Part. 9

1.2K 79 32
                                    


Nah.. saya update nih!
Vote dan komen jangan lupa!
.
.
.

~D.O PoV~

Hoeek! Hoeek!!
Pagi-pagi aku sudah muntah-muntah.
Uuugh... rasanya seluruh badan lemas dan pegal.

"Kau kenapa? Masuk angin?" tanya Appa yang sedang menyeduh kopi.

"A.. aku.. sepertinya terlalu banyak minum kopi. Asam lambung naik," sahutku pelan.

"Kalau begitu lekas sarapan. Nasi goreng kurasa cukup membuat perutmu terisi. Setelah itu minum obat pereda maag,"

Aku melangkah gontai menuju meja makan. Rasanya tidak ada selera makan.

Sepiring nasi goreng yang biasanya membuat cacing di perutku melonjak-lonjak gembira kali ini terasa menyebalkan. Aroma nasi goreng membuat perutku semakin tidak nyaman.

"Ayo cepat makan. Mengapa kau hanya menatapnya saja dari tadi?" Appa menyuap nasi goreng ke mulutnya dan mengunyah dengan lahap.

Aku menggeleng. Benar-benar tak ada selera makan. Aku menutup hidungku agar aroma nasi goreng tak tercium.

"Kau kenapa?" Appa menatapku heran.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan cepat ke arah wastafel. Aku tidak tahan lagi. Aku mau muntah.

"Hoeek! Hooekk!" Aku memuntahkan lagi isi perutku.

"Hey, Dyo, kau kenapa?"

Aku menatap Appa takut-takut.
"Aku..."

"Ada apa?" desak Appa.

"Sepertinya aku harus bertemu dengan gadis penyihir itu lagi, Appa." sahutku pelan.

"Untuk apa? Kau sudah normal kan? Kau tidak akan berubah menjadi wanita lagi kan?"

"Ne, Appa. Aku tidak bisa menjadi wanita lagi. Tapi..."

"Tapi?"

"Tapi... aku harus berubah menjadi wanita lagi. Harus!"

"Mwo? Untuk apa? Kau tak perlu menjadi wanita lagi, D. O!"

"Harus Appa! Aku harus menjadi wanita lagi..." Aku berjalan pelan menuju sofa dan menghempaskan tubuhku disana.

"Jangan bilang kau rindu pada teman kencanmu saat kau menjadi wanita. Siapa namanya? Park Chanyeol?"

Aku menggeleng. "Tidak Appa. Aku tidak merindukannya. Hanya saja..."

Appa menungguku menyelesaikan perkataanku.

"Hanya saja... aku..." Aku menunduk. Tadinya aku tidak mau berterus terang pada ayahku. Tapi aku butuh dukungan seseorang. Dan hanya ayahku satu-satunya yang mengetahui kalau aku pernah menjadi wanita.

"Aku.. saat menjadi wanita... aku.. hamil," Aku membelai perutku dan semakin menundukkan wajahku. Bisa kutebak wajah ayahku akan menggelap karena marah.

"Apa?! Hamil? Tapi.. sekarang kau kan sudah menjadi laki-laki. Apa kau tetap hamil saat ini?"

"Ya Appa. Ada janin di dalam perutku. Maafkan aku. Aku bersalah. Aku tidak menuruti kata-katamu. Maafkan aku,"

Sebuah tamparan keras kuterima. Aku hanya bisa diam.

"Kau hamil saat menjadi wanita? Siapa yang melakukannya? Park Chanyeol? Atau... jangan-jangan.. Kai?"

"Chanyeol," keluhku pelan.

Appa terduduk di sofa sebelahku.
"Ya Tuhan.. Dyo..." gumam Appa sambil menggelengkan kepalanya.

"Mianhe.. maafkan aku Appa. Aku sungguh menyesal," aku memohon.
"Saat ini Chanyeol selalu menghubungiku tapi aku mengabaikannya. Aku pikir setelah menjadi laki-laki aku tidak akan hamil. Tapi ternyata walaupun tubuhku sekarang laki-laki, janin itu masih ada di tubuhku," kataku pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

D.O ½Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang