One Last Day by Bela

358 28 0
                                    

            Kedua kelopak mata itu terbuka dengan amat perlahan. Bibirnya terasa berkedut ketika melihat wajah damai seorang wanita yang terbaring di sebelahnya. Wanita spesial yang mengisi harinya beberapa minggu terakhir ini. Ia sangat mencintainya lebih dari apapun. Tapi perjanjian itu selalu menghancurkan angan-angannya untuk terus bersamanya. Satu perjanjian yang dibuat mereka sebelum semua ini berakhir.

            Di Hari Kasih Sayang ini, Harry tak akan menyia-nyiakannya tiap waktu yang berlalu. Sama seperti pasangan lainnya yang melakukan hal-hal spesial pada hari ini. Ia harap dirinya bisa meluruskan semua ini, memberikan kenangan indah yang akan ia simpan baik-baik di memorinya, atau setidaknya membuat wanita itu sadar jika ia mencintainya dengan tulus.

            Dengan sedikit berjinjit, Harry kembali melangkah masuk ke dalam kamarnya. Di tangannya ada nampan dengan sepiring sarapan pagi dan teh hangat yang tadi disiapkannya. Wanita berambut cokelat itu kini sudah sepenuhnya terbangun, ia tengah duduk menyender di kepala ranjang dengan bagian kakinya yang masih berada di bawah selimut. Pandangan kosongnya terfokuskan kepada sesuatu yang ada di luar sana.

            "Kath, ada apa?" merasa terpanggil, wanita itu pun menoleh. Ia sedikit tersentak ketika mendapati Harry sudah duduk di hadapannya dengan nampan di tangannya. Senyum simpul diperlihatkannya ketika melihat pancake di atas piring tersebut. Harry masih mengingatnya. "Aku membuatkanmu pancake. Kau masih suka pancake 'kan?"

            Kath mengangguk samar.

            "Aku akan menyuapimu," ucap Harry sambil memotong pancake dengan ukuran yang kecil.

            Baru saja Kath ingin membuka mulutnya untuk protes, Harry malah memasukkan sesendok pancake ke dalam mulutnya. Kath yang belum siap, melebarkan kedua matanya dan mengomel dengan mulutnya yang penuh dengan pancake. Hal itu membuat Harry tertawa. Jarang sekali mereka bisa saling menghabiskan waktu bersama dikarenakan kesibukkan Harry yang padat. Di saat-saat seperti inilah Harry merasakan penyesalan yang teramat sangat. Kenapa tidak dari dulu ia menyadari perasaannya sendiri?

            "Habiskan makanan di mulutmu dulu. Baru kau boleh bicara, Mrs. Styles."
.
            Harry membenarkan tataan rambutnya untuk yang terakhir kali sebelum mendengar pekikkan Kath dari lantai satu yang mengatakan jika taksi mereka sudah datang.

            "Sebentar lagi!" seru Harry. Ia meraih ponsel dan dompetnya yang tergeletak di atas meja sebelum turun ke bawah. Pemandangan yang pertama kali ia lihat ketika turun ke lantai satu adalah wajah tertekuk milik Kath. Lagi dan lagi wanita itu bisa membuatnya tersenyum lebar. Tatapan dingin diberikan oleh Kath ketika Harry mengangkat wajahnya untuk menatap mata hijau milik lelaki itu.

            "Kau jelek kalau sedang marah," ucap Harry. Kath mendengus pelan dan menjauhkan tubuhnya dari Harry.

            "Dan kau terlalu banyak bicara. Sekarang bisakah kita pergi?" tanya Kath dengan nada ketus. Ia memutar tumitnya dan baru saja ketika ia ingin melangkah, Harry menahan pergelangan tangannya. Membuatnya mau tak mau kembali menghadap lelaki itu.

            "Ku mohon. Hanya untuk hari ini saja," lirih Harry dengan amat pelan. Sorotan kesedihan dan permohonan itu amat tergambar jelas.

            Kath terdiam sesaat membalas tatapan Harry sebelum mengangguk pelan. "Hanya untuk hari ini saja."
.
            "Ayolah Kath, keretanya sudah mau berangkat," kata Harry dengan kesal melihat perbuatan Kath yang tengah membersihkan tumpahan air mineral di atas bangku. Sebenarnya itu semua karena ulah Harry yang mengagetkannya hingga botol digenggaman Kath terhempas begitu saja.

"Cerewet sekali sih!" gerutu Kath ketika Harry menarik tangannya menjauhi kursi itu. Sedari tadi Harry tak henti-hentinya membicarakan tempat yang akan mereka tuju. Kath bahkan beberapa kali memanggilnya anak kecil tetapi hal itu malah membuat Harry makin menjadi.

Valentine ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang