Sorry typo
"Jaga diri lo baik-baik!"
Kata-kata itu masih berputar-putar di kepala Betha.
Itu kata yang hampir sama dengan kata-kata yang ada di surat itu.
Setibanya di rumah, ia langsung mencari surat itu. Surat yang diberikan oleh bundanya Alvha 4 tahun yang lalu.
"Iya. Ini sama. Tapi, Alvha gak pernah ngomong lu-gue selama ini. Kenapa dia beda banget? Siapa dia sebernanrya?" ucap Betha kesal.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Menampakkan wanita yang sangat cantik seperti dirinya.
"Beth, makan dulu yuk!" ucap bunda Febi~bundanya Betha.
"Iya bun." balas Betha yang langsung mengikuti bundanya ke ruang makan.
***
Alvhi mengendarai mobilnya menuju rumah omanya. Orang yang sangat ia sayangi."Assalamu'alaikum" ucap Alvhi. Tanpa senyum. Hanya ekspresi datar.
"Wa'alaikum salam. Alvhi! Akhirnya kamu pulang juga. Oma kangen banget sama cucu oma." balas oma yang kaget melihat Alvhi.
Omanya memeluk Alvhi, seakan-akan Alvhi tidak pernah pulang setahun. Alvhi hanya membalas pelukan omanya dengan ekspresi datar.
"Al, mau oma buatin apa?" tanya oma.
"Gak usah! Alvhi kesini cuma mau nepatin janji Alvhi. Kalo Alvhi bakalan nemuin oma 2 minggu sekali. Jadi oma gak usah repot-repot", balas Alvhi yang sangat dingin.
"Ya Allah Alvhi... Kamu itu cucu oma. Gak mungkin oma ngerasa kalau oma ini di repotin sama cucu oma sendiri", ucap oma sambil memegang dadanya.
Kalau saja orang tua Alvhi tidak bersikap seperti itu, Alvhi tidak akan berubah menjadi seperti ini.
Alvhi yang merasa tak tega, mendekati omanya lalu memeluknya erat. Ia menumpahkan segala kesedihannya, kekecewaannya pada pundak yang kini mulai renta.
"Oma sayang banget sama Alvhi. Jangan pernah ngerasa sendiri, Al", kata oma seraya mencium kening cucu kesayangannya.
Alvhi merasa sangat nyaman bila ada di dekat omanya. Ia merasa seperti Alvhi kecil yang selalu bahagia. Ia menganggap bahwa hanya omanya lah satu-satunya orang yang ia punya.
"Oma, Alvhi mau ke taman belakang dulu." ucap Alvhi.
Di taman belakang, ia mulai mengeluarkan sebungkus rokok yang ada di tasnya. Menyalakan rokoknya dengan pemantik, lalu menghisapnya.
Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan memanggilnya.
"Bang Alvhi! Lo ngapain di sini?" ucap Nisa. Alvhi langsung menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya hingga padam.
"Lo ngerokok lagi, bang?" tanya Nisa dengan sangat ketakutan. Setiap Nisa menatap Alvhi, hanya ketakutan yang ia rasakan.
"Hm"
"Lo kapan mau berhenti ngerokok? Gak kasian apa sama paru-paru lo?" kata Nisa.
"Berisik lo!"
"Lo tuh kalo di tegor selalu begitu."
"Banyak omong! Urus hidup lo sendiri!" Alvhi meninggalkan Nisa yang masih mematung di taman.
"Oma, Alvhi pergi. Assalamu'alaikum." ucap Alvhi.
Belum sempat omanya menjawab, ia sudah melajukan mobilnya.
Nisa datang, lalu memeluk omanya sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raindrop
Teen FictionBagaimana jika seorang cowok yang terkenal dengan sifat dinginnya harus melembut saat berhadapan dengan seorang cewek yang super duper jutek dan keras kepala layaknya batu? Kira-kira mereka bisa nyatu gak ya? Wkwkwk kalo gitu di baca aja deh..