BAB 6

78.2K 4.1K 95
                                    

Happy Reading

Author

Author

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Abi membuktikan kata-katanya yang akan memulai semuanya dengan paksa. Dengan berat hati Abi menggulung selimutnya, memasukannya kedalam lemari lalu menata bantal diatas tempat tidur.

Meski berat baginya, namun Abi bisa apa? Naraya membelinya dari Pinka, hidupnya dan tubuhnya sudah menjadi milik Naraya. Dia punya hak sepenuhnya atas diri Abi, menolak pun percuma karena pada kenyataanya ia sudah menikahi Naraya.

Naraya istrinya baik buruknya dia itu sudah menjadi tanggung jawab Abi. Abi wajib menafkahinya lahir maupun batin, tidak bisa selamanya ia bersembunyi untuk menyembuhkan luka hatinya sementara Naraya masih berbaik hati menunggu dan hari ini batas kesabarannya sudah habis.

Dia menuntut Abi untuk menjadi suami yang utuh, memberikan haknya dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang suami.

Naraya tidak salah, hanya saja Abi berat melakukannya karena hati dan fikirannya masih sepenuhnya untuk Pinka. Bagaimana bisa ia bercinta dengan Naraya sementara wajah dan lenguhan Pinka yang ada dalam bayangannya.

Abi menoleh, melihat Narya baru saja masuk kedalam kamar membawa segelas air. Ia sudah cantik dengan pakaian tidur yang cukup menarik perhatian lawan jenisnya, buru-buru Abi memalingkan wajahnya memilih untuk meletakan guling yang tadi ada disofa.

Naraya berdiri menyender dimeja rias dengan tantapan tertuju pada Abi. Menggenggam segelas air putih lalu meminumnya sedikit.

Abi terlihat canggung dan masih dengan wajah biasanya, Naraya memakluminya mungkin karena ini pertama baginya setelah beberapa lama tidak bersama Pinka.

Naraya berdehem pelan lalu tersenyum setelah Abi menoleh dan melihatnya.

"Biar aku yang rapihin mas." ujar Naraya mendekati ranjang dan meletakan segelas air diatas meja.

Abi mengagguk samar lalu duduk disofa, membiarkan Naraya merapihkan selimut dan beberapa buku yang berserakan diatas ranjang.

Tatapan Abi tidak fokus, sesekali ia melirik Naraya namun buru-buru ia palingkan lagi.

Naraya memang baik, lembut dan perhatian meski masih canggung dan berhati-hati. Namun perhatian Naraya kepadanya belum bisa menghilangkan bayangan Pinka, wanita sialan itu masih saja melekat didalam ingatan Abi meski berulang kali ia berusaha untuk membuangnya.

"Mas. Sini, tidur."

Naraya menepuk tempat disebelahnya, meminta Abi untuk mendekat dan tidur bersama. Ragu-ragu Abi mendekat duduk dipinggir ranjang lalu menatap Naraya yang sudah membaringkan tubuhnya.

Ku Beli Suami MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang