Eonjengan i nunmuri meomchugil
Eonjengan i eodumi geodhigo
Ttaseuhan haetsari i nunmureul mallyeojugil
Gwaenchanheul georago
Nae seuseuroreul wirohamyeo beotineun
Haruharuuga nal jogeumsshik duryeobge mandeulgo OH ~
Nareul mideurago
Siang itu Maya bisa bebas berkaraoke ria di dalam 'kamar umum'nya itu. Tiga orang teman sekamarnya sedang pergi berbelanja daster di pasar. Kata mereka untuk stok nanti di luar negeri. Maya sempat di ajak untuk ikut, namun ia menolaknya. Ia lebih memilih tetap di dalam kamar sambil menenangkan dirinya. Lagi pula siapa juga yang dengan apa yang nanti mereka pakai saat diluar negeri? Toh mereka bukan jalan-jalan.
Ingin rasanya Maya berteriak sampai suaranya habis. Namun untuk bisa bertahan hidup, ia harus tetap menjaga sikap. Lagi pula ia sekarang sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Manohara sudah mengusirnya secara halus. Damar juga tidak melarang Manohara. Otomatis sikap Damar yang diam saja dianggap sebagai dukungan terhadap keputusan Manohara. Kalau sampai ia juga diusir dari asrama ini, ia tidak bisa membayangkan nasib buruk lainnya. Menjadi calon TKW saja sudah membuatnya hancur, apalagi menjadi seorang gelandangan. Setidaknya Maya bisa bersyukur untuk satu hal tersebut.
"Eonjengan.... Eonjengan..."
Pintu kamar tiba-tiba terbuka tanpa ketukan sama sekali. Inge langsung berlari kearah Maya dengan berdecak kagum.
"Wahh mbak e suara e ayu, rupa e ayu. Jadi artis sisan wae mbak!" Inge langsung duduk di samping Maya dan membuat Maya kaget.
"Kui basa opo toh mbak?" tanya Hani yang sekarang sudah duduk didepan Maya. Mereka bertiga kini mengerumuni Maya seolah anak murid yang ingin mendengarkan penjelasan gurunnya.
"Bahasa Korea." Jawab Maya singkat. Ia masih tak mempunyai nafsu untuk menjalin pertemanan dengan semua orang di asrama ini. Bagianya semua tidak ada artinya. Pada akhirnya disaat mereka semua berangkat, tidak ada lagi yang akan saling mengingat. Masih untung kalau majikan mereka nanti mengizinkan mereka untuk menggunakan alat komunikasi, bagaimana kalau tidak?
"Owalah, pasti mbak nya mau ke Korea kan?"
Pertanyaan singkat dari Ratri langsung membuat aliran darah Maya naik ke kepala. Jatungnya mulai berdebar-debar. Mungkinkah TKW disini bisa bekerja di Korea?
"K..Korea?" tanya Maya terbata-bata.
"Iya Korea mbak. Kan kita bisa milih, mau ke Malaysia, Timur tengah, Korea, atau Hongkong. Tapi kalau Inge sih maunya di Timur tengah. Gajinya lebih besar"
"Iya sama. Aku juga mau di Timur tengah." sahut Ratri.
"Kalau aku sih mau yang deket-deket aja. Hongkong atau Malaysia. Tapi ke Korea juga boleh lah. Kalau terpaksa ke Timur tengah juga tidak apa-apa."
Maya terbenam dalam pikirannya sendiri. Apa benar yang tadi dikatakan oleh tiga gadis tersebut? Apa ia tak salah dengar? Korea. Korea adalah mimpi terbesar dalam hidupnya. Akankah... Akankah mimpinya tersebut akan segera terwujud? Maya langsung beranjak dari tempat tidurnya diikutin pandangan penasaran oleh 3 orang gadis tersebut.
"Mbak May mau kemana?" tanya Inge.
"Mencari bu Susi." Jawab Maya singkat.
Inge tampak ingin bertanya lebih lanjut namun Maya sudah terlanjur menutup pintu kamar. Maya berjalan dengan cepat bahkan dengan agak berlari kecil. Ia ingin mengkonfirmasi informasi yang baru saja ia dapat dari 3 orang gadis polos tersebut. Jika hal itu benar, Maya akan melakukan apa saja agar ia bisa pergi ke Korea. Asalkan itu Korea, jalan apapun akan Maya tempuh.

YOU ARE READING
MAYA
RomanceMemang benar kalau mimpi saja belum cukup untuk membuat apa yang kita inginkan tercapai. Maya, seorang gadis berumur 24 tahun harus mengalami kenyataan pahit menjadi seorang TKW. Semua mimpi indahnya kini berubah menjadi mimpi buruk disaat ibu nya m...