- 6 -

4.3K 433 60
                                    

🎶Sam Smith - I Know I'm Not The Only One

Perempuan dengan crop top dipadu flannel dan celana jins putih itu memerhatikan refleksi dirinya di cermin. Ia tersenyum tipis. Cantik. Tapi, sisi tomboynya masih keliatan.

"Woy! Mau kemane lo? Masih pagi kali," ucap Dinda, sambil meneliti penampilan Prilly yang agak feminim dari sebelumnya.

Prilly memutar tubuhnya menatap Dinda, lalu memeluknya. "Ah, Dinda! Pokoknya gue lagi seneng banget."

Dinda melepaskan pelukan Prilly. "Oh, iya! Nanti, kalo yang lain nanya, bilang gue lagi ada urusan. Okay?" Kata Prilly.

Teman-temannya masih pada tidur. Biasalah, kebo. Ini aja Prilly bangun pagi demi ketemu Ali. Kalo enggak juga, gak bakal Prilly se-rajin ini.

"Bye Dinda!"

Tubuh gadis mungil itu mulai menjauh dari pandangan Dinda. Ia masih saja bingung dengan kelakuan aneh Prilly dari kemarin.

****

Caca menutupi dirinya dengan selimut putih. Pagi-pagi gini, ia malah malas bangun.

"Ca, ayo bangun. Udah pagi, nih," bisik Ali lembut.

Bukannya bangun, Caca semakin menutupi tubuhnya dengan selimut. Matanya sudah berkedip dan terbuka sempurna. Namun, ia cuma males aja sama Ali.

Karena apa? Ali masih nggak mau jelasin apa-apa tentang perempuan yang dipeluknya kemarin. Tapi, Caca juga bukan cewek cengeng yang sebentar-bentar nangis.

Ali mencium pucuk kepala Caca, lalu mengelusnya sayang.

"Bangun, Caca. Masa udah dicium gak bangun juga?" Kata Ali.

Caca terpaksa bangun dan menyingkap selimut dari tubuhnya. Menyisakan sweater ungu pastel dan celana pendek putih. Ia bangkit dari tidurnya, kemudian mengambil air mineral di mini bar.

Ali memeluknya dari belakang. "Morning, Marmut."

Tubuh Caca membeku seketika. Speechless. Tapi juga ia masih bete dengan Ali.

Caca masih diam saja. Melihat perubahan sikap Caca dari kemarin, membuat Ali melepaskan pelukannya dan menghindar dari Caca.

Caca menengok Ali yang melamun duduk di sofa. Entah apa yang dipikirkannya.

Raut wajah Caca berubah. Ia menyesal telah mencueki Ali seharian ini.

"Kita ke kebun teh, ya?" Ucap Caca hati-hati, ikut duduk di samping Ali.

Ali menoleh Caca, namun wajahnya datar. "Kamu kenapa sih, Ca?"

"A-aku? Nggak papa, kok..."

Ya gue kenapa-napa, lah. Lo masih aja nanya kayak gitu, Li?

"Kamu gak bisa bohong sama aku," kata Ali.

"Aku gak papa, Ali. Udah, ya. Aku mau mandi, siap-siap ke kebun teh."

Siluet tubuh Caca menghilang di balik pintu kamar mandi. Suara shower pun terdengar. Itu tandanya, Caca mulai mandi.

Ali mengusap wajahnya kasar. Namun, setelah itu ia menuju lemari memilih baju apa yang cocok untuk dia pakai.

Setelah Caca keluar dari kamar mandi, kini Ali yang masuk ke kamar mandi. Caca sudah siap dengan pakaiannya.

30 menit berlalu, mereka berdua siap untuk ke kebun teh. Ali pun sudah rapi dengan kaos hitam polos dan celana jins.

Satu yang Ali lupakan; perjanjian ketemuan dengan Prilly.

****

Prilly sudah berada di kebun teh sejak setengah jam lalu. Ternyata, menunggu Ali tidak semudah itu. Sampai sekarang pun, batang hidung cowok itu belum terlihat.

Prilly berdecak kesal, "kemana aja sih tuh anak?"

Pandangannya menyapu kebun teh yang sejuk ini. Ia tersenyum melihat betapa indahnya pemandangan di kebun teh. Namun, pandangannya berhenti pada satu objek.

Seorang lelaki yang Prilly kenal dan perempuan yang familiar.

Itu Ali.

Dan Prilly yakin, di sebelahnya itu perempuan yang kemarin bersama Ali.

Lihatlah betapa bahagianya mereka berdua. Canda dan tawa menghiasi wajahnya, mereka memetik pucuk teh tersebut dan menaruhnya di keranjang petani.

Entah bagaimana ceritanya, Ali menggendong perempuan itu dan membawanya berputar-putar.

Setelah itu, ia berteriak. "I LOVE YOU CACA!"

Kini, Prilly tau siapa perempuan itu yang sebenarnya.

****

a/n

ah, gila. makin absurd nih cerita. tadinya gamau bikin gini sumpah. yha, semoga galaunya ga berlanjut deh. maaf pendek bangett:(

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang