Part 8

4.1K 146 7
                                    

Halo semuanya... mari kita lanjut lagi cerita ini. Selamat membaca.

Haruo POV

Tumben sekali aku merindukan candaan Yoshida. Kemana dia, seharian ini dia tidak menhubungiku. Biasanya dia akan telepon aku untuk sesuatu hal yang sepele yang terjadi di perusahaan dan aku akan memerahinya jika dia tak bisa menanganinya. Mungkin dia lagi merayu Veerna. Aku akan melihaatanya ke kamarnya. Sekali-kali aku yang menjahili dia.

"Aku belum menerima laporanmu, Yoshida?" kataku dingin dan mengagetkannya. Kulihat dia melamun dan lamunannya buyar saat aku membuka pintu kamarnya dengan kasar.

Dia pun berjalan ke arah meja kerja di sudut kamarnya dengan gontai tanpa berbicara denganku. Ini cukup aneh biasanya dia akan marah-marah dan atau kesal padaku saat aku buka pintu kamarnya denagn kasar. Bahkan dia mungkin akan bercelote tidak jelas sambil membalas perlakuan ku yang dingin padanya sehingga aku sedikit tersenyum pada tingkahnya.

"Ini." Katanya datar dan kelihatan sedih. Aku rasa ada yang tidak beres padanya.

"Kenapa kau tidak seceria biasanya. Apakah ada masah di perusahaan yang membuatmu seperti ini. Apakah kau takut aku akan marah karena kau tak mampu menanganinya sendiri?"

"Ini tidak ada hubungan dengan perusahaan. Semua laporan itu sudah aku kerjakan tanpa ada kesalahan." Dia menggeleng lemah.

"Ada apa denganmu? Ayolah bukankah kau sudah menganggapku adikmu sendiri, ceritakan padaku apa yang terjadi denganmu. Mungkin aku bisa membantumu." Bujukku supaya Yoshida mau berbicara. Aku memang baru menyadari tadi ibu Hazawa menyuruh aku untuk berbicara dengan Yoshida saat selesai makan malam tadi, ternyata ini maksud ibu Hazawa. Ibu Hazawa khawatir pada putranya. Bodohnya aku baru menemui Yoshida sekarang.

"Veerna marah padaku dan dia menghindariku. Aku sudah berusaha untuk menemuinya hari ini. Rumah, butik, toko dan sekolah Yuki sudah ku datangi tapi dia tidak ada. Aku mencoba meneleponnya, dia tidak mau mengangkat ponselnya. Aku ingin melacak keberadaannya melalui ponselnya pun tidak bisa. Dia mematikan ponselnya. Seharusnya aku tidak membawanya ke acara pembukaan hotel baru kita. Itu terlalu dini untuk mengenalkan Veerna pada orang lain, padahal kami belum menjalin hubungan yang spesial." Kata Yoshida sambil menghela napas kasar dan kelihatan sangat sedih.

"Tenanglah Yoshida, aku akan membantumu. Aku akan berbicara dengan Louisa mengenai hal ini. Aku akan berusaha untuk mempertemukan kalian dan selanjutnya urusanmu untuk berbicara pada Veerna atas semua kesalahpahaman kalian." Kataku menghibur Yoshida.

"Benarkah? Terimakasih Haruo. Kau memang adik terbaik sedunia." Katanya seketika memelukku sangat erat. Aku sedikit risih dengan pelukan ini tapi biarlah untuk sebentar.

"Hei, sudahlah. Aku risih sekali kau peluk lama-lama. Baru itu saja kau kembali lagi seperti Yoshida yang konyol dan kekanakan." Aku berusaha melepaskan pelukan itu tapi apa daya pelukan itu semakin erat dan yang paling parah dia mencium pipiku.

"Cukup Yoshida. Pelukan ini semakin menjijikan dan aku benci kau cium. Aku harus mencuci mukaku segera. Aku ingin muntah dengan perlakuanmu. Sudah aku bilang jangan pernah mencium dan memelukku seperti ini, kita seperti homo. Sehari saja kau bersikap seperti pria normal kalau dirumah. Makanya segera mungkin kau melamar Veerna dan menikah dengannya. Pokoknya setelah aku menikah dengan Louisa dua minggu lagi, kau harus menikah dengan Veerna. Aku tak mau Louisa cemburu tidak jijik padaku tepatnya jika dia melihat kau memeluk dan mencium pipiku seperti tadi!" Ujarku marah.

"Tenanglah adikku sayang. Aku ini pria normal. Aku hanya sangat menyayangimu dan masih menganggap mu bocah lima tahun yang selalu menggemaskan. Ternyata adikku mau melangkahi aku dengan menikah duluan. Aku tak akan mau kalah denganmu. Aku juga akan menyatakan perasaanku dan melamarnya segera setelah kau berhasil mempertemukan aku padanya." Ujarnya dengan mencubit kedua pipiku dengan gemas dan aku segera ku tepis.

MY FAKE FIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang