"Gue udah minta maaf berkali-kali, dan lo masih nggak mau ngomong sama gue, Nath?" Wajah Kayla memelas, tapi tetap tidak sedikit pun digubris serius oleh si lawan bicara. merasa frustasi, Kayla akhirnya bangkit dari kursi. Percuma saja berbicara dengan patung!
"Ya udah lah terserah! Gue capek kalo respon lo terus-terusan kayak gini, cowok kok ambekan." Cibir Kayla di akhir kalimatnya, sebelum dia melangkah meninggalkan kelas. Lebih baik baca buku di perpustakaan daripada menunggu Nathan menjawab.
Sepeninggal Kayla, Nathan menghela lesu. Terkadang Kayla bisa sangat pengertian, tapi terkadang pula Kayla terlihat seperti cewek kebanyakan. Baru saat Nathan akan memasang earphone, Exel datang bersama Rama.
"Nath, keluar ayo! Kita tanding sama anak IPS." Ucap Rama memberitahu.
Nathan kembali menurunkan tangannya dan menyimpan benda kecil itu di kolong meja. "Tumben! Ada apaan?"
"Mereka yang nantangin duluan. Nggak mungkin dong kita-kita diem aja?" Kali ini Exel yang menjawab dengan wajah songong.
Mata Nathan menyipit. "Bukan sekedar pertandingan nggak penting buat cari musuh 'kan?" Tanyanya penuh selidik. Nathan paling malas kalau tanding basket yang ujung-ujungnya mengundang keributan.
Rama mengibaskan tangannya ke udara. "Percaya sama gue, palingan mereka cuma nggak ada kerjaan."
"Ngaco' lo! Percaya sama Tuhan kali, bukan sama setan jelmaan manusia kayak elo!" Celetuk Exel ditambah satu toyoran dikepala Rama. Diikuti tawa tanpa dosa dan kekehan Nathan.
Tidak terima, Rama balas menoyor kepala Exel. "Nggak usah pake noyor kepala gue!" Dia beralih menatap Nathan. "Ayolah Nath, lo ikut aja."
Exel tidak membalas saat Nathan bangkit dari posisinya dan mengangguk. "Ayo deh." Putusnya, lalu mereka bertiga melangkah ke lapangan basket. Tempat teman-teman yang lain menunggu.
***
"Bener kata Leo, lo pasti di perpustakaan."
Suara seseorang berhasil membuat Kayla mengalihkan pandang dari bukunya. Siapa lagi kalau bukan Fiona. Cewek itu mengambil posisi di kursi kosong disampingnya.
"Udah selesai berduaan sama Leo-nya?" Tanya Kayla menoleh sekilas.
"Gue nggak berduaan kok, di kantin 'kan banyak orang, nggak cuma gue sama Leo."
Kayla tidak membalas pernyataan Fiona, memang seharusnya dimana-mana yang harus dijawab itu pertanyaan 'kan, bukan pernyataan?
"Lo tumben disini? Nggak sama Nathan? Tadi gue liat Nathan sama dua sohibnya jalan buru-buru ke lapangan, Leo juga gitu. Makanya gue langsung nyariin lo." Kata Fiona dengan volume suara yang tidak di kecilkan.
Bu Eva langsung meliriknya sinis. "Jangan berisik! Ini perpustakaan bukan pasar!"
Fiona sontak menutup mulut mendapati sindiran pedas Bu Eva yang terkenal judes. Sementara Kayla yang sedari tadi berusaha mati-matian untuk tidak perduli, pertahanannya runtuh juga saat sekelebat bayangan Nathan yang berdarah-darah menari dikepalanya. Dia bangkit dari kursinya diikuti Fiona. "Kita ngobrol di kelas aja."
Setelah Fiona mengangguk, mereka berjalan keluar perpustakaan dan melewati lapangan basket yang terdapat didalam ruangan alias indoor. Fiona menepuk-nepuk bahu Kayla, membuat cewek itu ikut berhenti.
"Itu Nathan sama yang lainnya lagi tanding basket Kay, kita liat yuk? Masuk juga masih lama, kok."
Fiona tidak tahu kalau sekarang hati dan pikiran Kayla tengah berdebat hebat. Nonton nggak nonton nggak nonton nggak nonton nggak nonton ng-

KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Moment
Teen FictionNathan bukan playboy, apalagi badboy. Nathan cuma cowok biasa yang kebetulan baik dengan semuanya. Nathan nggak se-perfect cowok-cowok badboy yang banyak diceritakan di dunia orange ini. Overall dia biasa, sebiasanya cowok kebanyakan. Kayla bukan si...