Kegiatan yang paling ia sukai untuk mengisi waktu lengangnya adalah menonton serial luar negeri di internet. Meskipun sudah berkali-kali ditegur ibunya untuk tidak begadang karena menonton tayangan berepisode-episode itu, Gatari tetap saja melakukannya. Jika satu serial sudah habis, Gatari akan mencari serial yang baru. Dan imbasnya, hampir di setiap akhir pekan ia selalu bangun lebih siang.
Hari ini, setelah berusaha dibangunkan berkali-oleh beberapa orang secara bergantian, akhirnya Gatari membuka mata. Ponselnya sudah dipenuhi dengan panggilan yang tidak terjawab dari ibu dan kakak perempuannya, Arika. Gatari tahu ia akan kena omel lagi, tapi seperti yang sudah-sudah, ia bisa melewati repetan itu.
"Gatari?"
Sontak perempuan itu menoleh ke bawah ketika ia mendengar suara ibunya memanggil. Kakinya menuruni anak tangga menuju dapur.
"Ya?"
"Ya ampun, akhirnya bangun juga kamu!" Agatha—ibu dari Gatari memasang ekspresi puas ketika anak perempuannya itu menyahut. Ia buru-buru melangkah ke ujung tangga. "Ayo, langsung mandi dan siap-siap! Kita mau pergi makan siang di luar hari ini."
"Makan siang? Sekarang udah jam makan siang?"
"Iya, sekarang sudah hampir jam makan siang." Agatha memegang kedua bahu anak bungsunya, membalik tubuh itu untuk kembali naik ke atas. "Kamu ini kebiasaan banget, sih! Mama udah berkali-kali bilang, kalau menonton itu jangan sampai lewat jam dua belas! Kalau kamu tidur di atas jam sebelas itu, kamu akan bangun siang dan lelah. Tidur kamu nggak berkualitas, Ta. Kalau dibilangin Mama itu nurut dong! Mama nggak mungkin marahin kamu kalau bukan untuk kebaikan kamu, Ta." Agatha tak berhenti bicara sembari ia menaiki anak tangga bersama Gatari.
"Hm..."
"Lagi pula kenapa sih kamu itu suka banget nonton serial kayak gitu? Apa manfaatnya untuk kamu?"
"Ma, secara gak langsung, banyak nonton itu bikin kita lebih empati sama orang. Kita jadi belajar untuk bisa melihat sesuatu dari berbagai sisi. It also gives me some insights, and it is quite entertaining. Apa coba yang menghalangi Tata untuk nonton? Gak a—"
"Tapi Mama udah berkali-kali bilangin kamu, kalau menonton jangan sampai begadang!"
"Iya Ma... Tata dengerin Mama, kok."
"Tapi nggak kamu realisasikan!" balas Agatha. "Omongan Mama cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Udah, kamu sekarang mandi! Jam sebelas tepat, Mama mau kamu sudah rapi."
"Ma—"
"Mandi!"
Gatari kembali bungkam.
"Mama udah capek, Ta, kamu selalu begini setiap akhir pekan. Kalau kita mau pergi sekeluarga, pasti repot bangunin kamu. Seringkali kita keteteran karena kamu susah bangun."
Wajah Gatari merengut. "Yaudah, Tata kan bisa nggak ikut."
"Kamu ini kalau dibilangin orangtua, ya! Hari ini Papa diundang temannya makan siang."
"Sekeluarga?"
Agatha mengangguk. "Iya, sekeluarga. Kakakmu lagi siap-siap. Ayo, Mama gak mau semuanya jadi terlambat gara-gara kamu."
Gatari mendengus lesu, lalu ia masuk ke kamarnya dan bersiap mandi. Namun belum sampai jeda yang lama, suara Andien kembali terdengar.
"Pakai baju yang baik, Gatari!"
"Yaaa..."
***
Gatari Anastasya Ardian
(ditulis ulang 2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real (SELESAI)
Teen FictionInsiden mencengangkan, berani, dan kurangajar yang dialami oleh Gatari dan Gilang pada suatu pagi di lorong sekolah mereka, menyatukan keduanya pada sebuah pertempuran dingin. Sialnya, api kebencian itu semakin membara saat mereka dipertemukan lagi...