Hari ini waktunya Ibu daftar ulang untuk para peserta didik bau...... eh baru maksudnya. Jadi urusan belanja persedian untuk sebulan, hari ini Ibu serahkan padaku, sendiri. Mana Kakak- Kakaku? Ngilang, ga tau kemana! Di usir dari dunia ini kali. Pantes aja doanya ga pernah dikabulin. Kelakuannya bejad gini. Eh!
"Tau gini, mending main aja dah" keluhku setelah membayar belanjaanku. "Ish! Berat pula!" Keluhku, lagi. Entahlah ini sudah kesekian kalinya aku mengeluh. Kali ini aku membawa belanjaan itu dengan kedua tanganku.
Dengan susah payah aku membawa belanjaanku yang super duper memberatkan. Astagfirulloh ampun gusti, beratnya ga ketulungan dah.
Langkahku terhenti, ketika kulihat sebuah pintu kaca yang berdiri dihadapanku dengan kokohnya "Lah, ini pintu harus didorong ya?" Tanyaku pada diri sendiri. Cepat kupindahkan satu kantung belanjaanku itu ke tangan yang satu lagi, otomatis kedua belanjaanku berada di tangan kiriku. Dan ketika semua kantong belanjaanku telah berada di tangan kiriku. Kalian bisa bayangkan, rasanya tangan kiriku ini akan lepas. Tangankuuuuu.....
Belum sempat aku membuka pintu—nyentuh aja belom. Pintu terbuka dari arah luar. Seorang lelaki yang bergaya layaknya seorang berandalan itu membukakan pintu untukku. Oh ya? Masa? Bodo!
"Makasih" ucapku ditemani senyumku yang manis.Cih!. Dia membalas senyumanku tadi, senyumnya manis. Dia memiliki lesung pipi, membuat lelaki itu terlihat manis. Berandalan tapi manis. Batinku
"Mau gue bantu?" Tanyanya dingin.
"Oh, ga usah"Ucapku tanpa menatap orang itu, aku melanjutkan langkahku yang sempat terhenti tadi. Aku melangkah tanpa melihat jalanan di depan. Pikiranku kosong entah kemana.
Gedebuk
Semua belanjaanku. Oh tidak! Buah yang tadi ku beli, semuanya yang kubeli berserakan di trotoar. Semuanya jatuh, menyentuh trotoar. Astagfir. Untungnya hanya trotoar, kalo di jalan besar mungkin semua belanjaanku sudah terlindas dengan mobil yang melaju. Walaupun keadaan jalanan disini memang jarang ada mobil yang melewat. Lebay deh. Batinnku lega.
Aku mencoba bangkit. Aish!. Sakit. Kakiku terluka akibat tragedi jatuh tadi. Aku tak menyadari bahwa aku tadi menubruk sebuah batu yang sebegitu besarnya, dan main tubruk aja. Maaf ga keliatan. Biasalah ngelamun, terlalu banyak pikiran.
Orang itu.... memasukkan buah-buahan yang tadinya tergeletak menggenaskan diatas trotoar ke tempatnya kembali-lebih tepatnya sih kantong kresek. Aku hanya menatapnya heran. Dia siapa? Ngapain pula?
"Udah gue bilang kan" Ucapnya
"Lah, kamu siapa sih?" Tanyaku sinis. " Sini biar aku aja yang bawa!" Bentakku padanya sambil mengambil kantung belanjaanku. Dan untungnya aku berhasil membawa kantung belanjaan itu kembali ke genggamanku.
"Ih udah, biar gue aja!" Ucapnya, kali ini dengan nada kesal. Dia merebut kembali belanjaanku itu.
Apaan deh. Tiga kalimat. Lebay Lo Pada.
"Ga!" Bentakku langsung mengambil belanjaanku kembali.
"Brisik, biar gue aja sih ya!" Kesalnya. Dia merebut kembali belanjaanku.
"Ih siniin ga?" pintaku, lalu mencebikkan bibirku. "Aku mau pulang tau! Oh, jangan-jangan kamu mau maling belanjaan aku?" Tanyaku sinis.
Dia terkejut mendengar ucapanku tadi. Dia diam membatu. Raut wajahnya berubah seketika menjadi sebal. Orang itu manis walaupun ia sedang sebal, rasanya ingin mencubit pipinya yang gemesin. Lesung pipinya itu loh, ih lucu, paling suka deh sama cowok yang kaya gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
And I Choose You
Teen FictionTatapan mata orang itu menyejukkan hatiku. Senyumnya yang manis. Wajahnya yang rupawan. Walau terkadang gaya dan penampilannya terlihat seperti seorang berandalan. I don't Care. Yang terpenting aku menyukainya. "Gue suka sama elo" Ucapnya...