Sorry typo
Keadaan sekolah sudah sangat ramai. Banyak siswa yang sedang berkerumun di depan mading.
"Ekhem ekhem."
"Cieee."
"Kiw, kiw."
"Jadi nih..."
Sepanjang koridor semua siswa tak henti-hentinya menatap Betha dengan berbagai makna tentunya.
"Kenapa sih semua orang?" gumam Betha.
Betha mendekati mading yang masih dipenuhi teman-temannya.
"Permisi. Ada apaan-- sih?"
Itu fotonya. Iya benar! Itu foto-fotonya saat kemarin hujan-hujanan dengan ALVHI.
"Wah gilak! Siapa nih yang nempel? Bener, bener", Betha berusaha untuk menutup-nutupi fotonya dengan kedua tangannya.
"Kenapa ditutupin sih? Biaran aja mereka tau.'THE BEST COUPLE' ? Cocok juga", Alvhi sudah berdiri di samping mading dengan kedua tangannya yang disilangkan di depan dada.
"Elo kan yang nempel?" Betha berjalan ke arah Alvhi.
"Kalo iya kenapa? Kalo ngga kenapa?" Alvhi juga berjalan ke arah Betha.
"Rese lo." Betha berjalan meninggalkan Alvhi.
Tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang.
"Beth, bisa jelasin?" bukan Alvhi yang memegang tangannya.
"Apa? Oh itu? Lupain aja ya." Betha meninggalkan Jevin yang mematung di tempatnya.
"Ada urusan apa lo sama Betha?" tanya Alvhi yang sudah ada di sebelah Jevin.
"Bukan urusan lo." Jevin mengejar Betha dan meninggalkan Alvhi begitu saja.
Alvhi menatap tajam ke arah mereka sejak tadi.
"Udah, Al. Cabut!" Iqbal memutarkan arah tubuh Alvhi. Lalu mereka bertiga pergi ke kelas.
***
Bel istirahat sudah berbunyi. Kebanyakan siswa kelas Betha sudah pergi ke kantin. Hanya tersisa beberapa saja.
"Beth." Jevin duduk di kursi depan meja Betha dengan menghadap ke arah belakang.
"Iya?" Betha merapihkan mejanya yang berantakan.
"Tadi lo belum jawab."
"Gue-"
Tiba-tiba dengan seenaknya Alvhi masuk ke kelas Betha dan menarik lengan Betha di depan mata Jevin.
"Ada urusan apa lo sama Betha?" Jevin menyentakkan tangan Alvhi dari tangan Betha.
"Bukan urusan lo." Alvhi membawa Betha keluar kelas.
"Vhi, lepasin ah." Betha menyentakkan tangan Alvhi dari tangan Betha.
"GAK MAU!" Alvhi tetap menggenggam tangan Betha.
"Mau lo apa sih?" tanya Betha.
"Mau gue? Jauhin dia." Alvhi berbicara dengan sangat datar.
"Gak bisa gitu lah. Dia temen gue." Betha menatap Alvhi dengan tajam.
Semua siswa yang melewati koridor tersebut melihat perdebatan mereka.
"Beth, gue-"
"Lo gak bisa ngatur-ngatur gue." Betha meninggalkan Alvhi yang masih terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raindrop
Teen FictionBagaimana jika seorang cowok yang terkenal dengan sifat dinginnya harus melembut saat berhadapan dengan seorang cewek yang super duper jutek dan keras kepala layaknya batu? Kira-kira mereka bisa nyatu gak ya? Wkwkwk kalo gitu di baca aja deh..