Tiga

121 18 2
                                    

Vote ooyy! Capek ngetiknya_-

***

Duk

Duk

Duk

Kaki-kaki Nathan lincah mengecoh lawannya dengan gerakan yang gesit. Tak lupa bola basket di tangan nya yang sesekali ia pantul-pantulkan ke lantai lapangan. Matanya bagai elang yang tengah mencari strategi bagus untuk menangkap mangsa, bedanya Nathan mencari posisi teman se-tim-nya yang pas untuk mengoper bola basket di tangan.

Melihat Rama berdiri strategis sesuai seperti rencananya, Nathan mengoper bola itu sambil berteriak menginterupsi. "Ambil, Ram!"

Rama dengan siap sedia menangkap lemparan bola yang Nathan berikan, sementara Nathan berlari mendekat ke daerah lawan untuk mengambil ancang-ancang. Ia melirik ke sekitar, teman-temannya yang lain tidak berada diposisi yang memungkinkan, jadi hanya dia satu-satunya harapan saat ini.

Beralih dari Nathan. Kayla duduk disalah satu kursi penonton di barisan paling depan, bersama Fiona. Tidak biasanya trimbun pagi ini nampak sepi karna bukan hari pertandingan basket resmi. Kayla menggenggam erat tangan Fiona, membuat Fiona ikut meringis. "Kenapa sih, Kay?"

Kayla tidak menjawab, matanya masih menatap lurus Nathan didepan sana, mengharuskan Fiona mengikuti arah pandang cewek itu. "Nathan baik gitu, Kay. Lo nggak usah khawatir."

Tapi yang Kayla lakukan hanya menatap Fiona sebentar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, lalu tatapannya beralih melirik arloji di tangan nya. Kayla berdiri, menatap Nathan yang jauh disana. "Nathan!"

Mendengar Kayla memanggil namanya, Nathan yang baru saja selesai mencetak skor bagi tim nya, langsung menoleh. Kayla menatapnya khawatir sambil mengisyaratkan dengan tangannya, seolah menunjukan waktu melalui jam arloji miliknya.

Setelah mengerti, Nathan mengangkat satu tangannya ke udara dan mengacungkan ibu jarinya pada Kayla. "Sori, guys! Gue udahan." Ucapnya pada teman-teman yang lain, lalu melangkah menghampiri Kayla, yang juga ikut turun dari kursi penonton.

Kayla menyambut Nathan dengan senyuman. Satu tangannya terulur memberikan sebotol Aqua. "Diminum."

"Iyalah Kay diminum, masa dibuang." Nathan balas terkekeh geli.

Kayla ganti meledek dengan bibirnya, dan memilih tidak memperpanjang. "Emangnya tadi sempet minum obat di kantin?" Tanyanya melihat seksama bibir pucat Nathan.

"He'eh." Nathan menganggum sebelum menenggak air yang diberikan Kayla.

Kayla diam tak membalas.

***

Fiona sibuk berkutat dengan buku dan pulpennya, sementara Kayla tidak begitu fokus pada buku berisikan catatan matematika didepannya, matanya sesekali melirik Nathan dibelakang. Cowok itu sama sekali tidak menulis apapun di buku nya, salah satu kebiasaan Nathan yang luar biasa.

"Nggak ngerti deh, gue sama Nathan." Fiona yang rupanya ikut melirik kebelakang setelah selesai mencatat, dan berucap demikian, membuat Kayla beralih menatap cewek itu.

Kedua alis Kayla terangkat, namun tidak juga mengatakan sesuatu. Maksudnya, dia sendiri tidak mengerti arti ucapan yang dikatakan sahabat terbaiknya setelah Nathan.

"Setiap pelajaran matematika, bukunya Nathan doang yang paling bersih, alias kosong. Tapi kalau disuruh isi soal, dia yang paling bisa." Ujar Fiona menggeleng heran.

Kayla terkekeh kecil mendengarnya. "Mungkin dia pernah minum air yang dicampur bakaran rumus matematika kali." tebaknya asal.

Fiona justru tersenyum jahil padanya. "Gue bilangin Nathan lo yaa, ngomongin dia."

Just A MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang