Sorry typo
KRIIING...
Bel pulang sudah berbunyi. Semua siswa berebut keluar dari kelasnya masing-masing. Termasuk Alvhi.
"Ada apaan nih? Rame banget." tanya Alvhi pada Rio.
"Itu Al, ada murid baru di sini. Baru semingguan. Beeeeuuuuh cantik banget, Al. Anak kelas 11 IPA2. Tapi..." balas Rio.
"Tapi apa? Lu kalo ngomong, jangan setengah-setengah dong!" bentak Alvhi yang mulai penasaran.
"Tapi.. Tapi dia dingin banget, Al. Gak kayak cewek-cewek yang lain. Kalo cewek lain mah, senang banyak yang ngejar-ngejar. Kalo nih cewek beda, Al. Dia cuek banget. Palingan cuma senyum doang. Kayaknya itu juga fake." balas Rio.
Alvhi penasaran.
Siapa gadis itu? Apa jangan-jangan... Bantin Alvhi.
Ia mengejar gadis itu, saat kerumunan teman-temannya itu mulai melonggar.
"Woy tunggu!" ucap Alvhi.
HAP!
Ia berhasil meraih tangan gadis itu. Ia menatap gadis itu dengan seksama.
"Cantik". Hanya itu yang bisa Alvhi ungkapkan.
"Apa? Lu ngomong apa?" tanya Betha.
Ya, gadis itu Betha. Gadis yang waktu itu ia tabrak.
"Hah? Kagak. Lu salah dengar kali." ucap Alvhi gugup.
"Nggak kok. Gue dengar lu bilang-" balas Betha.
"Udah lah ayo! Mereka makin deket tuh." jurus Alvhi (mengalihkan pembicaraan) untuk menutupi kegugupannya. Ia mengalihkan pandangannya pada kerumunan teman-temannya .
Kini, Alvhi dan Betha berlari menuju mobil Alvhi di parkiran.
"Udah. Lepasin tangan gue! Gak usah nyari-nyari kesempatan lu." ucap Betha. Ia memegang dadanya yang mulai sesak karena berlari.
"H-hah" Alvhi yang kaget, langsung melepaskan tangannya dari Betha.
"Woy tunggu! Nama lu siapa? Woy!" ucap Alvhi setengah berteriak, saat gadis itu masuk ke dalam mobil hitam.
Ia masih bergelut dengan pikirannya. Dua kali kesempatan itu hilang begitu saja.
Pantes aja banyak yang ngejar, orang cantik. Batin Alvhi.
"Al!" ucap Rio yang membuat Alvhi kaget.
"Apaan sih?! Ganggu ae lu." balas Alvhi.
"Menang banyak lu, Al! Bawa lari cewek cantik. Cie... Alvhi, cie..." ejekan Rio yang makin membuat Alvi kesel padanya.
"Apaan sih lu ah?! Gak jelas!" balas Alvhi. Ia paling malas jika sedang diejek seperti ini. Tapi ia merasa sangat berbeda dengan biasanya. Saat berada di dekat gadis itu, suasana hatinya menjadi tak karuan.
Alvhi dan Rio sedang menuju rumah Rio. Mereka sama-sama diam. Hingga akhirnya...
"Yo." panggil Alvhi.
"Hmmm" balas Rio yang sedang fokus menatap jalanan dari kursi kemudinya.
"Yo, nama cewek tadi siapa ya?" tanya Alvhi yang mulai gugup.
"Waaaah... Bener ae ini mah. Lu kenape Al nanya-nanya dia? Suka lu?" balas Rio sambil terkekeh.
"Apaan sih yo?! Cuma mau tau aja." Alvhi mengalihkan pandangannya pada jendela.
"Dih! Gak usah malu gitu, Al. Sok- sok buang muka. Gue tau muka lu udah kayak kepiting, merah merah gitu" ucap Rio. Ia kini mulai tertawa dengan lepasnya.
Rio tidak pernah melihat sahabatnya seperti ini sebelumnya. Saat Rio mengejeknya dengan berbagai gadis, ia hanya mengacuhkannya. Bahkan meninju lengan sahabatnya sendiri.
Alvhi adalah tipe laki-laki yang risih jika didekati oleh para gadis. Apalagi jika gadis itu memakai pakaian yang kurang bahan. Alvhi akan menghindar sejauh jauhnya. Wajar! Dia laki-laki normal.
Alvhi sedang menerka-nerka jawaban akan pertanyaannya itu.
"Gak usah nerka-nerka jawaban sendiri, Al. Tadi, lu udah bawa dia lari, kenapa gak sekalian kenalan, bego?!!" ucap Rio.
"Gue tadi udah nanya namanya, eh dianya cabut gitu aja." balas Alvhi.
"Semangat, Al! Kalo lu tertarik sama dia, gass terus Al! Gue support lu sob" nasihat andalan Rio.
"Thanks yo. Terus siapa namanya, bego?!" balas Alvhi.
"Gak tau. Lu tanya aja sendiri! Usaha orang mah."
Sebenarnya Rio tau siapa gadis itu. Ia hanya ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya ini. Ia ingin melihat Alvhi mencari tahu tentang gadis itu.
Seketika suasana menjadi hening.
"Al, udah nyampe nih. Gue duluan yak. Ati-ati lu. Jangan mikirin dia mulu." ucap Rio.
"Iye bawel dah." balas Alvhi
***
"Tadi siapa, dek?" tanya Dimas.
"Siapa?" tanya Betha yang kebingungan.
"Cowok yang ada di parkiran tadi, dek. Lu udah punya cowok, gak bilang-bilang sama abang nih" ucap Dimas, meledek adik cantiknya.
"Apaan sih bang?!" balas Betha dengan bibir yang mengerucut.
"Gak papa sih, dek! Emang harusnya lu lupain dia." ucap Dimas.
Betha hanya terdiam bisu, jika sudah membahas masa lalunya itu.
"Gak usah diinget inget lagi, dek. Jangan nangis! Cengeng lu!" ucap Dimas, saat melihat mata adiknya yang mulai berkaca kaca.
"Kagak! Gue gak nangis yee bang. Udah ah!" balas Betha.
Ia memalingkan wajahnya menghadap jendela. Ia berusaha agar air matanya tidak jatuh lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Lu harus lupain dia, dek! Gue gak mau liat lu sedih lagi." ucap Dimas sambil mengelus rambut hitam adiknya. Sebelum Betha keluar dari mobilnya.
"Iya bang. Gue gak sedih lagi." Betha tersenyum.
"Gue cabut ya. Ati-ati lu di rumah. Bilang bunda, gue pulang malem nanti." ucap banh Dimas.
"Siap bos!" balas Betha, sebelum ia masuk rumah.
Selama ini, Dimas hanya ingin keluarganya bahagia. Gak ada lagi air mata kesedihan yang akan ia lihat kembali.
Semenjak ayah dan bundanya bercerai, Dimas adalah tulang punggung keluarga. Ia yang akan menjaga bunda dan adik kecilnya itu. Ia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan mereka. Termasuk menghapus segala kenangan Betha di masa lalu.
Siapa cowok tadi? Kalo emang dia pacar lu, gue bakalan seneng banget, dek. Itu artinya, lu udah ngerelain dia buat bahagia. Gak usah takut! Gue sama bunda bakalan selalu ada si samping lu. Gue sayang lu, dek.
*minta apresiasinya guys. Terimakasih :)
Tinggalkan jejak kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Raindrop
Teen FictionBagaimana jika seorang cowok yang terkenal dengan sifat dinginnya harus melembut saat berhadapan dengan seorang cewek yang super duper jutek dan keras kepala layaknya batu? Kira-kira mereka bisa nyatu gak ya? Wkwkwk kalo gitu di baca aja deh..