Sadar, Gress

45 12 3
                                    

Huh itu hanya mimpi. Ini mimpi buruk.

"Huh..."

Nafas ku sangat berat. Rasanya aku hampir mati dibunuh pria tampan itu. Kukira itu sebuah mimpi pernikahan. Ternyata pembunuhan.

Semua ini karena Charlist. Saat ini aku menangis. Karena mu, Charlist.

Aku bangkit dari tidurku dan segera bersiap.

Kenapa.. kenapa kamu memberiku hal istimewa yang membuat ku terpanah berkali kali. Terpesona pada mu lagi dan lagi..

Ah kini semua sudah menyebar ke alam bawah sadar ku. Rasa hancur ku sudah menyebar, merasuk ke dalam mimpi ku..pikiranku.

Tapi, aku yakin Tuhan telah membuat takdir yang terbaik untuk ku. Aku yakin, Tuhan mendengarkanku. Tuhan hanya ingin aku bertahan, berusaha, dan belajar.

Aku membasuh wajah dan menatapi kaca wastafel ku.

Aku cantik. Tapi mungkin tak secantik wanita idaman Charlist.

Ah payah, aku baru mengenal nya. Untuk apa aku bersedih hanya karena kepergian nya. Aku hanya merasa bersalah. Tak kan lebih.

Sinar matahari cerah menyeruak masuk ke dalam mata ku. Terang, sangat terang. Udara pagi yang segar merasuki jiwaku. Menatap jalan yang ku lalui. Bersikap seolah tiada beban. Aku harus berusaha. Hidup ku, jalan ku masih panjang. Bahkan masih jauh dari kesuksesan. Aku harus menggapai nya.

Pagi ini aku mulai merasakan bangku universitas ku yang sudah 5 hari kutinggal kan.

Ara menghampiriku yang sedang berjalan gontai.

"Gress....!"

"Ara."

"Bagaimana kabarmu? Kudengar kamu dirawat dirumah sakit selama 4 hari ya? Maaf aku nggak sempet njenguk kamu."

"Ah sudah.. aku hanya demam."

"Udah yuk masuk."

Ara menarik ku. Dan seorang dosen menyuruhku dan Ara untuk mengambil sebuah tas di ruang penghargaan.

Di ruangan itu terdapat banyak piala dan medali hasil mahasiswa dan mahasiswi yang berprestasi.

Charlist Pieterzone

Tertulis nama charlist di salah satu piala.

"Ada apa Gress?"

"Ah nggak."

"Owh... piala itu ya. Itu milik Charlist si mata emas itu. Asal kamu tau dia adalah pria idamanku. Uh maksudku setiap wanita."

"Charlist.Glen..!!! Aarrrgggghhh!!"

Kepala ku sakit. Sangat sakit saat mengingat nama itu.

Ara terlihat panik. Ia langsung membawaku ke UKS. Disana Ara terlihat khawatir. Jelas, ia sahabat ku. Satu satu nya sahabat yang paling setia. Dia memang api kecil ku.

"Gress.. jangan terlalu memaksa."

"Hmm udahlah kamu ke kelas dulu. Aku bisa ngurus diriku sendiri Ara.. percayalah"

"Hmmm sudah kuduga kalo kamu bakal ngusir aku.hufftt "

"Udah hus.. hus.."

"Ahahhaha iya iya.. dah.."

Ara keluar dari UKS. Kini aku sendiri.

Tiba tiba seorang dosen memasuki ruangan tempat ku berdiam.

"Hay nona manis?"

"Hah? Bapak siapa?"

"Apa kamu ingat Adam?"

Nama itu, nama pria yang menemui ku di rumah sakit.

"Iya dia teman ku. Aku mengenalnya di rumah sakit."

Dosen itu mendekati ku.

Khusus yang ini memang terkesan pendek. Maaf kawan.

My DEATH STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang