Bab Satu

7.7K 144 41
                                    

Pria kecil dengan kumis tipis di atas mulutnya, keluar dengan susah payah dari mobil sedannya yang berwarna hitam. Pada tangan kanannya, ia memegang buku-buku yang beraneka ragam bentuk dan ketebalannya, sementara pada tangan kirinya ia memegang sebuah koper coklat berukuran sedang. Kedua benda tersebut jelas sekali membuatnya kesulitan untuk menutup kembali pintu mobilnya yang masih dibiarkan terbuka. Akhirnya, ia memutuskan untuk membebaskan tangan kirinya dari koper coklat yang mengganggunya itu. Koper yang dijatuhkannya cukup menimbulkan suara gaduh, mengingat hari sudah sangat larut di mana para tetangga sudah mulai terlelap. Setelah berhasil menutup pintunya, ia mengambil kembali koper yang tergeletak di lantai dengan perlahan-lahan.

Ia mulai melangkahkan kaki dan berjalan lurus ke depan. Ia berjalan dengan sistematis melalui jalan yang dibuat sendiri dulu. Jalan yang dimaksud adalah sepanjang jalan menuju teras rumahnya, yang di mana membentang kumpulan batu-batu kecil yang dihias sedemikian rupa dengan rumput-rumput di setiap sisinya, sehingga membentuk sebuah jalan yang terbilang sangat unik. Pada dasarnya jalan yang dibuatnya itu ingin mneyerupai tanam sekolahnya dulu waktu kecil, karena itu dapat mengingatkannya selalu pada masa kecilnya.

Dengan sedikit curiga, ia pun memasuki halaman rumahnya. Ia sangat mengenal kondisi rumahnya sehingga ia tahu kalau ada keanehan terjadi di sana. Ia langsung saja menyapu bersih pandangannya ke sekeliling taman dengan seksama, sebentar melihat ke sebelah kiri, sebentar melihat ke sebelah kanan. Ia tahu, bahwa telah terjadi keanehan di sana hanya belum mengetahui apa itu? Sifat detailnya pada segala sesuatu itulah yang makin meyakinkan dirinya untuk mencari keanehan tersebut.

Setelah pencarian terhadapan keanehan itu, ia akhirnya menemukan bahwa rumput-rumput yang dirawat rapi olehnya di tiap pinggir jalan itu telah diinjak-injak oleh seseorang. Bukan, sambil menggelengkan kepalanya ia berpendapat perbuatan tersebut bukan oleh seseorang. Tapi rumput itu diinjak oleh beberapa orang tanpa disengaja, setidaknya lebih dari satu orang.

Dengan sedikit ragu, namun ia tetap berjalan mendekati pintu rumahnya. Ia mengambil kunci pintu dengan gantungan berbentuk buku kecil di saku celana belakang, lalu memasukan anak kunci ke lubangnya. Ia memutar dua kali aank kuci itu ke kanan dan terbuka sudah pintu itu. Dan ternyata, perasaan janggal yang dimilikinya dari tadi terjawab sudah. Ketika ia menyalakan lampu ruang tamu yang tak jauh dari ia berdiri saat ini, ia dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan di hadapannya. 

Ia sedikit menelan ludah, menyeryitkan dahi lalu memandang ke segala pejuru ruang tamunya.

Ruangan yang ditinggalnya rapi tadi pagi, sekarang sudah menjadi berantakan sekali. Kertas-kertas putih ada berserakan di mana-mana. Posisi sofanya pun sudah tidak tertata lagi, bahkan bantal-bantal kecil yang biasa menghiasi sofa itu pun tersobek-sobek. Vas bunga yang terletak di tiap sudut ruangan pun sudah berada dalam posisi terbalik, bahkan ada sebagian terjatuh. Lantainya juga terlihat lembab karena ada genangan air yang tumpah dari sebuah vas bunga. Sedikit terlihat juga pecahan kaca kecil yang dapat ditemukan juga di lantai di sekeliling ruangan itu. Dan mungkin hanya meja kaca yang menemani sofa pada ruangan itu sajalah yang masih tertata baik pada tempatnya.

Wajah pria itu langsung menjadi pucat pasi. Keringat dingin seketika saja membanjiri wajahnya. Koper dan buku-buku yang dipegangnya terhempas begitu saja di lantai. Rona ketakutan dapat terlihat makin jelas pada wajahnya.

Sambil berjalan dengan panik ia mengambil handphone pada saku celananya dan mencoba untuk menghubungi seseorang. Tapi ia terlambat, karena saat mulai memasukkan beberapa kombinasi nomer, tiba-tiba saja niatnya itu terhenti seketika, niatnya itu berhenti saat ia mulai merasakan besi dingin menyentuh lehernya. 

“Profesor Jeremia???” kata pria besar di belakangnya sambil menodongkan pisau di lehernya, “benarkan anda profesor Jeremia?”

Profesor Jeremia menelan ludahnya. Ia berusaha untuk menenggok ke belakang untuk melihat siapa pria asing itu? Tapi ia tidak bisa melakukan itu.

untitled...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang