Sesekali Gress menggambar wajah manis Glen. Namun gagal.
...Saat nya jam istirahat dimulai...
Bel itu membuat Gress bergegas menuju ke kantin. Ia menemui Glen di sana. Mereka langsung membicara kan sesuatu.
"Hay Glen.."
"Oh hay.."
"Glen aku mau kamu jujur."
"Maksudmu apa?"
"To the point aja, siapa nama mu! Kamu bilang kamu Glen. Tapi disitu tertulis Charlist Pieterzone." Ucap Gress seraya menjulurkan kartu nama Glen.
"Aku bisa menjelaskan nya, tapi nggak disini."
Glen menarik tangan Gress dan mengajak nya ke belakang kampus.
"Glen...?"
"Baiklah.. Nama ku Charlist Pieterzone. Itu nama ku. Dan Glen hanya nama yang bagus, jadi aku mengaku seperti itu."
"Hah.? Apa alasan mu?"
"Aku memiliki cerita yang sangat naif. Mungkin untuk mempercayainya saja butuh waktu seumur hidup."
"Tidak... aku akan mempercayaimu. Cerita kan padaku. Agar keraguan ku ini hilang. Aku ragu pada mu Glen."
Glen membuka kaca mata hitamnya. Nampak mata emas nya itu menyala karena sinar matahari. Bibir nya pun semakin memerah dan kulitnya semakin pucat.
Glen/Charlist POV
Mungkin ini saat yang tepat untuk menceritakan pada nya.
"Baiklah..Gress, panggil aku Charlist. Aku ragu dengan kepercayaanmu. Mungkin kamu akan menjauh stelah mendengar cerita hidup ku."
"Tak kan pernah Charlist."
"Aku terlahir dari keluarga bangsawan."
"Bangsawan..? "
Gress nampak kaget dengan ucapan ku. Wajah nya memucat saat mendengar aku berasal dari keluarga bangsawan.
"Hmm.. sudah kuduga respon mu akan seperti itu."
"Owh..maaf maaf lanjutkan ceritamu."
"Tepat nya pada tahun 1215. Aku seorang putra dari penasehat kerajaan di inggris. Ayah ku adalah orang yang sangat berwibawa dan ibu ku adalah sahabat dari ratu. Pada usia 17 th aku mengalami kecelakaan yang sangat dahsyat. Bahkan aku koma, nyawaku serasa tergantung di antara kehidupan dan kematian. Aku sangat tersiksa dengan keadaan itu. Ini sangat menyiksaku. Kematian datang memghampiri ku. Itu sangat menakutkan. Aku merasakannya. Tuhan mencabut nyawaku dari ubun ubun secara perlahan. Dan itu sangat menyakitkan. Rasanya tubhku seperti dicincang tanpa dibunuh. Serasa tubuhku di hancurkan hidup hidup."
"Kematian.?"
Gress bertanya seolah tak percaya dengan cerita ku.
"Ya.. kematian. Aku merasakan nya. Setelah itu,aku berada di sebuah dunia yang entah apa nama nya. Banyak orang menangis, mertapi hasil dari kehidupan nya. Isak tangis di mana mana. Aku pun sama dengan mereka. Aku juga menangis, tapi bukan karena menyesal. Aku hanya kasihan pada orang orang yang kutinggalkan. Seseorang tinggi besar dengan jubah hitam menarik ku ke sebuah tempat gelap, tanpa udara. Sesak, sangat sesak. Aku tak bisa bernafas disana. Aku tersiksa. Serasa ada yang mencekik ku. Terasa paru paruku hampir pecah. Darah segar keluar dari mulut, hidung bahkan telingaku. Tubuhku sudah terasa dingin. Aku tak bisa lagi bernafas. Sesak yang kurasa belum selesai, dua orang dengan tubuh hitam legam menghampiri ku. Mereka manghancurkan tubuh ku dengan besi besi yang panas. Mereka seperti psikopat yang tengah menyantap korbannya. Mereka berhenti beberapa saat. Tak lama kemudian mereka melakukannya lagi. Saat itu air mata ku berubah menjadi cairan merah yang anyir. Salah seorang dari kedua orang itu mengangkatku dan melemparkanku ke dalam kolam yang sangat indah. Mereka berubah menjadi bersih,putih,bercahaya bahkan cahayanya menyilaukan, sampai aku tak dapat melihat wajah mereka. Seseorang dengan jubah putih menghampiri ku.ia berkata 'kau akan kuhidupkan kembali, tapi dalam keadaan mati'. Aku tertegun mendengarnya. Orang itu melanjutkan bicara nya 'ya. Kau akan hidup kembali dan kau tak kan pernah terluka. Kau bisa memiliki keturunan, tapi keturunan mu akan hidup tanpa bernafas. Ia akan sama sepertimu. Kau akan hidup tanpa bernafas. Dan jangan harap kau bisa menghentikan hidupmu nanti nya.'
Aku berfikir aku akan tersiksa dengan keadaan seperti itu. Aku tidka mau hidup selamanya, aku tidak menginginkan itu. 'Jangan aku tidak mau' teriakanku itu tak berarti lagi. Orang itu memegang ubun ubun ku dan mata ku terpejam. Saat kubuka mataku. Aku berada di padang rumput yang indah. Terdapat banyak bunga bertaburan. Itu sangat indah.Namun naas, seluruh warga kota menjauhiku mereka mengatakan aku akan membawa bencana. Mereka menyebutku mayat hidup. Bahkan kedua orang tua ku juga menjauhi ku. Entah apa yang mereka pikir kan. Saat itu aku sendiri, aku benar henar sendiri. Bahkan kekasihku di eksekusi karena menjalin hubungan dengan ku. Hidup ku sangat pilu. Hingga pada suatu malam amarahku menggebu nggebu. Amarah itu sudah tak terkendali. Aku membunuh ayah dan ibu ku secara sadis. Layak nya psikopat, aku dengan bangga membunuh mereka berdua. Kebencianku yang menyebabkan ini semua. Aku menali mereka berdua di tempat tidur dan ku siramkan gas diatas tubuh mereka, dan kubakar mereka hidup hidup. Hingga akhirnya warga kota mengetahui tentang itu. Mereka membakarku diatas perapian ditengah kota. Nyawa dibayar nyawa, hanya itu yang kudengar dari mereka. Penyesalanku tiba, aku menyesal, ayah dan ibuku. Meskipum mereka membenciku, tetap saja aku tak pantas melakukan hal itu. Tapi semua iti telah terjadi. Api dari perapian itu tak kunjung membakar tubuhku. Sulit di percayai. Warga kota mulai takut padaku. Mereka meminta ku pergi dari kota itu secara terhormat. Yah akhirnya aku menjalani hidup seperti ini, tanpa teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
My DEATH STAR
Teen FictionTakdir. Takdir adalah sesuatu yang mempertemukan kita, karena kita tak percaya pada fakta bahwa semua terjadi secara kebetulan.