Sorry typo
"Beth, lo balik naik apa?" tanya Jevin.
"Naik angkot. Kenapa, Je?"
Keadaan kelas sudah mulai sepi, tetapi di luar sangat ramai.
"Bareng gue aja. Sekalian mau ke rumah temen juga", Jevin duduk di bangku sebelah Betha
"Gak usah. Gue naik angkot aja", Betha memakai tasnya lalu berdiri dari bangkunya.
Tangannya di tahan oleh Jevin.
"Maafin gue, Beth. Dulu emang gue gak perduli sama lo. Tapi sekarang, please kasih gue kesempatan buat nebus itu semua", Jevin menundukkan kepalanya.
Betha memegang bahu Jevin, menyuruh cowok itu untuk berdiri.
"Gue udah lupain itu kok. Sekarang lo masih jadi sahabat gue. Jangan ngerasa bersalah lagi, karena itu masa lalu", Betha tersenyum.
"Beth, maafin gue. Waktu lo butuh orang disamping lo, tapi gue malah gak perduli. Padahal gue tau lo lagi sedih banget waktu itu. Maafin gue", Jevin memeluk Betha sambil memejamkan matanya.
"Udahlah. Semua juga udah lewat kan? Sekarang lo udah ada buat gue. Itu udah cukup kok", Betha mengusap punggung Jevin.
Jevin melepaskan pelukannya dan tersenyum.
"Ayo pulang. Keburu ujan."
Jevin menggandeng tangan Betha, membawanya keluar dari kelas.
"Kalah lagi aja gue", gumam Alvhi.
Alvhi berdiri di sebelah loker yang dekat dengan kelas Betha. Saat ingin masuk ke kelas Betha untuk mengajak cewek itu pulang dengannya, ternyata ada Jevin yang sedang memeluk gadisnya.
makin banyak aja saingannya, batin Alvhi.
Alvhi mengusap wajahnya lalu memilih untuk pulang.
***
"Assalamu'alaikum. Bunda, ada Jeje nih."
Betha membuka pintu lalu menyuruh Jevin untuk duduk.
"Wa'alaikum salam. Jeje! Udah lama gak ke sini", Jevin berdiri lalu mencium tangan bunda Febi.
"Iya, bun. Terakhir waktu SMP", Jevin duduk kembali.
"Iya, iya. Kamu satu sekolahan sama Betha? Kok bunda gak tau ya, Beth?", Febi mengeraskan suaranya.
Betha yang sedang membuat minum langsung panik.
"Oh iya! Aku lupa ngasih tau, bun. Banyak banget temen barunya, jadi lupa kalo ada temen lama di sana."
Betha terkekeh sambil berjalan menghampiri Jevin dan bundanya di ruang tamu.
Jevin yang mendengar jawaban Betha barusan hanya tersenyum miris.
"Yang waktu kamu jalan sama temen itu, Jevin orangnya?" tanya Febi.
"Hm? Bukan, bun. Itu temen aku yang satu lagi", balas Betha.
Jevin menatap Betha dengan alis yang menyatu seolah berkata siapa?
"Diminum, Je", ucap Betha.
"Oh iya, iya. Makasih, Beth", Jevin mengambil cangkir yang diletakkan Betha lalu meminumnya.
"Jevin, makan sekalian ya bareng Betha. Bunda udah masak tuh", ucap Febi.
Betha dan Jevin saling menatap.
"Beth, ajak Jevin makan sana! Bunda tinggal dulu ya", lanjut Febi.
Jevin hanya tersenyum.
"Ayo, Je", Betha mengusap dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raindrop
Teen FictionBagaimana jika seorang cowok yang terkenal dengan sifat dinginnya harus melembut saat berhadapan dengan seorang cewek yang super duper jutek dan keras kepala layaknya batu? Kira-kira mereka bisa nyatu gak ya? Wkwkwk kalo gitu di baca aja deh..