- 1 -

10.4K 615 24
                                    

Perempuan dengan gelang hitamnya itu menguncir rambutnya dengan asal. Dihapusnya lipgloss dari bibirnya.

"Cih! Ini gara-gara Mila nyuruh gue pake lipgloss. Gak enak," katanya sembari mengusap bibirnya kasar.

Prilly Latuconsina, bukanlah nama yang asing di SMA Nusa Bangsa yang berlokasi di Puncak.

Siapa yang nggak kenal dengannya? Cewek cuek yang terkenal tukang cari masalah. Tiga angkatan bisa-bisa pada kesel sama Prilly yang notabenenya sudah duduk di kelas 3 SMA.

Jangan kaget kalau Prilly yang sekarang jauh berbeda dengan Prilly yang dulu. Sekarang sudah tidak ada lagi Prilly yang cengeng, kalem, dan pendiam. Sudah tergantikan dengan Prilly yang cuek, nggak punya hati, dan nggak peduli sama sekitarnya.

Alasan Prilly berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena satu orang. Ali, dan juga kehidupannya yang rumit. Prilly hanya ingin melampiaskan kesengsaraannya dan tersiksanya ia di masa lalu. Sekarang, Prilly memang sudah mendapatkan semuanya. Harta orangtua yang melimpah, hidup bersama orangtua dan Kakaknya, Mila. Puas sudah.

Hanya satu yang kurang: Ali.

Ali.

Omong-omong tentang cowok itu, Prilly sudah tidak peduli. Siapa yang peduli dengan cowok yang kini sudah hidup bahagia bersama perempuan cantik yakni pacar barunya.

Prilly beralih menggulung lengan seragamnya. Kemudian, cewek itu melenggang pergi dari toilet.

Sebelumnya, Prilly sempat mendengar teriakkan dari adik kelasnya. Karena, Prilly baru saja mengunci pintu kamar mandi adik kelas yang dibencinya itu. Prilly tertawa sinis saat mendengar adik kelas yang sering menggosipinya itu teriak ketakutan.

Setelah puas ngerjain adik kelasnya, Prilly jalan menuju kantin. Suasana kantin sangat sepi. Tentu saja, murid-murid lain mungkin sedang serius belajar di kelas masing-masing. Tapi tidak untuk Prilly. Cabut sudah jadi hal wajib bagi perempuan yang beranjak dewasa itu.

Baru saja Prilly ingin memesan makanan, Randy, ketua kelasnya sudah muncul dari tangga dan menghampirinya. Dan Prilly sudah tau apa yang terjadi selanjutnya.

"Oy! Cewek tukang cabut, lo dipanggil guru BP. Katanya, adek kelas ada yang ngadu kalo lo abis ngunciin dia di toilet. Apa bener begitu, Prilly Latuconsina si jagoan SMA Nusa Bangsa?" Tanya Randy seraya memasang senyum miringnya.

Prilly mendecak kesal, "Lo diem aja, deh. Ganggu tau, nggak? Oke gue ke BP sekarang." Prilly langsung bangkit dari duduknya.

Randy menahan tangan Prilly, membuat Prilly terhenti. "Inget. Lo itu anak baru disini, Pril. Nggak usah banyak gaya. Yang boleh berkuasa di sekolah ini cuma gue." Katanya dengan sinis.

Prilly menghempas paksa tangannya, "Bacot!"

***

Sekarang, Prilly sudah berhadapan dengan Bu Rini, guru BPnya yang terkenal galak.

Dengan amarah yang menggebu, Bu Rini melemparkan sebuah kertas berisi laporan ke arah Prilly.

"Apa bener kamu buat ulah lagi?" Tanya Bu Rini mengintimidasi.

"Ya bener sih, Bu. Kalo saya nggak buat ulah, guru BP macem ibu nggak ada kerjaan, dong?" Jawabnya santai sambil memainkan rambutnya.

"Prilly! Ibu tuh pusing ya, ngadepin anak baru kayak kamu yang kerjaannya bikin onar. Ini peringatan ke 9 kalinya untuk kamu," jelas Bu Rini.

"Baru sekolah dua minggu, udah dapet peringatan 9 kali. Rekor!" Lanjut Bu Rini. Prilly hanya bisa memutar bola matanya.

Bu Rini menggebrak meja. "Kamu! Jangan berani-beraninya memutar bola mata seperti itu. Nggak sopan!"

Prilly menghela napas kasar, "Serba salah saya ngomong sama Ibu. Tau, ah. Asal ibu tau, ya. Saya ini banyak kerjaan. Permisi!"

Iya urusan gue itu ngurusin ade kelas yang belagu, ngelabrak ade kelas songong, komentarin temen seangkatan, ngabisin cowok ngeselin. Banyak, deh! Timpalnya dalam hati.

Prilly bangkit dari duduknya, hendak keluar dari ruangan yang seperti neraka ini.

"Heh! Prilly!" Teriak Bu Rini menggemparkan ruangan.

"Anjir, apaan lagi sih, Bu?!" Dengus Prilly yang sudah di ambang pintu.

"Kemari." Bu Rini menggerakkan jari telunjuknya, isyarat agar Prilly mendekat.

Tangan Bu Rini terulur mengambil helai rambut Prilly yang berwarna cokelat kemudaan.

"Rambut kamu ini mau gaya apa lagi? Dicat, kan?! Kamu, tuh, mau ngikut artis-artis gitu, ya?"

Prilly menepuk dahinya. Duh, kegep lagi.

"Ibu cantik, ini tuh namanya trend tau nggak. Ah males ngomong sama guru kuno tahun 70an!" Prilly langsung melengos keluar dari ruang BP sambil menghentakkan kakinya.

Bu Rini tampak stres menghadapi murid yang satu ini. Kalau saja Ayahnya Prilly bukan donatur terbesar di sekolah ini, Prilly sudah di DO dari seminggu lalu kali.

***

a/n

Yak. Seperti yang kalian tau, ini adalah Sequel dari Peri(h) Cintaku. Aku mau bikin Sequelnya ini lebih fresh dari sebelumnya. Nggak lagi-lagi banyak galau atau dramanya. So, yeah! This is it "Bersamamu" by fanta-sy a.k.a xifastories (username lamaku, barangkali ada yang lupa/kebingungan) dan maaf kalo nggak sesuai sama harapan atau ekspetasi kalian ya

ps: kalo yang minat dikit dan respon kurang bagus, aku bakal delete cerita ini. tapi aku mau liat feedback dari kalian dulu selama beberapa hari ke depan [as soon as possible!]
mungkin, 5 hari kali ya? Yaa pokoknya lebih dari itu 5 hari feedbacknya nggak bagus, ok aku delete :)

Btw!

Ini masih cover sementara. Ada yang baik hati mau buatin aku cover nggak? Wkwkwk. Boleh, lah. Kalo ada yang mau bikinin bisa comment/inbox aku yaa thankyou ;)

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang