[ JAMES ]
.
"Sialan!" Aku mengumpat di bawah napasku saat mendengar bel berbunyi. "Memanggilku ke kantor depan hanya untuk mengisi formulir! Mereka serius tidak bisa menunggu sampai jam makan siang? Atau, lebih baik lagi, sepulang sekolah?"
Aku hampir berlari melewati lorong-lorong dan berusaha kembali ke kelas secepat mungkin. Kantor depan meneleponku untuk masalah 'sangat penting', yang ternyata hanya untuk mengisi beberapa formulir untuk kelas khusus. Mereka membuatku terburu-buru berlari sepanjang jalan ke sana dan sekarang aku pun harus berlari kembali karena kelas sudah hampir dimulai.
Akhirnya sampai di depan kelas, dengan cepat aku menenangkan diri, aku tidak bisa masuk ke kelas terlihat kehabisan napas dengan keringat mengalir di keningku. Begitu kupikir aku sudah layak tampil, aku mendorong pintu dan masuk ke dalam.
"Pagi, guys!"
Ketika aku masuk, para murid sudah duduk beraturan di tempatnya masing-masing. "Pagi, Mr. Anderson!"
"Maaf saya terlambat," ucapku. Aku menutup pintu di belakangku, berjalan ke posisiku dan berdiri di depan murid-murid. "Tadi saya ada keperluan sedikit di kantor depan."
"Baiklah, sekarang saya akan mulai mengabsen dan setelah itu kita akan mulai." sahutku sambil mengambil buku absen dan mulai membacanya. Satu demi satu aku memanggil nama mereka dan menunggu jawaban dari masing-masing, bergerak sepanjang alfabet sampai aku mencapai 'X'.
"Eleanor Xanders." panggilku. Gadis berambut pendek dengan warna pink nyentrik yang berada di barisan belakang mengangkat tangannya. Aku mengangguk, lalu membubuhkan tanda di daftar hadirnya. Setelah mengabsen, aku mengedarkan pandangan ke ruangan. Melihat ada beberapa siswa yang sebelumnya tidak ada di kelasku.
"Okay, guys! Welcome to Saturday art class. Saya lihat ada beberapa nama baru yang mengikuti kelas ini. Thank you for choosing my class."
Tiba-tiba pintu terbuka, lalu penglihatanku menangkap seorang wanita berambut pirang gelap memasuki ruangan. Penampilannya terlihat santai, hanya memakai jaket kulit hitam dan kaos putih polos dengan celana jeans yang sobek di bagian lututnya serta tas selempang hitam yang melingkar di bahunya. Wanita itu tersenyum dan melambai ketika mata kami bertemu. Aku membalas senyumannya.
"Ah, kebetulan sekali. Guys, ini dia model kita hari ini. Miss Cabrera, silahkan maju dan perkenalkan diri anda."
Wanita itu segera berjalan ke depan dan mengambil tempat di sampingku.
"Maaf aku terlambat." ucapnya, wajahnya memerah.
"Tidak apa-apa. Kami juga baru saja mulai. Silahkan."
Dia mengangguk lalu berbalik menghadap para murid. "Halo semua, namaku Paige Cabrera. Pekerjaanku model fashion, tetapi untuk model lukis baru kali ini pengalamanku. Umur 26 tahun dan single."
Perkenalannya di akhiri kedipan mata yang membuat beberapa murid perempuan mulai berbisik dan murid laki-laki bersiul dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan aneh pada wanita itu. Aku segera menepuk-nepuk tanganku untuk menenangkan mereka.
"Baiklah, perkenalannya sudah selesai." sahutku sambil mengambil bangku kayu di pojok ruangan. "Miss Cabrera, tolong ambil posisi di sini. Dan biarkan aku menyimpan sementara jaket dan tasmu." ucapku seraya menaruh sebuah bangku di depannya.
"Terima kasih." ucapnya sambil melepaskan jaket dan tas lalu memberikannya padaku. Tak lama dia pun duduk dan berpose.
Melihat tubuhnya yang terlihat kaku, aku pun mendekat dan memegang bahunya. "Try to be relax, miss Cabrera."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Coffee and Wine (ON REWRITING)
Romance"Terkadang aku berpikir cinta seperti cangkir kopi pagimu, yang setiap sesapannya membawakan kehangatan. Atau seperti aroma kopi yang menyapa lembut rongga hidung, membangkitkan semangat dan menyegarkan jiwa. Manis meski masih terasa pahitnya, pekat...