Setelah ponselku meluncur bebas untuk kedua kalinya, back case terlepas, baterai terlempar keluar, benda itu tak pernah lagi berguna.
Sebisa mungkin aku tidak berada di depan kelas saat istirahat. Intinya, aku menghindarimu. Tapi sepertinya tidak bisa, ya.
"Aku minta maaf."
"Halo? Ini siapa?" aku berpura-pura tidak mengenali suaramu. Apa aku terdengar tolol di sana? Sebab aku bisa mendengar tawa kecilmu. "Oh, kamu."
"Mereka juga minta maaf."
"Kenapa nggak ngomong langsung?"
"Kan cuma aku yang punya nomor hp kamu." Ah, benar. "Dan cuma aku yang boleh nelfon kamu."
"Sudah aku maafin."
"Lagi apa?"
Angkat teleponmu, kan? "Nonton bola sama abang."
"MU?" Aku ber-hmmm panjang. "Cewek tau soal bola itu bullshit."
"Memang, lagian aku nggak lihat bolanya, lihat pemainnya yang ganteng ini."
"Galak ya sekarang."
"Doamat."
"Suka siapa?"
"Hmm..." aku berpikir sedetik, "yang nomor punggung 14."
"Javier Hernandez?"
Mana aku tahu, aku kan asal sebut. "Ya itu lah pokoknya."
"Hahaha, kamu ngasal ya? Kamu nyebut nomor 14 karena sama kayak nomor punggung aku, kan?"
"Pede amat kamu. Aku emang suka dia kok. Siapa tadi? Sapphire Gonzales?"
"Javier Hernandez, browsing gih!"
"Males, laptopnya udah aku matiin."
"Pake hp, dong."
"Kan hpnya lagi dipake buat telepon."
"Oh iya, aku matiin ya?"
"Iya."
"Jangan tidur larut malam. Sampai jumpa besok di sekolah."

KAMU SEDANG MEMBACA
P E S A N
RomanceUntuk tai kambing bernama cinta pertama. Seseorang berinisial huruf ke-18. Aku tahu rumahmu. Aku hafal alamatmu. Tapi aku tidak mengirimkan suratku ke sana. Untuk satu alasan; aku tahu kau mungkin tak akan pernah membacanya. Dari aku, yang pernah ka...