-4-

1K 111 2
                                    

Lukedonia. 12 August 1137.

Raizel berjalan keluar meninggalkan ruangan Lord. Beberapa jam yang lalu, raizel di panggil oleh Lord untuk menghadap.

Setelah raizel pergi dari Istana, lord menghela nafas berat. Gejutel menatap Lord yang menghela nafas.

"Lord, apa anda masih mengkhwatirkan Tuan Raizel?" tanya gejutel.

"Tentu saja, gejutel. Barusan dia menolak ajakanku untuk tinggal di Istana ini. Khh, padahal Istana ini luas, banyak ruangannya, lalu ada aku dan Laskrea. Dia bisa menjadi kakak untuk Laskrea...."

"...Tapi sayangnya dia menolak." Desah Lord.

"Mungkin Tuan Raizel mempunyai alasan kenapa dia tidak mau meninggalkan mansionnya." Ujar gejutel. Raut wajah Lord berubah.

"Iya, aku tahu itu." Ujar lord. Lord kembali menghela nafas.

"Bagaimana caranya agar dia tidak kesepian yah.  Huh, dasar cowok kesepian." Ujar lord, diakhir kalimat ia mengucapkannya dengan pelan. Namun gejutel dapat mendengar.

"Lord, tidak baik mengatakan Sang Noblesse 'cowok kesepian'." Tegur gejutel. Lord hanya terkekeh. Noble pirang itu tersenyum.

"Aku harus mencari cara agar raizel tidak kesepian lagi."

Raizel berjalan menyusuri hutan. Ia berjalan pulang ke mansionnya, ketika ia sampai di pertigaan, raizel berhenti. Lelaki itu bingung, ia lupa jalan mana yang harus ia ambil.

Akhirnya, raizel mengambil jalan yang ketiga. Lelaki itu terus berjalan, namun ia merasa asing dengan jalan ini. Lelaki itu berhenti lagi, lalu ia menengok sana sini.

Seorang gadis cantik berjalan menyusuri hutang sambil membawa seikat kayu bakar di tangannya..

"Sepertinya kayu bakar ini cukup, fiuh." 

Gadis itu melap keringat yang ada di keningnya dengan punggung tangannya. Gadis itu mengambil nafas dan menghembuskannya.

"Baiklah, waktunya untuk ke tempat biasa!" ujar gadis itu semangat.

Ketika hendak kembali berjalan, jauh di depan sana, gadis itu melihat seorang lelaki tampan berambut hitam dengan pakaian ala kerajaan.

Gadis itu mengangkat alisnya, ia menatap lelaki yang sedang terlihat kebingungan itu.

Raizel yang awalnya sedang menengok sana sini, tiba-tiba ia merasakan keberadaan seseorang. Seseorang yang ia kenal sekali keberadaannya. Raizel menoleh kearah orang tersebut.

Gadis bermata cokelat itu terkesiap pelan, ia tidak menyangka lelaki itu akan melihatnya. Padahal gadis itu berdiri cukup jauh dari lelaki itu.

Raizel terus menatap gadis itu, gadis itu menjadi sedikit gelisah. Jadi gadis itu berjalan mendekati raizel.

"Permisi, apa yang kau lakukan di sini?" tanya gadis itu.

Raizel hanya menatap gadis itu datar, keringat dingin mengalir di pelipis gadis itu.

"Aku mencari rumahku." Akhirnya raizel berbicara.

"Heh?" gadis itu mengangkat alisnya, beberapa detik kemudian ia mengerti.

"Ah, kau tersesat. Kau lupa jalan pulang?" tanya gadis itu. Raizel mengangguk.

"Oh begitu, baiklah. Aku bantu kau mencari rumahmu." Ujar gadis bermata cokelat itu. Raizel membuka matanya menatap gadis cantik itu.

"Oh iya, sebelumnya, Namaku Raida Meier. Kalau kau?" tanya raida.

"Cadis Etrama Di Raizel." jawab raizel, raida terdiam sejenak menatap raizel, gadis itu seperti terkesima.

"Namamu, terdengar indah." Ujar raida sambil tersenyum.

"Kalau begitu... Raizel, aku akan membantumu mencari rumahmu." Ujar raida menatap raizel dengan senyum. Raizel menatap wajah raida sejenak.

"Raida," ucap raizel.

"Iya?" sahut raida. 

Raizel hanya tersenyum tipis. Semburat merah muncul di pipi raida ketika melihat raizel tersenyum.

"A, ayo kita pergi." Ajak raida sedikit gugup, lalu gadis itu mulai berjalan.

Mereka berjalan berdampingan, raida melirik raizel yang ada di sebelahnya.

"Dia tampan sekali." Batin raida.

Raizel merasa dirinya di perhatikan, lelaki itu membalas lirikan raida. Gadis itu terkesiap dan langsung memalingkan wajahnya.

Raizel menatap raida sejenak, lalu matanya melirik seikat kayu bakar yang raida bawa. Kayu bakar itu hanya seikat tapi kelihatannya cukup berat.

Raizel melihat, kedua tangan raida lecet akibat membawa kayu bakar itu. Sorot mata raizel berubah menjadi sendu melihat luka-luka di tangan raida.

Raida menoleh kearah raizel, raizel langsung menatap mata raida.

"Um, raizel, apa kau yakin rumahmu melewat hutan ini? Jika kita berjalan lebih jauh lagi, kita akan memasuki daerah Lukedonia." Ujar raida.

"..." raizel hanya mengangguk.

Raida selama ini tidak tahu bahwa dia selalu bermain di belakang mansion raizel, area sekitar mansion raizel sudah masuk dalam Lukedonia. Jadi selama ini gadis itu bermain di Lukedonia.

Raida kembali memperhatikan raizel.

"Raizel, apa kau seorang bangsawan?" tanya raida.

"..." raizel hanya diam sambil menatap raida.

"Dari penampilanmu dan juga auramu, kau seperti seorang bangsawan." Ujar raida.

"..." raizel hanya diam. Raida mendesah kecil.

"Kau termasuk orang yang jarang bicara yah, tapi tidak apa." Ujar raida sambil tersenyum. Raizel melirik tangan raida.

"Itu, berat?" tanya raizel. Raida mengikuti arah mata raizel.

"Ah, ini? Tidak, tidak berat. Ini hanya sedikit, jadi tidak berat." Ujar raida sambil tersenyum meyakinkan. Raizel menatap raida datar lalu ia kembali menatap ke depan.

"Tidak akan ku biarkan dia membawa kayu bakar ini. Dia pasti seorang bangsawan, tidak mungkin aku membiarkannya membawa kayu bakar ini." Batin raida.

Raida tidak tahu bahwa percuma berbicara dalam hati, raizel dapat mendengar semua yang raida pikirkan.

Beberapa saat kemudian, mereka masih berjalan menyusuri hutan. Tiba-tiba, raizel berhenti. Raida juga ikut berhenti.

"Ada apa, raizel?" tanya raida.

"Sampai di sini." Ujar raizel.

"Eh? Maksudmu?"

"..." raizel hanya diam.

"Kau sudah tahu jalan pulan ke rumahmu dari sini?" tanya raida.

"..." raizel mengangguk.

"Kau yakin?" tanya raida.

"..." raizel mengangguk. Raida menghela nafas lega.

"Syukurlah!" desah gadis itu lega. Raida menatap sekelilingnya.

"Tempat ini dekat dengan tempat biasa aku bermain." Batin raida.

Gadis itu menatap lelaki tampan yang ada di sebelahnya.

"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu." ujar raida.

Raizel menatap gadis itu dengan sendu, gadis itu sedikit terkejut menatap lelaki tampan itu.

"Terima kasih." Ucap raizel.

Raida tersenyum mendengar ucapan raizel.

"Sama-sama." Ujar gadis itu.

"Kalau begitu aku pergi. Hati-hati jalan, raizel. Jangan sampai tersesat lagi." Setelah itu raida berjalan pergi meninggalkan lelaki bermata scarlet itu.

Raizel terus menatap raida sampai gadis itu hilang dari pandangannya. Setelah gadis itu hilang dari pandangannya, sorot mata lelaki itu menjadi sendu.

"Raida."

Yours Truly "Noblesse"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang