- 2 -

4.9K 468 29
                                    

"Ali! Ayo dong, terbangin layangannya lebih tinggi. Kalah sama aku, nih! Woo!" Sorak seorang gadis dengan rambut di pony tail. Ia terus mengulur layangannya, kemudian cewe itu memeletkan lidahnya ke arah Ali.

"Eh, kamu ngeledek ya? Udah berani sekarang." Ali terkekeh pelan sambil menggigit bibir bawahnya gemas. Tak mau kalah, Ali mengontrol layangannya untuk melayang lebih tinggi.

Beberapa saat kemudian, cuaca berubah mendung dan angin berhembus menerpa kulit keduanya.

"Marmut, udahan ah mainan layangannya. Udah mau hujan, nih. Ayo pulang, nanti kamu sakit," ujar Ali seraya menurunkan layangannya.

"Nggak mau!" Bantah cewe yang Ali panggil 'Marmut'.

"Tunggu, kok marmut sih?" Tanyanya bingung.

Ali tersenyum simpul, "Karena kamu imut kayak marmut."

Pipi gadis itu bersemu merah, "Ali nggak lucu, ya!"

"Nggak lucu tapi pipinya merah?" Ledek Ali. Perlahan, cewe itu menurunkan layangannya dan menghadap Ali.

"Siapa juga yang merah! Udah, ah. Ayok, katanya mau pulang?" Katanya mengalihkan pembicaraannya. Ali memasang senyum jailnya.

"Iya iya, bawel. Yuk?"

Merekapun jalan beriringan menuju sepedanya yang terparkir rapi di halaman rerumputan hijau.

Tapi, rintikan gerimis mulai jatuh. Ali menodongkan tangannya di atas kepala gadis yang berada di sebelahnya itu.

"Yah, hujan. Ayo, Li! Cepetan, nanti kita keujanan."

Ya, ini Rissa atau akrab dipanggil Ica, tapi Ali lebih suka memanggilnya dengan sebutan Caca. Masih ingat? Gadis yang Ali temui saat ke rumah Prilly.

Caca memang berbeda dari Prilly. Kalau Prilly suka hujan, sebaliknya, Caca malah nggak suka hujan. Kalau Prilly lebih suka menutup diri, Caca lebih terbuka.

Inilah Caca. Yang kini telah mengisi hari-hari Ali. Hari Ali yang semula abu-abu, berubah menjadi penuh warna karena kehadiran Caca.

Bukannya Ali mudah melupakan Prilly. Tapi, apa salahnya membuka hati untuk orang yang sudah Ali percaya?

"Gowes cepet, Li!" Caca menepuk pundak Ali saat sudah naik di atas penyangga kaki belakang sepeda Ali.

"Pegangan, Caa!" Pekik Ali setelah menggowes sepedanya dengan ngebut. Sontak Caca merentangkan tangannya sambil memekik girang.

Ngeliat kamu senyum, bikin aku tenang, Ca. Senyuman kamu persis seperti Prilly. Setiap ngeliat kamu kayak Prilly kedua. Kenapa? Karena sama-sama bisa bikin hati aku tenang. Batin Ali sambil tersenyum hangat.

...Tapi aku janji, aku akan buka hati sepenuhnya untuk kamu. Nggak ada lagi sosok Prilly di hati aku, karena udah tergantikan sama kamu, Rissa.

***

"Oh my god! Serius, Pril? Skandal abis, lo!" Teriak teman se-geng Prilly dengan heboh.

"Wah iya, dong. Prilly!" Balas Prilly bangga. Ia baru saja menceritakan kejadian sehari yang lalu, tentang tragedi terkuncinya adik kelas di kamar mandi.

Biar diperkenalkan dulu siapa saja anggota geng Prilly.

Prilly, as a leader, Jessica, Gritte, Dinda, dan juga Michelle. Mereka bisa tergolong ke murid famous dan most wanted. Gimana nggak? Segeng cantik gitu, udah pasti cowok pada godain mulu, lah!

BRAK!

Suara meja kantin yang digebrak mengagetkan mereka semua. Siapa yang berani mengganggu basecamp mereka di kantin? Nyari mati.

"Heh, anak baru," kata seorang perempuan tampak keturunan bule yang tadi menggebrak meja Prilly. Di belakangnya sudah ada beberapa teman-temannya. Oh, bukan teman. Lebih tepatnya, geng.

Jari cewek itu mengisyaratkan agar Prilly bangun dari duduknya. Prilly masih tetap duduk sambil tersenyum remeh. Sepersekian detik kemudian, Prilly berdiri dan menepis jari telunjuk cewek di hadapannya itu.

"Weits... Selo, dong!" Katanya tertawa remeh.

"Siapa nama lo?" Lanjutnya, sambil meletakkan jari di dagu. "Oh! Prilly!"

"By the way, lo tuh ketinggalan jaman, ya? Jelas-jelas, nama gue udah tersebar luas," jawab Prilly tanpa takut.

"Really? Nggak usah sok deh, lo." Cewek itu mendorong pundak Prilly ke belakang.

Sontak, teman-teman Prilly yang daritadi melihat aksi Kira CS melawan Prilly langsung membantu Prilly.

"Kir, udahlah. Gak usah urusin cabe-cabean satu ini. Nggak guna," ucap salah satu anggota geng Kira.

"Lo diem, Anna. Ini urusan gue sama Prilly. Siapa disini yang bisa tandingin gue? Gak ada!" Teriaknya menyindir Prilly.

Prilly balas mendorong pundak Kira, "Keliatan banget kalo lo iri sama gue. Right?"

"Huft... Listen to me, baby. Nggak ada sejarah seorang Kira Avalanna iri sama Prilly Latuconsina anak baru rendahan," ucapnya menohok. Membuat Prilly menahan amarahnya dengan mengatupkan bibir tipisnya rapat.

Setelah itu, Prilly menggeram dan mendorong pundak Kira lebih keras lagi.

"Shut the fuck up!" Pekik Prilly setelah Kira jatuh terkapar di lantai kantin.

"You have to chill, Pril. Seriously, you need to shut up. Not me!" Kira terbangun dan membalas lagi dorongan Prilly.

"Prilly, Kira! Berenti semua!" Teriak guru BK yang pasti adalah Bu Rini. Siapa lagi?

***

a/n

sengaja ngegantungin. tadinya pgn lanjut ngetik, tapi ada AADC jadi mau nonton dulu aja wkwkwk #nggakpromosikok. dont forget to votes & comment yg banyaak! x

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang