Germany, Mosel. 14 August 1137.
Seorang gadis cantik bermata cokelat cerah mengangkat sebuah keranjang berisi beberapa buah anggur.
Gadis itu menoleh kearah wanita paruh baya yang sedang mencuci anggur di dapur.
"Ibu, aku pergi dulu mengantar anggur ini pada paman Hubert!" ujar raida.
"Iya! Hati-hati di jalan, raida!" ujar ibu raida dari dapur.
Setelah itu raida keluar rumah, ia berjalan menuju pusat desa.
Di perjalanan, banyak orang tua yang berdagang menegur raida. Raida menyapa mereka dengan ramah.
Tak lama, raida sampai di sebuah bar untuk para buruh desa. Gadis itu masuk ke dalam.
Hari masih siang, jadi bar tidak terlalu ramai. Sore hari nanti bar akan ramai, sampai malam.
"Paman Hubert! Aku mengantar pesanan!" ujar raida. Seorang lelaki tua keluar dan mendekati raida.
"Ah, raida! Terima kasih! Sini, aku ambil." Hubert mengambil keranjang yang raida bawa.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu." ujar raida, ketika raida ingin pulang.
"Ah, raida! Tunggu dulu." raida kembali berbalik.
"Ada yang ingin aku berikan padamu, tunggu dulu di sini sebentar yah." Ujar hubert, setelah itu lelaki tua itu masuk ingin mengambil sesuatu.
Raida duduk di salah satu kursi bar, ada seorang wanita seumuran dengan raida sedang membersihkan gelas-gelas.
"Frida, apa yang ingin ayahmu berikan padaku?" tanya raida pada gadis yang sedang membersihkan gelas-gelas. Frida menghendikkan bahunya.
"Aku tidak tahu. Apa kau mau minum?" tawar frida. Raida tersenyum dan menggeleng.
"Tidak, terima kasih." Tolak raida halus.
"Hey, apa kalian dengar? Kemarin di desa sebelah ada makhluk buas yang menyerang mereka." Ujar salah satu pelanggan yang ada di meja dekat jendela.
Raida menajamkan telinganya ketika mendengar makhluk buas.
"Benarkah!?"
"Iya, makhluk buas tidak hanya satu, tapi banyak! Mereka membunuh dengan cara yang sangat sadis dan tanpa ampun!" ujar lelaki itu.
"Astaga!"
"Maka dari itu, kita harus berhati-hati. Malam ini jangan keluar dari rumah." Ujar lelaki itu.
"I-iya, kau benar. Tapi bagaimana jika makhluk itu menyerang desa kita?" tanya salah satu lelaki dengan suara bergetar.
"Kalau begitu, kita harus melarikan diri."
Raida yang mendengar itu, menjadi sedikit gelisah. Ini kesekian kalinya ia mendengar makhluk buas membunuh warga desa.
Jantung gadis itu berdegup tidak nyaman, ia merasakan firasat yang tidak baik.
"Raida, kau tidak apa?" tanya frida. Raida tersentak pelan, gadis itu menatap frida.
"Ah, aku tidak apa." Ujar raida sambil tersenyum gugup.
"Wajahmu pucat loh," ujar frida.
"Benarkah?" ujar raida sambil menyentuh kedua pipinya.
Tak lama hubert mendatangi raida dengan bungkusan hitam. Raida berdiri.
"Ini untukmu, barusan istriku memanggang roti dan ia memanggangnya kebanyakan. Jadi aku ingin membagi padamu dan ibumu." Ujar hubert. Raida tersenyum.