Distrubance

250 44 1
                                    

Pagi yang indah di lapangan kampus, terlihat Xiumin yang masih bermain bola dan Marco yang sedang melamun menatap langit.

"Bro? Apa sebelumnya kau pernah jatuh cinta?" Seru marco tiba*. Xiumin langsung mengalihkan pandangannya kearah Marco.

"Ada apa? Mengapa tiba* kau membahas hal pribadi seperti ini?" timpal Xiumin menepuk pundak Marco. Kebetulan kondisi lapangan saat ini sudah sepi karena anggota tim mereka sudah pergi lebih dulu.

"Entahlah.. Kau tahu, semenjak malam pesta dansa itu! Aku merasa ada perasaan aneh, hmm.. sulit baagiku untuk menjelaskannya Bro" ujar Marco frustasi.

"Kau masih belum menemukan gadis itu?" Seru Xiumin.

"Sebenarnya mustahil untuk menemukannya- apalagi ada banyak mahasiswi di kampus ini" Marco mengeluhkan semuanya pada sahabat dekatnya itu.

Flashback:

"Marco.. Kau mau kemana?" Pekik Xiumin menghentikan sahabatnya itu.

"Karna situasi nya sudah kondusif- aku harus segera pergi menemui teman dansaku dan meminta maaf karena meninggalkannya begitu saja" jawab Marco semakin menjauh.

(10 menit kemudian)

"Kenapa kau kembali begitu cepat? Apakah Gadis itu menamparmu?" ejek Xiumin.

"Dia tidak ada?!" Ujar Marco, entah mengapa tersirat kekecewaan dari wajahnya. Xiumin mengerutkan dahinya.

"Mungkin saja teman dansamu itu sudah pulang karena marah denganmu" Ledek Xiumin lagi. End

"hei- kau belum menjawab pertanyaanku?" Seru Marco.

"Jatuh cinta?" Seru Xiumin sedikit berfikir. Kemudian dia menggeleng.

"Kau bercanda? Seorang sepopuler dirimu?! Oh- ayolah bro, bagaiman mungkin kau tidak pernah jatuh cinta sebelumnya?" seru Marco takjub.

"Tapi itu adalah kebenarannya?" Gumam Xiumin pelan.

"barusan Kau bilang apa?" Sambar Marco. Xiuminpun menggeleng cepat.

"Aku lupa- tadi pagi Dosen memintaku kekantor untuk membahas nilaiku. Sepertinya, aku harus pergi sekarang"  ujar Xiumin meninggalkan Marco.

Memang benar, aku belum pernah merasakan jatuh cinta dengan seseorangpun. Tapi, entah kenapa.. hatiku sering merasakan kerinduan dan entahlah, rasa rindu itu untuk siapa?
Langkah kaki Xiumin seketika melambat.
Piano? Entah mengapa, sekarang aku jadi melangkah keruang Autorium?"
Tanpa sadar Xiumin memejamkan matanya.
Tiba* saja hatiku jadi merasa tenang mendengar alunan ini.

Dari jauh terlihat sosok Jin yang ternyata dialah orang yang memainkan piano dengan alunan indah itu. Jin memainkannya dengan sepenuh hatinya dan karena sepenuh hati itu pula. Alunan nya sampai bisa mencapai kedalam hati Xiumin.

Xiumin membuka matanya, saat gadis yang meminkan piano telah berhenti bermain dan mulai menutup papan pianonya. Jin bergerak pergi menjauhi piano dan berdiri di pinggir panggung sembari menantap kearah piano besarnya.

"Wah- gak lama lagi aku akan tampil denganmu cantik" gumam Jin pelan memandangi piano hitamnya penuh rasa bangga.

"Permainan yang bagus!" Seru Xiumin di belakang Jin. Dan itu membuat Jin terkejut. Ia berbalik menatap Xiumin seolah ia pernah melihatnya. Dan Jin pun mengenali cowok dihadapan nya itu, si cowok pengacau dipesta topeng malam itu.

"Xiumin- si pangeran kampus" batinnya

"Eoh- kau? Haa-" Baru saja Jin akan menanyakan untuk apa Xiumin keruang music. Dan sebelum ia menyelesaikan pertanyaannya itu. Jin keburu tergelincir dari pinggir panggung.
Jin memekik menutup matanya kuat.

"Aneh? Mengapa aku gak merasa sakit?" Jin membatin.

"Tunggu- sepertinya aku tahu ini.. ini bentuk wajah dan.. dan- ini wajahnya Min Seok"
Tidak lama terdengar suara kesakitan.

"hei- nona? Bisa kah kau berhenti meraba wajahku" seru Xiumin dibawah Jin. Jin perlahan membuka matanya.

"Min Seok?" Seru Jin mulai berkaca-kaca. Xiumin terlihat terkejut, melihat gadis didepannya berkaca* dan juga dia menyerukan nama aslinya.

Tapi, sebelum Xiumin akan menanyakan pada Jin. Jin sudah tersadar akan kesalahannya yang sangat* bodoh dan konyol itu.

"s-sorry-" ujar Jin bangkit dan mengusap air matanya yang tertetes.

Kali ini mereka berdua saling bertemu pandang.

"Maaf apa kau terluka" seru Jin melihat Xiumin memegang lehernya.

"Daripada mengatakan maaf.. mengapa kau gak bilang trimakasih atau apa gitu? Sudah di tolong juga!" Ujar Xiumin jadi sedikit kesal.

"Terimakasih" seru Jin jadi tak enak hati.

Tak lama terdengar suara ponsel Jin. Jin cepat* mengangkatnya.

"Ya? Kenapa Ra? Oh- begitu ya? Oke* sebentar aku kesitu.. ya-ya jangan panik! Oke? Bye" tutup Jin.

"Terimakasih? Xiumin" pekik Jin bergegas pergi dari ruang musik.

"Dari mana dia tau nama asli dan samaranku dalam sekali pertemuan saja?" Ujarnya penuh curiga.
"Fansku?" Tebak Xiumin kemudian.
"Gak- gak dikampus baik dosen, teman*ku ataupun para fansku tidak ada yang mengetahui nama asliku kecuali si Marco" xiumin mulai berbicara sendiri.

"Tapi- ada satu hal yang menggangguku" serunya dan perlahan Xiumin menyentuh pipinya dan menemukan bulir air mata Jin.

"mengapa dia menangis?" Ujar Xiumin tak habis pikir.

"Mengapa hatiku jadi sesak sekali rasanya?" Seru Xiumin terhenyak.

"Hahaa- mungkin saja karena berat badan gadis tadi menimpaku!"
"Aku jadi penasaran? Siapa sebenarnya gadis itu?" Xiumin mulai berjalan meninggalkan ruang Autorium.

Gone (retruns)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang