part 8

70 6 0
                                    

'Embarassed Day' [8]

(Isn't it?)

___________________________

"Sometimes, we never know how they (love) comes between us.."

oOo

Malem itu, selesai konser 5 Second Of Summer yang sangat mengesankan itu, Iqbaal mengajak (Namakamu) untuk makan sebelum mengantarnya pulang ke rumah. Dia yakin banget, (Namakamu) pasti capek habis berdiri berjam-jam desek-desekkan cuma buat nonton idolanya. Seenggaknya tanggung jawab.

"Kenapa gak di makan? Kamu harus makan (Namakamu)." Iqbaal malah mendapati (Namakamu) yang diem dan nggak nyentuh makanannya sama sekali. Ngelamun gitu, kaya mikirin sesuatu.

Terus dia coba dongakin wajahnya pelan-palan. Gigitin bibir bawahnya kayak mau ngomong tapi ragu. "Baal.." Akhirnya nama itu lolos dari bibir (Namakamu).

Iqbaal yang mulai mengunyah makanannya itu, liatin (Namakamu) dan naikkin sebelah alisnya. "Kenapa? Makanannya gak enak? Atau kita mau pindah aja?"

"Bukan, bukan itu." Potong (Namakamu) segera. Terus dia refleks nyentuh tangan Iqbaal, alhasil sang empunya tangan melirik dengan sedikit sarkastik. (Namakamu) langsung narik tangannya menjauh. "A-aku pengen tanya tentang yang tadi." Ungkapnya ragu.

"Tanya apa?" Tanya Iqbaal yang juga ikut penasaran. Harusnya sih gak usah penasaran, kesannya dia kayak pura-pura gak inget.

Sekarang (Namakamu) malah jadi ragu. Tapi dia yakin banget telinganya gak budeg. Jelas banget Iqbaal itu ngomong kalo dia itu nyimpen perasaan sama (Namakamu). Walau pake bahasa inggris dan pake kiasan, tapi (Namakamu) gak se bego itu. Now or never, ask him or not?

"(Namakamu), hei?" Iqbaal coba membuyarkan pikiran (Namakamu) dengan memanggilnya lembut. Terus dia ngelus telapak tangan (Namakamu) yang ada di atas meja. Otomatis, dia pun langsung sadar dari lamunannya dan menatap Iqbaal yang natapnya bingung.

Nanya atau jangan sih? Entar kalo di tanya terus ternyata emang kupingnya salah denger kan malunya naudzubillah.

"Are you okay? You look so tired."

"Uhm yeah. I'm sleepy. I-i just wanna go home." Jawab (Namakamu) sambil ngusap wajahnya. Emang sih dia ngantuk, cape, pengen pulang, tapi itu gak bakal terjadi sebelum dia tau yang sebenernya.

"Better eat your dinner now. And I will take you home, okay?"

Tatapan Iqbaal itu nyejukkin banget. Bikin (Namakamu) yang tadi setengah ngantuk, capek, terus pengen nanya malah gak jadi dan semuanya ilang seketika. Apalagi pas Iqbaal senyum. Udah deh hilang ingatan. (Namakamu) malah nurut sama perkataannya dan mulai makan makanannya.

Dan selama itu dia berpikir, apa Iqbaal bener suka sama dia? Atau telinganya yang bermasalah?

*

Akhirnya mobil Iqbaal berhenti mulus di depan rumah (Namakamu). Rumahnya gelap, kaya gak ada penghuninya. Tapi gak lama lampu teras depannya hidup. Kayaknya Bi Inah lupa ngidupin lampu, dan baru hidupin tadi pas (Namakamu) baru aja keluar dari mobil Iqbaal.

Di situ mulai ada kecanggungan. Iqbaal yang hanya senyum sambil menghampiri (Namakamu) dan (Namakamu) yang senyum ragu ke Iqbaal. Dia masih penasaran sama yang tadi.

Hingga akhirnya Iqbaal buka mulutnya. "Langsung tidur oke? Besok kita masih belajar. Kurang 12 hari lagi sebelum sekolah kembali masuk." Katanya mengingatkan.

"Baal." Panggil (Namakamu) ragu (lagi). Ya, dia ragu. Ragu mulu dari tadi.

"Kenapa?"

"Makasih ya. Makasih buat hari ini, buat traktirannya, dan buat semuanya." Kata (Namakamu) sambil mengulas senyumnya. Sekarang perasaan ragunya sedikit hilang. "I never be happier like this. And it's caused you. Again, thank you baal."

Embarassed DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang