Pagi berikutnya, Ara menatapku dengan ekspresi aneh. "Lo belum buka Twitter?"
Aku menggeleng, tiba-tiba mendapat firasat buruk. Kurogoh saku seragamku untuk meraih ponsel. Ara menahan tanganku.
"Kenapa, Ra?"
Dengan satu tarikan tubuhku sudah dalam pelukannya. Ara berbisik lirih, "dia balikan sama mantannya."
Tak perlu kujelaskan bagaimana perasaanku. Sakit sekali untuk menulisnya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
P E S A N
RomantizmUntuk tai kambing bernama cinta pertama. Seseorang berinisial huruf ke-18. Aku tahu rumahmu. Aku hafal alamatmu. Tapi aku tidak mengirimkan suratku ke sana. Untuk satu alasan; aku tahu kau mungkin tak akan pernah membacanya. Dari aku, yang pernah ka...