"Syukurlah, peluang kamu masuk ke SMAN 1 cukup besar, Vit"
Iya iya iya. Tau kaya gini, mendingan dari tadi di Cafe baremg Shinna. Ibu nyuruh-nyuruh aku pulang cepet, kirain ada apa. Toh, Ibu malah ngajakin aku daftar ke SMA. Males tau ga, apalagi SMA yang........ga aku minat.
Ibu Ibu, kenapa ga nanya aku dulu sih? Kan aku yang sekolahnya. Dan aku yang berhak untuk milih masuk ke sekolah yang aku minati. Jangan main daftar aja? Gimana kalo aku ga suka? Ha? Ibu mau tanggung jawab kalo aku sering bikin masalah?. Yang pasti sih aku ga punya keberanian untuk itu.
Cuaca di siang hari ini, cukup mendung. Berhubung bulan ini masuk musim penghujan, pasti di sore harinya akan turun hujan.Maybe.
Aku memendam semua amarahku, semenjak menginjakkan langkah pertamaku disekolah itu. Sekolah yang nantinya akan menjadi sekolah baruku.
Di dalam mobil yang di kendarai Ibuku, aku memalingkan wajahku ke arah jendela menutupi amarah, dan rasa sebal yang kurasakan dihari ini. Cielah bahasanya kece beud.
Ibu sesekali melihat ke arahku yang membuang muka. Ia menepuk pelan pundakku. Dan behasil membuat aku terkejut.
"Kamu kenapa Vit? Ga suka sama sekolahnya? Apa mau masuk ke sekolah yang lain? SMAN 2, 3 ?" Tawrarnya.
LEBIH BAIK TAK MEMILIH. Ibu mau daftarin aku sekalipun ke seluruh SMA favorit se Indonesia, ga bakalan aku mau. Yang jelas aku ga mau, GA MAU MENAU. Kenapa aku ga mau? Karena aku lebih tertarik masuk SMK. Tapi apa daya, aku hanya seorang anak yang HARUS menuruti semua kata Orang Tua. Aku bisa apa!. Merasa terkekang? Sangat terkekang.
Tak kuat menahan amarah ini. Terlambat. Amarah ini semakin membludak, bergejolak. Amarah ini kupersembahkan dengan turunnya satu cairan bening yang senantiasa mengalir di pipi kiriku. Cepat sebelum Ibu menyadarinya, aku hapus airmataku dengan punggung tanganku.
"Vita suka ko Bu!" Ucapku singkat. Dengan susah payah aku tersenyum ke arahnya, menutupi ketidaksetujuanku mengenai sekolah itu. Tapi, apa sih yang engga buat Ibu.
"Yaudah, sekarang kita menuju pilihan kedua" Ucap ibu terlalu sumringah, sambil menstarter kembali mobilnya yang sempat berhenti.
Pilihan Pertama SMAN 1
Pilihan Kedua SMAN 2
Dan aku harap, ga diterima diantara dua sekolah itu. Batinku.
Aneh kan! Orang lain mah pada pingin ke pilih seleksi. Nah ini satu manusia, malah sebaliknya. Biarkanlah manusia yang satu ini hidup dengan pikirannya.
Kata terakhir yang dilontarkan Ibu terakhir tadi. Merangsangku untuk menangis, tak kuat. Cepat seperti tadi aku memalingkan wajahku, dengan membelakangi ibuku. Betapa tak berdayanya aku.
Sesekali kuhapus cairan bening itu. Aku tau Ibu pasti melihat gerak-gerikku tadi. Biarkanlah untuk saat ini aku tak mau banyak berbicara—lebih baik diam.
♕♕♕
Malamnya
Malam ini, entah rasanya aku tak bisa tidur. Biasanya jam segini aku sudah ada dibalik selimut, tapi apa sekarang. Susah!
Kulihat ke arah jendela, langit yang tadi masih cerah, kini telah berubah menjadi gelap.
Entah mengapa ingin rasanya aku berteriak sekencang-kencangnya. Tanpa memperdulikan peraturan itu, akhirnya aku mulai bernyanyi dengan berteriak sekeras-kerasnya, sekeras mungkin yang aku bisa.
"I got all I need when I got you and I
I look around me, and see sweet life
I'm stuck in the dark, but you're my flashlight
You're gettin' me, gettin' me, through the night
Can't stop my heart, when you shinin' in my eyes
I Can't lie, it's sweet life
I'm stuck in the dark, but you're my flashlight
You're gettin' me, gettin' me, through the night"
KAMU SEDANG MEMBACA
And I Choose You
Roman pour AdolescentsTatapan mata orang itu menyejukkan hatiku. Senyumnya yang manis. Wajahnya yang rupawan. Walau terkadang gaya dan penampilannya terlihat seperti seorang berandalan. I don't Care. Yang terpenting aku menyukainya. "Gue suka sama elo" Ucapnya...