- 8 -

4.3K 383 12
                                    

"Gue mau pulang," suara pelan itu cukup mengagetkan keempat teman Prilly.

"Tapi... kenapa, Pril?" balas Jessica, tidak setuju. Karena mereka baru saja berlibur dua hari di hotel. Padahal, mereka berencana masih tiga hari lagi disini.

Prilly menggeleng lemah, "cuma mau pulang. Kalian disini aja, nggak papa."

Gadis itu mulai memasukkan bajunya ke dalam koper. Baru saja ia ingin mengangkat kopernya, sepucuk kertas terjatuh— yang berasal dari koper.

Dengan cepat, Gritte mengambil kertas itu sebelum kedahului oleh Prilly. Padahal, Prilly sudah melarangnya.

"Surat?" Gritte menatap dengan seksama, "dari Ali?" lanjutnya, tersenyum miring.

"Wakeup, Pril! Buat apa sih lo masih ngarepin kehadiran dia yang jelas-jelas udah mainin lo?" jelas Gritte, tidak habis pikir.

Prilly tidak terima, rahangnya sudah mengeras. Dirampasnya kertas itu dan disobeknya kuat-kuat.

"Nggak usah lo ikut campur urusan gue."

***

Caca menggamit lengan cangkir berisi teh hijau. Ia menggeser pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon. Kemudian duduk lah di hadapan Ali.

"Minum dulu," ucap Caca lembut. Ali yang masih melamun itu hanya bisa diam.

"Ga usah pikirin yang tadi," lanjut Caca, walaupun sebenarnya ia kecewa dengan pacarnya itu.

Ali mulai mengangkat cangkirnya, dan menghirup aroma teh hijau yang menenangkan sebelum ia menyesapnya.

"Makasih Ca,"

"Anytime," Caca mengukir senyuman tipisnya.

Hening selama beberapa menit. Hanya angin sore yang menghiasi keduanya, bersama burung yang berterbangan di persawahan hijau nan luas.

"Kamu... marah, Ca? Aku minta maaf," Ali menunduk.

Caca mengeratkan cardigan ungunya, lalu menghembuskan napas berat. Ia berusaha menahan marah dengan Ali, maka dari itu ia menggeleng.

"Engga. Apa yang harus dipermasalahin? Nothing."

Dengan sikap Caca yang seperti ini, membuat Ali semakin merasa bersalah karena Caca pasti akan mengira kalau Ali tidak serius dengannya.

"Aku minta maaf, Ca. I'm so sorry..." perlahan, cowo itu mengangkat kepalanya dan menatap Caca tepat di manik matanya.

Menghindari tatapan lembut itu, Caca melirik ke arah lain. Asal tidak menatap mata hitam Ali.

"Udah aku bilang, ga masalah. Nothing happened, i'm fine and you fine. We are fine, right?" lagi, Caca harus memasang fake smilenya.

"Tapi-"

Why can I hold you in the street, why can I kiss you on the dance floor...

Ringtone handphone Caca berbunyi, menandakan panggilan masuk. Ia mengisyaratkan Ali untuk tunggu sebentar, lalu menjauh dari cowo itu untuk mengangkat telfon.

"Yes, Rey?"

"..."

"Talk to you later. Kenapa harus telfon sekarang, sih? Aku lagi sama dia."

"..."

"Oh gosh, kan aku udah bilang aku lagi liburan di puncak. Udah, ya?"

"..."

"Hey! Tapi-"

Tuut... Tuut...

"Damn it," umpat Caca kesal. Kenapa orang itu muncul di waktu yang tidak tepat, sih?

"Hm, Ali. Aku harus keluar sebentar, ada urusan. Can I?" Caca meminta izin kepada Ali yang menaikkan alisnya sebelah.

"Kemana? Aku anter, ya."

"Oh, oh. Nggak usah, cuma bentar. Maybe, sejam doang. Okay? Bye!" Caca dengan gerakan terburu-burunya itu langsung keluar tanpa mendengar balasan dari Ali.

Ali mendengus, "bye."

***

"Gimana, lo berhasil?" suara bariton itu mengagetkan Caca.

Kini, ia sedang bersama seseorang di sebuah kafe.

"Gue gagal," kata Caca, sebelum menghela napas panjang.

"Why? Jangan bilang, lo jatuh cinta sama dia?"

Caca menunduk, sambil memainkan jarinya. "I didn't mean to fall in love. Tapi setiap gue liat senyumnya... yeah, gue selalu jatuh cinta sama dia."

Kalau saja ini bukan di kafe, mungkin orang itu sudah memaki Caca dan membanting meja.

"Gue kasih kepercayaan sama lo, Ca. Tapi kenapa lo malah ngelanggar peraturannya?" orang itu menggeleng kuat, sambil memijit pelipis.

"Lo boleh hukum gue."

***

a/n

OMG ini cerita digantung hampir dua bulanan gitu ya? Maaf-maaf, aku gak maksud gantungin kalian. Dont forget to vomment! Terimakasih buat kalian yang masih setia dengan (cerita) ku :)

Btw! Waktu itu ada yang pernah ngasih aku cover, thanks anyway! Maaf belum sempet aku ganti. Karena ada gangguan gitu, makasih ya sekali lagi!

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang