rasa ini!

247 41 2
                                    

Sekarang, pikiranku pun selalu mengarah pada kejadian di autorium tadi. Mengapa suara pangeran kampus itu bisa sebegitu mirip dengannya- sesorang yang telah kurindukan sejak lama.

"min seok" gumam Jin penuh nada sedih. Lamunan, Jin pecah saat ia mulai mendengar suara keributan di lapangan.

...

"Sebenarnya apa yang terjadi- pikiranku sudah dikacaukan oleh seseorang dan kali ini, kau pun menambah kekacauan yang kurasakan dengan berbuat ulah seperti tadi!" Omel Jin diruang kesehatan sembari mengobati luka di lutut Laura.

Laura merintih pelan mencoba menahan perih pada luka yang di beri alkohol oleh Jin.

"Ya-tuhan.. Jin- sahabat mu ini terluka?! Bisakah kau berhenti mengomeliku" rutuk Laura menatap kesal pada Jin.

"Dan dengar ya.. kali ini aku sama sekali tidaklah berbuat ulah, seperti yang kau katakan itu.. Mereka itu lah- yang pertama kali membuat drama.. Auhh- Jin Sakit" omelan Laura terhenti karena dengan sengaja Jin menekan lukanya dengan alkohol.

"kalau begitu.. bagaimana  kau sampai bisa berurusan dengan Kim?" seru Jin terdengar kesal.

Laura berjalan menuju perpus mencari sosok Jin. Saat ia keluar dari perpus, anggota Cheerls mendatanginya dan memberitahu pada Laura bahwa sahabatnya itu sedang latihan di lapangan.

"Sejak kapan Jin jadi bersemangat dalam urusan Cheerls?" batin Laura merasa aneh. Namun, Laura tetap berjalan mendekati lapangan. Terlihat beberapa anggota yang tengah berlatih keras mengikuti gerakan baru.

"Owh- nona Laura sudah datang rupanya!" Ledek Mona. Kimberly pun berbalik menatap kearah Laura dengan tatapan yang sulit diartikan. Situasi ini membuat Laura jadi waspada- apalagi saat ia sadar bahwa tidak ada  sosok Jin disana.

"Laura Alexandra.." ujar Kimberly berjalan mendekatinya. Laura mulai merasakan tatapan intimidasi dari Kimberly.

"Gadis yang berangan-angan bisa jadi populer di kampus ini!" lanjut Kim dengan nada meledek sembari memperhatikan tampilan Laura.

"Karena sikapmu yang sok pahlawan itu.. membuatmu harus berhadapan dengan masalah besar?! Bagaimana perasaanmu saat ini.. Wahai pahlawan?" seru Kim menyeringai, menguasap rambut Laura lembut. Laura sampai merasa merinding. Dari perkataan Kim tadi, entah mengapa Laura justru teringat dengan kejadian di malam pesta topeng sebelumnya.

"Pahlawan murahan" lanjut Kim meremehkan, seraya  menjambak rambut Laura kasar.

"Aku sudah bersumpah pada diriku sendiri! jika dalam tiga hari gak bisa menemukan si pahlawan murahan. Maka jangan panggil aku Kim." Pekik Kim menjambak Laura dengan membabi buta.

Laura melakukan perlawanan untuk melepaskan tangan Kim di atas rambutnya.

"Hei.. lepaskan tanganmu itu!" Ancam Laura merasa gak mau tau dangan kemarahan Kim. Karena bagi Laura, Rambutnya itu adalah favorit nya. Laura terus melakukan perlawanan dan gak mau diam gitu aja.

Namun, perlawanan nya itu jadi sia-sia. Karena teman-teman Kim yang lain mulai menarik tangan Laura yang sebelumnya berhasil menjambak rambut Kim.

Kim yang masih mencengkram rambut Laura justru terlihat semakin semena-mena.

"Hei- lepaskan tanganmu itu! Bi**h?!" Amarah Laura pun akhirnya meledak. Kim dan anggota lainnya sampai terkejut mendengar umpatan Laura yang begitu berani dengan Kim.

"What? Bi*ch? Beraninya kau" Kim langsung melempar Laura sampai tubuh mungilnya pun langsung tersungkur di atas rumput lapangan.

"MEMANGNYA KAU ITU SIAPA? HUH? KAU ITU HANYALAH SEBUAH DEBU DIBAWAH KAKIKU. DAN TADI KAU BILANG AKU APA? B*TCH?!" Kim langsung menampar Laura keras.

"Kau pikir aku takut padamu?" Tatap Laura tajam. Namun itu hanya ungkapan dalam hatinya saja.

"ada apa ini?" Seru Jin menatap kearah Kim dan Laura bergantian. Kim menatap Jin dengan pandangan tak suka, saat sahabatnya mulai menjelaskan bahwa Jin adalah wanita yang ditinggal teman dansanya itu.

Jin terlihat tak mengerti, ia merasa itu bukanlah urusan mereka. Buru-buru Jin menolong Laura. Jin merasa prihatin dengan kondisi sahabatnya itu.

"Mengapa kau diam saja?" Bisik Jin gak suka liat sahabatnya di bully.

"Kau gak liat- anteknya Kim disini. Kalaupun kamu ikut melawan mereka, kita tetaplah akan kalah!" Jawab Laura. Jin pun menyetujui ucapan sahabatnya itu.

"Haruskah ku patahkan tangan berhargamu itu" Ancam Kim mendekati Jin dan Laura.

"Aku jadi penasaran, akan seperti apakah nasib seorang pianis.. jika tangannya yang begitu berharga patah?!" Seru Kim dengan nada mengancam. Matanya terus tertuju pada tangan Jin yang ia sembunyikan dibelakang tubuhnya. Saat jarak mereka tinggal beberapa langkah lagi. Tiba* tubuh seorang laki-laki muncul menghalangi Kim yang berjalan semakin mendekati Jin. Kim hampir marah dan saat ia melihat laki* yang menghalanginya Kim langsung mengajak kawan*nya untuk segera pergi.

Si laki* pun mulai berjalan menjauhi Laura dan juga Jin. Namun, si laki* tersebut sempat berbalik menoleh kearah Jin.

"Aku bahagia- akhirnya aku dapat menemukanmu?" Ujar pria itu tersenyum. Jin dan Laura yang merasa bingung saling melirik satu sama lain. Si pria pun melanjutkan langkahnya. End-

"itu semua karena saat pesta topeng, aku menampar wanita dan ternyata wanita yang ku tampar itu adalah-"

"KIM?!" sambung Jin. Laura mengangguk.

"Seharusnya kau tak menampar siapapun Ra? Dan lihat.. karena kau membelaku, kau jadi terluka seperti ini" ujar Jin panjang lebar.

"Sebaiknya kau istirahat Ra- aku lupa tadi aku sedang ada urusan." Seru Jin berjalan keluar.

"Woy.." pekik Laura sia* ketika melihat sahabatnya nyelonong pergi gitu aja.

***

Jin yang terlihat sendirian di pelataran taman kampus, mulai merogoh ponsel di kantong jaketnya. saat ponsel itu di tangannya, Jin segera menghubungi nomor Ayah nya.

"halo.. Ayah? Apakah Ayah sudah mendapatkan informasi mengenai keberadaan Min Seok?" Tanya Jin di ujung telpon, Kim-Ssem mengerutkan dahinya.

"Ada apa Yoo Jung-a? mengapa tiba* menelpon Ayah dan malah menanyakan itu?" Seru Tuan Kim khawatir.

"Entahlah Yah- di kampus tiba* saja ada seseorang yang mengingatkanku dengan Min Seok?" Seru Jin mengingat kejadian bersama Xiumin di ruang authorium dan juga tatapan Xiumin yang membuatnya jadi salah tingkah.

"Ampun- aku ini kenapa sih?" Batin Jin tersadar dari alam Baper nya.

"Apa?" Tanya tuan Kim di ujung telpon.

"Engg... maksud ku itu- kegiatanku di kampus lagi sibuk*nya dan tiba* saja aku jadi teringat dengannya, yah" Seru Jin mencari alasan.

"kau ini bagaimana Yoo Jung-a, bukankah Ayah sudah berpesan.. agar kau fokus dengan kuliah mu saja! lagipula, bukankah Ayah telah berjanji kepadamu.. saat Ayah mendapatkan kabar tentang Min Seok, Ayah akan langsung mengabarimu." Seru Tuan Kim mencoba membuat putrinya mengerti.

Jin akhirnya menutup telponnya.

Aku mengerti maksudmu Yah! Tapi- harus berapa lama lagi, aku menunggu kabar dirinya? Aku selalu merindukannya- dan rasa rindu yang seperti ini. Sungguh, menyiksa dan menyesakkan dada.

Jin, perlahan menutup matanya.. ia kembali membayangkan dunia gelapnya dulu, saat ia masih belum bisa melihat dunia. Dunia gelapnya itu mulai membawanya menuju kenangan singkat saat ia masih bersama dengan Min Seok. Jin kembali menunjukan wajah sedihnya.

Disisi lain, Xiumin terlihat sedang mengamati Jin yang sedang duduk sendirian di kursi taman dengan tatapan sedih sembari merasakan debaran dihatinya.
TBC.

Gone (retruns)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang