"Danisha, gue.. gue.. " ucap Devan tergagap.
"Gue apa pak? Dari tadi gua gue mulu.." sahut Danish ketus.
"Gue mau minta bantuan loe.."
"Bantuan apa pak?"
"Ahh sudahlah nanti gue jelasin."Kemudian Devan melajukan kembali mobilnya. Setelah setengah jam perjalanan mobil memasuki halaman rumah yang super mewah. Terdapat sebuah taman yang begitu asri. Halaman rumahnya luas. Tapi begitu sepi, ya sepi seperti kurang penghuni.
Cklek...
"Hai sayang... sini masuk" begitu pintu besar itu terbuka. Seorang ibu 50an tahun keluar dengan wajah bahagianya. Tak terlihat seperti ibu-ibu pada umumnya. Beliau begitu ceria dan energik.
"Hai mam... kenalin ini Danish" ujar Devan sambil tangannya menarik lengan Danish dan menyuruhnya untuk berjabat tangan.
"Saya Danisha Naura Jasmin bu, sekre.."
"Pacarku mam..." sebelum Danish selesai berbicara Devan langsung memotongnya.Ekspresi Danish kini tak beraturan. Dia melongo mendengar pengakuan Devan yang mengaku kalo dia adalah pacarnya terhadap seorang ibu yang berada di depannya.
"Nish, ini mamaku." Sambugnya. Danish tergagap dibuatnya.
"Ma.. mama pak.."
"Pakaian yang tadi biarin saja dimobil" selanya. Danish makin bingung dibuatnya.
"Pakaian yang apa Van?" Tanya mamanya penuh selidik.
"Ooh itu mam, tadinya Danish mau ganti pakaian. Tapi sudahlah ini aja udah cantik kan ya mam?" Cerocosnya sambil memeluk pinggang Danish posesif. Danish makin tergagap dibuatnya.Kemudian mereka memasuki rumah megah Devan. Tangan Devan tidak lepas dari pinggang Danish hal ini membuat Danish menyikutnya.
"Apa-apaan ini pak..?"
"Pliss Nish, kali ini saja. Gue minta tolong ke Loe buat pura-pura jadi pacar gue. Dan satu lagi loe jangan panggil gue bapak didepan Mama dan Papa. Pliiss Nish, pliss..." pinta Devan setengah berbisik pada Danish.
"Whaaattt???"
"Kenapa cantik? Ada apa?" Mama Devan yang berjalan didepan mereka tiba-tiba balik badan karena mendengar pekikan Danish yang kaget akan ucapan Devan.
"Ngga apa-apa mah, ini Danish hanya kepeleset" jawab Devan asal.
"Bener Nish?" Tanya mamanya penuh selidik.
"Be-bener bu.."
"Ahh iya, jangan panggil saya ibu ya. Panggil mama aja jangan sungkan-sungkan" jawab mamanya Devan.
"Iya bu.. eh.. mah.." jawab Danish ragu."Nah itu papah, udah nunggu mau makan bareng calon mantu katanya" ucap mama Devan setelah sampai diruang makan sambil menunjuk seorang bapak-bapak yang seumuran dengannya. Tidak salah lagi, bapak-bqpak tersebut pasti papa nya Devan.
"Sini mama kenalin ya Nish, Pah ini Danisha. Cantik ya pah.." sambung mama Devan.
"Wah Devan emang pinter milih calon istri ya mah" jawab papa Devan sambil berdiri dari kursi dan mendekat ke Danisha.
Danisha mendadak kikuk dengan suasana yang serba mendadak ini. Dia menyalami papa nya Devan dengan jantung yang berdegup kencang."Halo om, saya Danisha Naura Jasmin, panggil saja Danish" ucapnya.
"Jangan panggil om lah, panggil papa saja ya" jawab papa nya Devan. "Ayo sini duduk, kita makan. Papa sudah laper ini nunggu kalian kelamaan" sambungnya lagi.
"Iya nih pa, tadi Danish siap-siapnya lama. Katanya grogi mau ketemu papa sama mama" akhirnya siboss menyebalkan bersuara dengan seenak jidatnya. Danish merasa disudutkan, dia memelotot ke arah Devan sambil mengacungkan garpu yang dipegangnya seolah-olah mau menusuk Devan. Devan dengan watadosnya cuma nyengir kuda dan sok imut.Melihat hal tersebut, mama Devan bersuara "Kenapa Nish, makanannya kurang enak ya ?"
"Oh ngga ma, ini Devan ngledekin mulu. Ini makanannya enak banget lho ma" jawabnya meyakinkan.Posisi duduk Devan dan Danish dimeja makan bersampingan, didepan mereka mama papa Devanpun demikian. Sesekali Devan melirik kearah Danish yang sedang makan dan semakin bertambah perasaan kagumnya terhadap Danish, karena dia sudah mau membantu dan lebih-lebih mama papa nya suka terhadapnya.
Makanpun selesai, Devan melihat ada sisa makanan disudut bibir sebelah kanan Danish. "Nish, bentar.." tanpa aba-aba dia memegang pipi dan sudut bibir Danish untuk membersihkan sisa makanan dengan ibu jarinya. Seketika Danisha mencelos dan tanpa diperintah, matanya bertatap langsung dengan maya Devan. Jantung mereka berdua sama-sama berdegup kencang. Ada perasaan aneh dihati keduanya. "ekheemm..." deheman mama Devan, membuat mereka ingat bahwa saat ini bukan hanya mereka berdua. "ma.. makasih.." ucap Danish terbata. "Kalian so sweet banget sih, ngga kaya papa. Dulu papa ini kaku banget orangnya" sambung mama Devan. "Ah mama, ganggu momen romantis Devan aja, iya kan sayang" jawab Devan sambil menggenggam tangan Danish tanpa ragu. Danish yang ditanya demikian gelagapan "eh.. Iya.." jawab sekenanya.
Akhirnya, acara makan malampun berakhir, mama dan papa Devan meminta Danish untuk sering-sering mampir kerumahnya dengan alasan dirumahnya sepi karena Devan anak tunggal. Danish hanya sanggup mengiyakan saja tanpa berpikir konsekuensi atas ucapan iya-nya.
Dimobil, dalam perjalanan mengantar Danish pulang suasana canggung mulai kembali menyeruak. Mereka berdua hanya terdiam. Setengah perjalanan berlalu. Tiba-tiba Devan banting stir kebahu jalan. Melihat hal itu, Danish terkaget dan melotot kearah Devan. "Maaf, hari ini saya mengagetkan kamu berkali-kali. Maaf juga hari ini saya memasukan kamu kedalam cerita fiktif yang saya buat untuk membahagiakan mama papa. Maaf Nish, tapi jujur diamnya kamu dari tadi sangat mengganggu konsentrasi saya. Saya suka kamu yang cerewet, saya suka kamu yang petakilan. Bukan diam seribu bahasa kayak gini" ucap Devan menggebu.
Danish yang kaget terhadap kalimat yang dilontarkan Devan, seketika pelototannya terhadao Devan melunak "bapak suka sama saya?" jawabnya watados. Devan yang baru sadar akan ucapannya langsung meralat "Bukan, jangan GR kamu. Ah sudahlah.." dia kemudian melanjutkan perjalannya. Dalam hatinya Devan merutuki kebodohannya yang keceplosan kalau dia memang suka sama Danish, tapi gengsi terhadap perasaannya sendiri.Danish merasa ada perasaan aneh terhadap bossnya, dia suka dan kesal bersamaan terhadap apa yang dia dengar barusan. Dia suka karena boss nya ternyata mau meminta maaf atas kelakuannya hari ini, tetapi diapun kesal karena boss nya seenak jidat sudah mengacaukan hari dan hati nya saat ini. Diapun kembali diam. Suasana kembali canggung. Tetapi kali ini keduanya tidak ada yang mau mengalah untuk membuka percakapan.
"stop disini saja pak" ucap Danish tiba-tiba.
"Lho, rumah kamu kan masih jauh Nish.."
"Bapak tau rumah saya darimana ? Selama ini bapak buntutin saya pulang ?" selidik Danish.
"enak saja, saya tahu dari CV kamu" padahal memang benar beberapa kali Devan membuntuti Danish pulang hingga kerumahnya karena dia ingin memastikan Danish sampai rumah dengan selamat.
"udah saya mau turun disini saja, daripada berduaan sama bapak dimobil kelamaan, ngga enak saya pak. Apalagi kalo sampe rumah dan ketahuan mama papa saya, pasti mereka nyangka yang ngga ngga. Mending saya turun disini" Devan tersenyum melihat Danish kembali nyerocos.
"apa bapak senyam senyum, ada yang salah sama saya ? Apa bapak naksir saya ? Tadi dirumah bapak actingnya keren lho pak, sayang kamu bla bla bla... Saya geli lho pak dengernya. Seorang pak Devan yang menyebalkan bisa lunak gitu hahaha.."
"Kalo memang saya naksir dan sayang beneran sama kamu gimana ?"
Danish melotot karena kaget akan ucapan Devan "mak.. maksud bapak ??"....TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at me Boss
RomanceBerantakan berantakan berantaaakaaannn...!!! ternyata jadi orang kantoran gak senyaman yang gue bayangin. Nyesel gue ada disini, didepan manusia super duper menyebalkan seantero jagad, seluas galaksi bima sakti kok masih ada orang model beginian. Hu...