar salah satu preman.

Gadis bermata cokelat cerah itu menaruh tas yang ia bawa di lantai, gadis itu mengambil kuda-kuda. Salah satu preman menatap gadis itu dengan keji, ia siap untuk menghajar gadis itu.

"Aku ingin masalah ini cepat selesai, kalian bertiga langsung maju." Ujar gadis itu dingin.

Ketiga preman itu merasa harga dirinya di injak-injak oleh gadis itu.

"Anak sialan!" mereka bertiga langsung menyerang gadis itu secara bersamaan.

Beberapa saat kemudian,

Ketiga preman itu tersungkur di atas tanah dengan wajah babak belur. Gadis itu menatap mereka bertiga dengan dingin.

"Asal kalian tahu, aku adalah anak Taekwondo sabuk hitam tercepat di Kotaku." Ujar gadis itu.

Ketiga preman itu merinding menatap gadis itu lalu mereka bangkit dan melarikan diri.

Gadis bermata cokelat itu menghela nafas lega, ia mengambil tasnya lalu gadis itu mendekati lelaki berseragam SMA itu.

"Kau baik-baik saja? Apa mereka sempat menyakitimu?" tanya gadis bermata cokelat itu pada lelaki itu.

Lelaki itu hanya menatap gadis itu dengan mata terbuka, seperti terkesima. Gadis itu memiringkan kepalanya sedikit.

"Hm, kau tidak seperti orang korea. Kau orang asing? Ah, sepertinya kau tidak mengerti bahasa korea." Ujar gadis itu sambil menyentuh dagunya sendiri.

"Baiklah kalau begitu, sekarang kau mau ke mana? Aku antar kau pulang." Ujar gadis itu.

Lelaki itu terus menatap gadis itu, lalu tatapannya berubah menjadi lembut. Gadis itu merasa aneh terus di tatap oleh lelaki itu.

"Ano..."

Lelaki itu menutup matanya sejenak, lalu ia membukanya. Ia mengambil sebuah foto dari sakunya dan memberikan foto tersebut pada gadis itu.

"Eh? Apa ini?" gadis itu menyambut foto itu.

Foto itu adalah foto seorang lelaki tampan bermata biru dengan rambut pirang. Gadis itu membalik foto tersebut dan ia melihat ada tulisan alamat rumah.

"Ah, ini alamat rumahmu?" tanya gadis itu. Lelaki itu mengangguk.

Gadis bermata cokelat itu menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya.

"Sebenarnya aku juga baru hari ini sampai di Seoul, tapi sepertinya aku tau jalan ini." Gadis itu menatap lelaki itu lalu ia tersenyum.

"Kalau begitu ayo aku antar." Ujar gadis itu.

Lelaki berseragam SMA itu tersenyum tipis menatap gadis itu lalu ia mengangguk.

Mereka berjalan berdampingan, lelaki itu melirik gadis bermata cokelat. Gadis itu sedang menatap smartphonennya.

"Hm, alamat rumahmu itu ada di daerah sini." Ujar gadis itu.

Beberapa saat kemudian,

Mereka berdua berdiri di depan pagar rumah yang cukup mewah.

"Jadi ini rumahmu?" tanya gadis itu, lelaki itu mengangguk. Gadis itu menghela nafas lega.

"Syukurlah!" desah gadis itu lega. Gadis itu menatap lelaki tampan yang ada di sebelahnya.

"Kalau begitu aku pulang dulu, aku juga harus mencari apatermentku." Ujar gadis itu.

Lelaki itu menatap gadis itu dengan lembut, gadis itu sedikit terkejut menatap lelaki tampan itu. Entah mengapa, ia melihat sesuatu dari sorot mata merah lelaki itu.

"Terima kasih." Ucap lelaki itu.

Gadis itu terkesiap mendengar suara lelaki itu. Suaranya lembut dan indah. Gadis itu tersenyum manis dan mengangguk.

"Sama-sama." Ujar gadis itu.

"Kalau begitu aku pergi." Gadis itu berjalan pergi meninggalkan lelaki bermata scarlet itu.

Lelaki itu terus menatap gadis itu sampai gadis itu hilang dari pandangannya. Setelah gadis itu hilang dari pandangannya, sorot mata lelaki itu menjadi sendu.

"Rai...da."

Yours Truly "Noblesse"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang